Dea masih merenung sendiri di kamarnya. Begitu banyak penyesalan yang di rasakan sekarang. Ingin rasanya ia mengakhiri semuanya. Tapi ia takut, takut akan membuat hidupnya semakin tak tenang. Tapi apa yang harus diperbuat, dia tak tahu tentang apa yang harus di lakukan. Berlari dari kenyataan. Atau hanya bertahan dengan kesedihan yang semakin membuat kehidupannya terkumpul.
Wanita cantik berambut ikal itu, terus meneteskan air matanya. Menenggelamkan wajahnya di balik bantal miliknya. Tumpukan tisu berserakan di lantai.
"Aarrggg…. Dasar nyebelin! Nyebelin! Cinta ini buat aku sangat gila." teriak Dea memukul mukul keras ranjangnya dengan ke dua tangannya.
David… Kamu benar-benar membuat aku gila. Kamu cinta pertama yang sudah merenggut segalanya dariku. Dan sekarang kamu pergi begitu saja. Sekarang siapa yang mau denganku? Siapa? Gak ada yang perduli lagi padaku? Aku benci dengan kehidupannya. Aku benci semuanya. Aku benci! Aku benci dengan kenyataan hidupku!