Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Stitch

🇮🇩Zen_Rifky
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.9k
Views
Synopsis
Cinta dapat membuat manusia gila Cinta juga dapat menghancurkan masa depan... . . . Masa lalu menghancurkan dirinya juga keluarganya Apa yang ibunya perbuat dulu, harus ditanggungnya sendirian... Melibatkan ia kedalam sekte fanatik agama yang salah mengartikan ajaran pada alkitab ?? Ini merupakan Dark Fantasy saya, dan semuanya merupakan imajinasi saya tanpa melibatkan pihak manapun

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Lovely Mother

"Daniella, Daniella, jangan mengganggu kakakmu, dia sedang mengerjakan tugasnya," ia terdiam sesaat. Perhatiannya pun beralih ke perempuan cantik berhidung mancung di sisi kiri, "Rosie, Rosie, berhentilah mengganggu ayahmu yang sedang bekerja." teriak ibu kepada anak-anaknya yang berlarian sana sini.

Ibu selalu terlihat sibuk duduk menghadap mesin jahit tua miliknya untuk dijual di butiknya.

Keluarga Vasily merupakan keluarga yang sederhana, terdiri dari empat anak dan kedua orang tua, dapat dikatakan keluarga ini sangat sempurna. Ibu memiliki hobi menggambar desain-desain pakaian, ibu sebenarnya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang desainer terkenal, sayangnya cita-cita itu gagal ia raih karena biaya masuk ke sekolah khusus desainer disini sangatlah mahal. Ibu hanya mampu membeli mesin jahit tua dari pasar bekas karena kondisi ekonomi nenek dan kakek dahulu sangat riskan.

Ayah pergi meninggalkan anak anak dan istrinya untuk berkelana mencari pekerjaan di negeri seberang, sayangnya ia tidak pernah kembali lagi sampai sekarang.

Ayah, apa kabarmu disana?

Mengingat hari ini adalah hari ulang tahun ayah, anak-anak di keluarga itu berkeliling membentuk lingkaran sambil menunduk untuk berdoa diikuti oleh ibunya yang menggunakan kursi roda.

Tuhan yang maha baik, puji syukur atas kehadiratMu karena telah memberikan kedua orangtua yang sangat baik, sangat mencintai kami dan setia membimbing kami menjadi manusia yang lebih dewasa.

Bapa, pada hari ini, Ayah kami berulang tahun yang ke empat puluh tiga. Di mana beberapa tahun yang lalu Engkau menciptakannya menjadi bagian dari semestaMu. Terima kasih atas bimbingan dan penyertaanMu selama ini.

Ya Bapa, bimbinglah dan tuntunlah Ayah kami selalu. Semoga pada hari-hari selanjutnya, Ayah kami dapat menjalani aktifitas di bawah naunganMu dengan penuh rasa syukur.

Ya Tuhan, roh kudus yang terpuji, kami merindukan Ayah kami, kembalikanlah ia kepada pelukan kami kembali, aku hanya mampu mengadu kepadaMu. Amin

.

.

.

11 Mei 1990

"Selamat pagi," sapa Maria kepada kasir tempat bimbingan itu.

"Selamat pagi juga, nona. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pria bertubuh jangkung didepannya.

"Apa saya bisa mengikuti pendaftaran bimbingan desainer ini?" tanya Maria dengan sopan.

"Iya, anda bisa sekali nona," jawab kasir tersebut dengan ramah sambil tersenyum dan menulis sesuatu untuk menerangkan persyaratan persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh Maria seperti pakaian, alat tulis yang akan dibawa, dan lainnya.

"Benarkah?" Maria tersenyum sumringah. "Jikalau saya boleh tau, berapa biaya yang harus saya keluarkan agar dapat mengikuti kelas, Pak?" Maria kembali bertanya.

"Tujuh puluh ribu rubel untuk sekali pertemuan selama tiga jam, nona," jawab kasir itu sambil tersenyum kembali.

Maria yang awalnya sempat tersenyum, langsung berubah raut wajahnya menjadi murung, ia tidak punya uang sebanyak itu, uang yang ia miliki hanya empat puluh ribu rubel saja.

Setelah pria itu selesai menulis segala persyaratan yang diperlukan untuk pendaftaran, Maria membawa kertas itu dan pulang untuk memperlihatkannya kepada ibunda.

.

.

.

"Apa itu Maria?" tanya ibu Maria sambil menyentak dengan kasar. Raut wajahnya berubah mengerikan dengan mata melotot.

Maria menundukkan wajahnya takut untuk menatap mata ibunya, ia tak berani membicarakan ini semua karena sang ibu pasti melarangnya.

Sret! Kertas itu ditarik begitu saja dari tangan Maria oleh ibunya.

Ibunya mulai tersenyum, lama kelamaan tertawa seperti merendahkan, "jadi ini, alasannya kau pergi tadi!? jawab!" ibunya berkata dengan nada tinggi.

"I..iya bu, aku hanya ingin mengejar cita-citaku," jawab Maria bergetar.

"Tidak!" Ibunya langsung menyentak.

"Mengapa kau selalu saja jahat padaku!" teriak Maria.

"Kau yang jahat! Telah menjadi pembunuh ayahmu sendiri!" teriak Luna balik.

Maria memilih pergi masuk kekamar dan membanting tubuhnya tepat dikasur sambil menutup mukanya dengan bantal dan menangis tersedu sedu.

***FLASHBACK***

"Mariaaa genggam tangan ayah, ayo nak mari sini, jangan pernah kau menyerah, walaupun terjatuh, kau harus bangkit lagi," nasihat ayahnya yang bernama Rudolf Vasily sewaktu menyemangati Maria kecil yang terjatuh dari sepedanya.

"Ayo Maria, kau pasti lelah setelah bersepeda bersama ayah kan, makanlah sandwich ini" perintah Luna, ibunda Maria.

Maria saat itu berusia enam tahun, dan merupakan gadis kecil yang sangat periang, juga menggemaskan. Membuat siapa pun yang melihatnya pasti berhenti untuk sekedar mencubit pipinya.

Suatu hari, ayahnya divonis oleh dokter mengalami tumor otak stadium empat, stadium terakhir yang sangat mengerikan.

Berkali kali menjalani kemoterapi tidak membuahkan hasil baginya, ia pun meninggal pada 31 januari 1970.

Hal ini meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi ibu, dia selalu berdiam diri di dalam rumah melamun, tatapannya kosong saat diperhatikan, selalu tampak kesedihan dalam raut wajahnya.

Sejak hari itu, ibu menjadi pribadi yang tempramental, terkadang suka marah marah tanpa sebab yang jelas. Maria rasa ini merupakan salah satu dampak rasa kehilangannya yang sangat besar akan lelaki yang paling dicintainya.

Saat itu ibunya sedang duduk diatas kursi goyangnya sambil merajut, sesekali terlihat air matanya lolos menetes mengenai kerah bajunya, ia masih terlihat sangat terpukul, tidak mampu melepaskan ayah yang sudah tenang disana.

Setahun setelah kematian suaminya Rudolf Vasily, Luna berencana untuk menyusul Rudolf ke surga. Segala cara dilakukan oleh Luna untuk dapat hidup lagi bersama Rudolf. Luna pernah mengikat tali tambang dan berusaha melakukan percobaan gantung diri, tapi gagal. Luna juga pernah coba menenggak obat pembasmi serangga, namun gagal juga karena ia berhasil dengan cepat ditangani oleh dokter.

Suatu hari, Luna terlihat oleh Maria sedang mengasah pisau tajam didapur sembari berbicara sendiri.

Waktu itu, ia pernah bertemu dengan seorang pria seperti pastor dan berbincang cukup panjang. Maria tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi sejak hari itulah ibunya menjadi lebih baik, Maria sempat bersyukur dan berharap ibunya akan cepat pulih dari rasa kehilangannya yang amat dalam, Maria mencoba mencari lagi pria itu yang pernah ibunya temui di katedral tengah kota, tapi pria itu tidak pernah terlihat lagi disana.

Luna yang sedari tadi mengasah pisau dan mengoceh sendiri kemudian berbalik menatap Maria yang sedang terdiam melihatnya, Luna menyeringai bak iblis yang kelaparan dengan memegang pisau itu erat erat kemudian berusaha mengejar Maria.

Hah,hah,hah ngos ngosan Maria berlari keluar dari rumah, Luna yang melihat Maria dari jendela kamar lantai dua melambaikan tangannya, kemudian dari bayangannya terlihat Luna menancapkan pisau itu sendiri ketubuhnya.

"TIDAAAKKK!! IBU!!!" Maria berteriak sambil berlari dan menangis menuju kamar itu.

"IBU!! IBU!! SADARLAH!!" Maria melihat ibunya yang bersimbah darah dengan pisau yang tertancap di dadanya. Maria menelpon ambulans untuk segera mendapatkan pertolongan.

Sesampainya ambulans, ibunya dengan cepat dibawa menuju rumah sakit untuk segera diautopsi. Ibunya tak lagi dapat tertolong.

Di perjalanan menuju rumah sakit, ambulans tersebut tiba tiba oleng kekanan dan kekiri, "AKU TIDAK MEMAINKANNYA, BUKAN AKU." teriak supir ambulans yang terlihat kebingungan.

Supir ambulans dan salah satu perawat berhasil melompat dari mobil yang bergerak sendiri, tapi naas orang yang berada di bagian belakang ambulans tidak dapat ditolong, ambulans tersebut jatuh tergelincir ke jurang.

Pihak SAR telah menyisir lokasi tetapi tidak menemukan mayat Luna dan Maria, tetapi satu mayat berhasil ditemukan di dalam ambulans masih diposisi awalnya. Dia merupakan seorang perawat.

.

.

Ughh pusing, "TOLONGG!!TOLONG!!" teriak Maria dengan suara terbata bata, ia mengalami luka yang cukup parah, sobek di kulit paha. Saat mata Maria ingin terpejam ia melihat mayat ibunya dibawa oleh tiga orang berjubah hitam semua, dan satu lagi manusia berjubah hitam seperti menjulurkan tangannya ingin menolong Maria, tapi mata Maria sudah terlebih dahulu terpejam.

.

.

.

Anak-anak di keluarga Vasily masing-masing bernama Antonio Riise berumur 16 tahun, Daniella Rosetta berumur 13 tahun, Ruben Ronald berumur 10 tahun, dan Rosie Rose berumur 6 tahun. Mereka hidup bersama kedua orang tua mereka, Maria Vasily dan Olav Svenkov.

The story starts here...