Sementara Dea terus berjalan menembus hujan. Dia memeluk dirinya sendiri. Terus melangkah tanpa arah. Air kata itu mulai menyatu dengan air hujan yang suda membasahi sekujur tubuhnya.
"Mungkin, aku melakukan terbaik. Sekarang lebih baik hidup dengan tenang." kata Dea.
Dia mengangkat kepalanya. Menatap sekelilingnya tampan sangat sepi. Tidak ada orang sama sekali melintas. Bahkan kendaraan saja hanya satu dua, yang melintas jalan itu.
"Mungkin, aku harus bantu David kembali pada Salsa, lagi. Lagian, kenapa aku selalu bodoh. Aku bodoh sekali merasa teratur dengan masa lalu, dari ucapan seseorang." umpat kesal Dea.
Sebuah mobil berhenti jauh di seberang jalan. Dea tidak pedulika mobil itu. Dia terus menunduk, berjalan lurus tanpa melihat sekitarnya lagi.
"Dea..." teriak David. Dia berlari menghampiri Dea. Memberikan payung itu di atas kepala Dea.