"Kamu yakin?" tanya David.
"Iya, aku yakin. Makasih! Setidaknya aku bisa akibat wajah kamu sekarang. Meski tidak bisa menyentuhmu." Dea tersenyum tipis. Dalam hati, dia merasakan hatinya di cambuk dengan tali yang berduri. Melihat wajah yang sangat tampan dan sedikit jutek itu.
"Maaf, mungkin memang aku terlalu jahat sama kamu. Tapi, aku datang untuk satu hal." kata Dea lagi. Dia menarik napasnya dalam-dalam. Bersiap untuk mengungkapkan semuanya. Rahasia yang membuat hatinya tidak bisa tenang. Meski dia tahu, jika David akan marah nantinya.
"Apa?" jutek David. Dia memalingkan wajahnya acuh. Tanpa menatap sedikitpun ke arah Dea. Wajah Dea masih sama, dia tidak pernah berhenti terus tersenyum meski hatinya sakit.