Chereads / Menikahi Ceo / Chapter 40 - Jalan berdua

Chapter 40 - Jalan berdua

David yang tiba-tiba entah kenapa datang ke sekolahan Salsa dengan Dea, ia melihat Devian duduk bersama Salsa di kantin. Seketika ke dua tanganya mengepal penuh dengan rasa cemburu yang entah sejak kapan merasuki hatinya. Tangannya merasa sangat gatal ingin sekali mendorong tubuh mereka.

"Syang, kenapa kita di sini, bukannya kamu mau ajak aku jalan-jalan ke mall." ucap Dea, yang terus memeluk tangan David sangat mesra. Wajah cantiknya benar-benar membuat para laki-laki di saat meleleh saat melihatnya. Tetapi berbeda dnegan David, yang perlahan rasa sukanya mulai pudar.

"Pergi saja sendiri. Aku tidak mau ikut dengan kamu. Ada urusan yang harus aku lakukan sekarang." Bentak David.

Dea merasa geram, melepaskan pelukan tangannya. Ia menatap ke arah Salsa dan Devian.

Apa gara-gara wanita itu dia berani menolakku. Awas saja.. Aku tidak akan biarkan David suka dengan wanita itu. Aku berjanji.

"Jadi karena dia, kamu marah?" tanya Dea kesal. menguntupkan bibirnya. Melirik tajam ke arah Devian dan Salsa yang.

"Gadis kecil itu benar-benar penakluk laki-laki yang sangat handal, ya. Baru saja dia membuat kamu marah. Sekarang sudah bersama dengan adik kamu." sindir Dea. Sedangkan wajah David hanya menatap tajam ke arah Salsa tanpa perdulikan apa hang di katakan Dea. Seakan dia tak mendengarnya apa keluhan pacarnya itu.

"Apa sebenarnya kelebihan dia. Sampai banyak laki-laki yang mendekati dia." pekik Dea.

Tanpa menjawab Devid melangkahkan kakinya, dengan rasa kesal yang menggebu hatinya. Ia melotot tajam ke arah Salsa. Dan segera melangkahkan kakinya menuju ke kantin menemui Salsa dengan Devian yang sedang asyik berbincang.

"David kamu mau kemana?" teriak Dea.

"Pulanglah!" pinta David.

"Baiklah, ku tunggu kamu nanti di tempat biasa."

David berjalan semakain cepat. Lalu mendorong tubuh mereka berdua ke samping. Dan duduk di antara tengah-tengah mereka duduk.

"Sepertinya aku ketinggalan apa yang kalian bicarakan," ucap David.

Salsa menggeram kesal, mencoba untuk berdiri. Dnegan cepat David menarik tangannya untuk duduk kembali. "Kamu mau kemana?" tanya David.

"Aku mau masuk ke kelas, Jeni, Ika, ayo kita pergi." ucap Salsa datar. Dia merasa kecewa dengan David. Karena dia tadi ia merasakan malu di depan semua orang di jalan.

"Tapi..."

"Apa kamu gak mau lihat wajah tampan mereka," ucap Jeni, ke dua matanya berbinar dengan ke dua telapak tangan menyandar

"Jeni, ceoetan!" pinta Salsa tegas.

"Iya.. Iya.. Aku berdiri," ucap Jeni bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan mereka. Salsa menarik tangan Ika dan Jeni.

"Kak Devian, aku masuk ke kelas dulu." ucap Salsa.

"Kamu boleh pergi sekarang. Tapi nanti aku tunggu kamu di luar sekolah." ucap David, membuat Salsa menoleh.

Sebenarnya dia mau ajak aku kemana? Bukanya tadi dia sama Dea. Terus gimana hubungannya dengan Dea.

"Aku gak mau,"

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat!"

"Wah.. Aku boleh ikut gak?" tanya Jeni dan Ika kompak.

"Gak boleh," jawab tegas Salsa, dan langsung pergi begitu saja.

David tersenyum menatap punggung Salsa yang sudah menjauh darinya.

***

Jam pulang sekolah.

Salsa kabur dari teman-teman keponya itu. Dan berjalan mendekati mobil David yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah. Pintu mobil terbuka otomatis. Dan Salsa tak mau lama-lama dia masuk ke dalam mobilnya.

"Kita mau kemana?" tanya Salsa.

"Aku.. mau ajak kamu..ke sebuah taman,"

"Taman?" Salsa mengerutkan keningnya bingung. "Tetapi dengan siapa?" tanya Salsa.

"Entar kamu juga tahu. Aku hanya kalian berdua akrab."

Salsa memincingkan salah satu matanya. "Maksud kamu apa? Akrab? Dengan siapa?"

"Udah diam saja, jangan banyak bicara." tegas David. Semakin membuat Salsa tambah bingung. Pikiran dia mulai kacau memikirkan wajah Dea yang selama ini menunggu pikirannya. Entah kenapa hatinya merasa takut jika terjadi sesuatu dengan hubungannya.

Salsa mencengkeram erat tangannya sendiri. Dengan bibir gemetar gemas. Wajahnya mulai pucat. Pikiran itu tak hentinya mengganggunya. Dia takut jika David menikah lagi. Mungkin akan menjadi hal buruk padanya. Kali ini sifatnya sudah berubah saja dia sudah merasa senang. Tapi dia yak bisa merelakan laki-laki itu menikah lagi.

"Salsa!" panggil David, memegang ke dua tangan Salsa. Rasa gemetar dan gugup seketika menghilang. Saat sentuhan lembut itu membiusnya. Salsa menoleh menatap dalam ke dua nata David. Meski David tak melihat ke dua katanya lama, namun sesekali dia melirik ke arahnya sembari tangan kanannya fokus mengemudi mobilnya.

"Jangan gugup!" ucap David, lembut.

"Aku boleh tanya tidak?" ucap Salsa.

"Tanya apa?"

"Kenapa kamu hari ini mau menjemputku?" Salsa melirik ke arah David. "Dan kenapa kamu berbicara lembut, padaku."

"Jangan pikir sifat lembut tanda cinta. Sekarang lebih baik berpikirlah positif." jelas David, melepaskan tangan Salsa. dan mulai fokus mengemudi mobilnya.

Uh.. Lagian siapa juga yang mau sama kamu.. Jangan terlalu percaya diri. Aku lebih baik cari laki-laki yang lebih tampan dari kamu. Gerutu Salsa dalam hatinya, dengan mimik bibir naik turun.

Salsa menghela napasnya. Dan mulai kembali menatap ke depan. Dia tak mau lagi melirik ke arah David. Sampai mereka sampai di sebuah taman yang amat sangat luas. Di samping taman itu terlihat danau yang sangat tenang. Dengan air jernih menghiasinya. Di tabui berbagai macam bunga yang tumbuh dengan suburnya. Kicauan burung dan berbagai macam kupu-kupu berterbangan berkeliling mengambil madu dari bunga-bunga cantik.

Jembatan kecil kayu penghubung berwarna coklat itu nampak masih sangat kokoh berduri pada tempatnya menghubungkan antara taman dan kolam ikat di bawah jembatan itu. Di hiasi ikan koi dan berbagai ikan hias.

Salsa keluar dari mobil. Berlari mengembus  deretan bunag di sekelilingnya.

"Ini benar-benar indah," ucap Slasa memutar tybuhnya dnegan kepala kendongak ke atas. Semabri memejamkan matanya merasakan indahnya alam.di sekitarnya.

"Apa kamu suka?" tanya David.

"Gak suka!" tehas Salsa. Menurunkan kepalanya, menatap ke arah David. "Kenapa kamu gak dari dulu ajak aku ke sini." Salsa berlari kembali beberapa langkah ke depan.

"Lihatlah danau di depan? Apa kamu tak mau kenikmatinya?" tanya Salsa, berlari menjauh dari David. Ke dua mata David taj mau lepas dari setiap gerak-gerik Salsa. Matanya selalu mengikuti setiap kemanapun dia pergi.

David berjalan ringan mengikuti Salsa. Hingga dja berhenti di sebuah danau. Tepat di tengan hitam yang amat lebat di depannya. Langkah Salsa terhenti, di jembatan kayu berwarna coklat itu penghubung antara pinggir danau dan hingga jauh di tengah danau.

"Eh.. Kamu aku mau tanya boleh tidak?" tanya Salsa.

"Aku punya nama," ucap kesal David, duduk di ujung jembatan dengan kaki menggantung di bawah. Ujung kakinya menyentuh air danau yang terkenal sangat dingin itu.