David bersedia kesal. "Salsa... Sst.. Hmm.. Ala sih yang kamu pikirkan. Kenapa kamu bis segitu percaya padanya. Kenapa?" tanya David heran.
"Sayang, tidak mungkin kan dia akan selamanya jahat." kata Salsa.
"Kalau udah jadi ular selamanya akan jadi ular. Gak akan bisa jadi tikus." geran David, melirik tajam ke arah Dea.
Dia memainkan bibirnya. "Siapa yang kamu anggap ular?" tanya Dea, menarik kedua alisnya ke atas bersamaan.
"Kamilah siapa lagi, aku tahu kamu dari dulu seperti apa. Dan, aku terlalu bodoh juga sangat mencintai kamu." umpat kesal David.
"Lagian, siapa suruh kamu suka sama aku. Tidak akan yang menyuruhku." jawab Dea dengan santainya.
Salsa menghela napasnya kesal. "Sudah, sudah. Kenapa kalian malah bertengkar." Salsa memotong pertengkaran mereka.
"Dan, kamu sayang, aku tahu. Kamu pernah suka dengannya. Aku tahu semuanya. Lagian, dia kesini hanya meminta maaf padamu. Dia ingin jenguk aku."
"Terus kamu percaya?" potong David.