Chereads / PK : PEMBURU KORUPTOR (CORRUPTION HUNTER) / Chapter 5 - PK : THE OLD BROTHER SECRET

Chapter 5 - PK : THE OLD BROTHER SECRET

Anisa Pov

Hari ini aku berada dikelas tapi aku sangat sulit untuk bisa focus pada mata pelajaran, yah itu karena hari ini adalah hari paling menjengkelkan dalam seminggu ini, pada hari ini kelas seangkatan kakak akan mengadakan kunjungan ketempat kerja diPerusahaan Kakak, 3 wanita yang sekarang membuat aku jengkel akan saling bertemu, aku menulis pada buku catatanku.

Kak Angel : Sahabat dan teman masa kecilku.

Tante Clara : (si Rubah licik) sekertaris Kakak Rendy yang selalu membantu kakak menjalankan perusahaan, walau usianya sudah 25 dan sudah punya kekasih tapi masih tetap ganjen dengan kakak.

Tante Flora : (si kucing pencuri) Asisten yang membantu pengurusan cabang dan urusan-urusan luar negeri, banyak anak-anak korban perang yang dapat menjadi anak asuh kakak karena bantuannya.

"Anisa, apa kamu sakit, jika sakit kamu boleh izin pulang"kata Bu guru memecah lamunanku.

"hanya sedikit pusing Bu Siti"kataku mengeles.

"tidak apa-apa jika pulang atau setidaknya istirahat diUKS, jika sampai terjadi apa-apa lagi!", Bu Siti tetap berlebihan seperti biasa.

Aku sebenarnya hanya sedikit lelah dan tak terlalu berasa sakit, yah walau sakitku sebenarnya berada didalam Hatiku sih, "kalo gitu saya permisi Bu" kataku membetulkan meja dan mengosongkannya untuk istirahat ke UKS.

"kamu benar-benar pucat Loh,"kata Rebecca angraini yang telah 2 minggu masuk dan menjadi teman sekelasku.

"aku Cuma cukup lelah, kalo is-"kepalaku agak berkunang-kunang saat berdiri.

"eh ada darah keluar dari hidungmu"teriaknya.

Ah sial sepertinya ini efek sampingnya. Kakak laki-lakiku yang selalu tidur lebih telat dari yang aku lakukan, tapi juga selalu bangun sebelum aku bangun untuk membuat sarapan, sebelumnya aku khawatir bahwa kakakku akan merusak tubuhnya sendiri jadi setidaknya aku bisa melakukan ini.

"saya akan pulang dengan taksi Bu, jadi tolong jangan telfon kakak saya" kataku agak sedih "aku tak mau membuat orang yang tengah menanggung banyak beban pikiran menjadi lebih khawatir lagi"kataku mendekat Pada Bu Siti yang khawatir dan hendak menelfon Kakak.

"baiklah Hati-hati dan jangan memaksakan diri"balasnya sedih.

Yah mungkin Kakak gak sadar kemampuanku, salah satu kemampuanku adalah menstransfer energi, jadi saat kadang-kadang aku memijat bahunya aku menstransfer sedikit imun yang bersifat positif, aku juga ingin sedikit menanggung beban energi negatif kakak tapi ternyata masih mustahil bagiku dan terlalu membebani tubuhku, itu membuatku berpikir bagaimana keadaan sebenarnya dalam tubuh kakak.

Yah, setidaknya aku bisa pulang cepat dan belajar cara membuat makan malam dari mbok Sri, pembantu yang sering membersihkan rumah ketika aku dan Kakak pergi kesekolah, aku berjalan menuju gerbang sekolah tapi tiba-tiba sensasi dingin merayap di tulang punggungku, 'eh apa ini, tiba-tiba aku merasa akan ada sesuatu hal yang buruk terjadi dengan Kakak' batinku.

Aku ingin segera ketempat kakak dan melihat apa ada sesuatu yang terjadi, ah "misi pak muklis, aku izin pulang dulu", yah biasanya aku hanya tidur-tiduran di UKS jadi hari ini adalah hari pertama aku pulang cepat.

"apa neng Nisa sakit lagi?, ini sudah 3 kalinya minggu ini"balasnya pak satpam yang tadi duduk sambil ngopi dan membaca koran,"tolong tunggu di pos neng biar pak muklis yang mencarikan taksi, neng bisa istirahat dulu"katanya khawatir.

Tubuhku memang paling tinggi dari anak-anak perempuan di sekolahanku bahkan hanya sedikit anak laki-laki yang lebih tinggi dariku, dan aku cukup jago dalam bela diri jadi banyak yang agak khawatir ketika aku tiba-tiba sering sakit.

Dan setelah 30 menit naik taksi (karena bukan jam sibuk jadi lalulintas gak macet) aku sampai di gedung dimana perusahaan Kakak berada, aku menguatkan mentalku untuk bertemu si Rubah licik dan si kucing pencuri itu, setiap mengingat mereka berdua selalu membuatku kesal.

Aku turun dari taksi dan melihat didepan gedung setinggi 50 lantai dan letak kantor Kakak berada dilantai 41 dan 42, dari balik kaca kelihatannya ada banyak siswa SMA tengah duduk di lobi gedung dan ngobrol, eh "jika sakit bilang saja, kakak gak apa-apa kok" kata kakak tiba-tiba berdiri didepan pintu masuk otomatis gedung.

Eh dari siapa kakak tau, perasaan Bu Siti bukan orang tipe pengadu deh, "Kakak tau dari siapa?"tanyaku penasaran.

"kakak punya matanya sendiri"kata kakak mengusap kepalaku, ah lembutnya dan hangat usapan ini,"jadi kamu mau sekalian liat-liat kedalam lagi?"tanyanya, yah aku selalu mengikuti kakak jika berada diperusahaan dan mengawasi 2 orang tak tahu malu itu.

Aku mengangguk, ketika kami berjalan menuju lift banyak yang memperhatikanku 'ini melelahkan' batinku ketika selalu diperhatikan seperti itu, kami masuk lift dan menuju kelantai atas "selamat datang kembali bos muda, kenapa tadi buru-buru turun ?,oh ternyata adik nisa datang berkunjung"ucap Rubah betina dengan senyum palsunya.

Aku besar disekitar dunia bisnis dan sering bertemu dengan orang-orang bersenyum topeng, dan senyuman kedua orang itu padaku sama-sama tak ramah "iya, Tante Clara, dan Tante Flora"kataku agak menekan kata 'Tante', aku dan kakakku berjalan menuju pintu masuk kantor kakak, dan kedua orang itu masih melihatku dengan mata tak ramah sambil tersenyum.

"ara, usiaku belum sampai 24, masih belum disebut tante"kata Tante Flora, yang di ikuti 'aku juga' oleh Tante clara.

"Usia kita selisih hampir 10 tahun bukan, bukan kah cocoknya aku panggil Tante"balasku tak kalah ketus.

"ara-ara, bukankah kamu harusnya memanggil Onee-sama dari pada tante" balas tak kalah ketus si kucing pencuri itu, mungkin karena dia dulu berkuliah diliteratur bahasa jepang dan sering mengurusi kerjasama perusahaan kakak dengan perusahaan-perusahaan game jepang itu membuat ucapannya seperti beberapa animeku.

"sampai si Tom dapat memakan Jerry pun aku tak akan pernah memanggilmu Onee-sama"balasku diujung kesabaran.

"tapi jika kakakmu menikah denganku bukankah kamu nanti akan menjadi adikku"ah dia mengajak berkelahi.

"sampai bendera kuning berkibar sekalipun aku tak akan menyerahkan kakak pada kalian dan akan aku ucapkan sekali lagi aku tak akan pernah memanggilmu seperti 'itu' "aku ingin menendang kepala mereka dengan tendangan tinggiku.

"sudah-sudah, kalian selalu begini jika bertemu"ucap kakak mengelus kepalaku ketika aku memeluk lengan kanannya dan aku tanpa sadar sampai didepan pintu kantor karena terlalu fokus membalas mereka, aku dengan cepat membuka pintu.

"oh bos muda seb-"sebelum Tante Clara selesai mengucapkan kata-katanya pintu sudah aku buka dan eh,

"kak Angel"kataku yang langsung dibalas.

"dek Nisa"balasnya langsung mengalihkan muka dariku.

"sebenarnya Siswi yang tengah melakukan kunjungan kerja tiba-tiba ingin bertemu dengan bos muda" jelas kata Tante Clara.

Ah kalo diingat-ingat kak Angel satu sekolah dengan Kakak juga, tapi karena suatu hal hubungan mereka retak 4 tahun lalu, "lama tak bertemu Angel"kata kakak lembut tapi dinginnya, eh apa mereka tak pernah bertemu saat berada di sekolahan.

"iya lama tak bertemu"jawabnya seperti hampir menangis dengan menundukkan kepala dan merapatkan kedua pahanya, Ia gugup untuk berkata sesuatu, terlihat tangannya menggosok ujung dari seragam jaz sekolahnya, 'eh jadi mereka gak pernah ketemuan disekolahaan'.

"Ada apa?" tanya kakak lemut dan dingin lagi, ah siapapun wanita yang mendengarnya pasti akan takut jika mendengar suara yang tenang dan lembut tapi dingin ini.

"ad-ada yang ingin aku jelaskan padamu dan kepada dek nisa"katanya terbata-bata, jangan kan kamu kak Angel aku pun menahan ingin ke toilet, aku melihat dua orang selain kami dan eh kenapa mereka berdua? Pipi mereka tampak semu merah dengan nafas berat keluar dari mulut mereka, aku bisa tebak mereka senang tapi senang karena apa?.

"apa yang akan kamu jelaskan kak?"tanyaku agak menggengam erat lengan baju jas almamater sekolah kakakku.

Suara lift terbuka dan seseorang datang berjalan mendekat "biarkan aku yang menjelaskannya"suara pria tua terdengar dan kakak tiba-tiba diam berdiri terkaku, eh dia tiba-tiba mengeluarkan aura kegelapan yang sangat pekat dan menengok kebelakang.

"Bram Wijaya"kata kakak penuh dengan suara permusuhan, Dan mungkin karena ingat bahwa ada aku maka kakak tiba-tiba saja mencoba menghilangkan aura tersebut "angel antar ayahmu pergi dari sini" perintah Kakak dingin.

Ah iya ketika aku berbalik paman Bram ayah Kak Angel tengah berjalan mendekat, ucapan paman Bram setelah itu mengejutkanku "jangan begitu, aku juga tak masalah memberitahukan kebenarannya pada adikmu"ancamnya tenang.

Dari dulu aku tahu bahwa kak Angel adalah anak dari istri termuda paman bram jadi Ia lebih terlihat seperti Kakeknya dari pada ayahnya.

"kalian semua turunlah kebawah, Pembunuh ayo kita bicara didalam kantorku."kakak berbalik dan menatap penuh dendam dan kebencian pada paman Bram, eh pembunuh?.

Aku dan tiga orang lainnya pergi turun menggunakan lift, dan ketika kak Angel keluar dari Lift dengan tertunduk aku menguatkan diri untuk kembali kekantor Kakak, aku tak melihat mereka berdua ketika sampai dilantai dimana kantor kakak, ah mereka sudah masuk dan aku mendekatkan kupingku kepintu.

"-jadi begitulah"suara paman Bram eh, oh sepertinya aku belum melewatkan sesuatu yang penting.

"jadi tak usah berputar-putar, apa yang kamu inginkan?"tanya kakak dengan nada suara penuh aura permusuhan.

"kami ingin membeli pil peremajaanmu!, kami tak bisa melakukannya karena seleksi darimu yang sangat ketat dan karena kami sudah di Blacklist olehmu"kata paman Bram, kami maksudnya siapa saja?.

"hah? hahahaha, setelah kamu membunuh ayah dengan memalsukan kecelakan kami" kata kakak dan terdengar suara benda seperti terbanting dengan keras, eh memalsukan kecelakaan ayah dan kakak, apa berarti Paman Bram yang membunuh ayah?.

"janganlah begitu, kamu taukan kerasnya dunia bisnis"suara langkah kaki pria yang sangat berat "dan juga jika aku pembunuh bukankah kamu juga seorang pembunuh, 'pembunuh' "suara langkah kaki berhenti dan terdengar suara paman bram terdengar licik.

Aku menahan mulutku dan mencegah tangisanku "aku takkan memberikan kalian pil peremajaan agar kalian awet muda, walau kau mengancamku dengan kasus 'itu' ".kata kakak agak berat, eh apa kakak pernah membunuh betulan.

Tapi bagi pembunuh biasanya arwah dendam dari korban selalu bersama pelakunya, dan sayap hitam penuh dendam kakak bukanlah energi negatif dari luar melainkan dari kegelapan hatinya, lalu apa maksudnya? "kalau 'itu' tidak bisa, maka bagaimana jika kami menggunakan 'ini'?"suara ancam paman Bram lagi.

"i-itu"eh kakak yang tadi mengeluarkan suara permusuhan langsung gugup dan bergetar?.

"ya, hanya sedikit orang yang tau akan kebenaran ini dan sudah banyak saksi yang mati kan"suara paman Bram penuh kemenangan.

"dasar keparat licik"suara kakak kembali penuh permusuhan.

"ya-ya-ya, dulu ketika aku berkuas-"eh ada yang menarikku, tanpa sadar Kak Angel menarik tanganku membuat aku tak bisa menguping.

Ketika aku hendak protes ia langsung memelukku,"seorang gadis gak boleh menguping, maaf"katanya dengan suara tangis.

Aku kalah, pelukan dari sahabatku ini yang selalu mengingatkan pada masa-masa indah kami bersama dulu, walaupun mungkin ayahnyalah yang membunuh ayahku, tapi aku bukan tipe yang langsung emosional tanpa bukti, setidaknya nanti aku akan mencari bukti yang ditunjukkan om Bram pada Kakakku.

***

Author Pov

Didalam ruangan kantor yang redup penuh kekacauan, ada sesosok manusia tengah berdiri dengan tangan yang menyangga tubuhnya dengan meja, dan dia terus memandang kertas foto copy bukti didepannya, "sharar"katanya dan kertas itu tiba-tiba terbakar.

"siiiiaaalllll,"ucapnya melempar meja yang terlihat lebih besar dan berat dari kelihatnya"kenapa dari semua bukti, mereka memiliki yang itu"ucapnya.

Rendy berusaha membuat Image PK untuk menteror kelompok mereka yang tak terlihat oleh media akan tetapi setelah Ia diperlihatkan bukti itu, ia membulatkan tekat untuk merubuhkan mereka satu-persatu "yah, dengan kartu Asku maka rencana B dapat dilaksanakan"katanya dengan tubuh yang terbaring dilantai.

'jika kamu tidak bisa mencabut rumput sampai ke akar maka rumput itu akan tumbuh lagi' dan 'selama ada faktor pendukungnya untuk hidup maka rumput pasti akan tumbuh lagi', jika ingin membunuh dengan sihir hitam maka banyak cara tapi Rendy tak ingin melakukannya.

"itu masih belum cukup untuk menebus kesalahan mereka, aku lebih suka meneror kegiatan kotor mereka" ucap Rendy berbaring dilantai dengan merentangkan kedua tangan"aku ingin agar mereka merasakan apa yang aku rasakan, hidup seperti diantara hidup dan mati"ucapnya lemah.

Dengan salah satu tangan yang bergerak menutupi kedua kelopak matanya dan aura gelap pekat mulai keluar dari tubuhnya {AKU AKAN MEMBUNUHMU....! AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA....! AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUANYA.... SAMPAI TAK ADA YANG TERSISA.....}ucapnya dengan nada penuh dengan dendam, amarah dan murka.

***

Anisa Pov

Hari ini benar-benar mengejutkanku, aku masih belum tahu kebenaran tentang semua, tentang apa benar Paman Bram yang memalsukan kecelakaan Ayah dan Kakak, dan apakah benar kakak benar-benar pernah membunuh seseorang, pikiranku semakin sakit ketika memikirkannya.

"ada apa dek, kok gak nafsu makan?"kakak bertanya padaku dengan lembut.

Saat ini kami sedang makan malam buatan Kakak, setelah kunjungan kerja ditempat perusahaan kakak, Kakak tampak biasa-biasa saja walau tadi bertemu dengan Paman Bram, mungkin karena kunjungannya ke We House tadi sore mengembalikan moodnya.

"ti-tidak bukan apa-apa!" jawabku agak gugup karena tadi melamun.

"padahal aku masakan salah satu makanan kesukanmu, bakso isi keju"kakak mengambil sambal ekstra pedas buatan mbok sri.

"tadi hanya sedikit pusing dikelas, jadi mungkin masih agak terasa"ngelesku.

"ah, besok akhir pekan jadi tak apa-apa jika kamu istirahat dirumah saja"kata kakak memasukkan cabe potong kedalam mangkok baksonya.

Ini mengingatkanku ketika aku, Kakak dan Kak Angel masih bersama dulu, kami bertiga sering makan bersama di taman ketika akhir pekan dan kakak yang membuat bekalnya selalu kerepotan karena aku suka rasa yang asin dan manis, Kak Angel suka rasa asam dan manis, sedangkan Kakak suka pedas dan ekstra pedas.

Waktu itu aku dibuatkan Kakak Bakso keju seperti Ini, Kak Angel daging asam manis sedangkan kakak Nasi goreng merah darah, aku tak tau berapa cabai yang dimasukkan tapi ketika Kakak membuka kotak bekal miliknya, Aku dan Kak Angel menutup hidung kami karena dari aromanya saja sudah membuatku tahu kalo itu sangat pedas.

Waktu itu kakak memakannya dengan lahap (walau aku dan Kak Angel agak menjauh), dan ketika beberapa saat kakak mulai merasa kepedasan dan teringat lupa membawa air, kakak lari dengan kecepatan tinggi membeli air di mini market dan karena efek terburu-buru uangnya jatuh dan membuat Kakak frustai.

"ppft" suaraku menahan tawa.

"ada apa?"Tanya Kakak ketika melihatku.

"tidak bukan apa-apa!"kataku menahan tawa melihat wajah kakak mulai berkeringat.

"akhirnya kamu tersenyum lagi"kata kakak mengambil minuman dingin.

"Yah karena waah kakak yang berkeringat lucu" kataku, ah jadi dia sengaja menambahkan potongan cabe.

"begitukah?, yah yang penting kamu dapat tersenyum lagi" kata kakak meminum kuah bakso dari mangkuknya, eh masih mau lanjut?.

"yah itu mengingatkanku ketika kita sama-sama ketaman, aku, Kakak dan Kak Ang-"ucapanku terhenti oleh suara cukup keras dari mangkuk yang dibenturkan ke meja.

"dek hentikan" suara kakak lembut dan hangat tapi seperti ditekan.

Dengan terkejut aku membalas dengan tergugup"ma-maaf".

"gak apa-apa, jangan murung"kakak menjangkau kepalaku yang agak tertunduk"Kakak lebih suka Anisa yang sering tersenyum dan manja"kata Kakak lembut, ah dia mengusap kepalaku, rasanya benar-benar nyaman dan hangat.

Setelah kami makan dan membersihakan alat makan, Aku pergi tidur duluan sedangkan Kakak masih sibuk mengetik sesuat diruang tengah tapi ada sesuatu didalam Hatiku yang membuatku tak tenang, ah iya aku kelupaan mencari bukti.

Aku bangun dari tempat tidur dan mencari kakak, tapi lampu di kamar tengah sudah mati dan aku tak menemukan dimana Kakak berada, apa jangan-jangan Kakak akan beraksi lagi malam ini, dan ketika aku menoleh lampu kamar kakak masih menyala dan ada keberadaan sosok-sosok didepan pintu kamar Kakak, 'tok-tok'aku mengetuk pintu.

"ada apa dek?" tanya kakak dari dalam ruangan.

"a-anu kak, Kakak boleh adek masuk?"tanyaku agak gugup, tentu saja gugup sudah hampir satu tahun aku gak pernah masuk kedalam kamar kakak.

"Boleh Ko-"tanpa basa-basi aku langsung membuka pintu.

Terlihat kamar yang sangat nostalgia, ada kasur yang lebar dan disebrang tempat tidur ada rak-rak buku yang menjulang tinggi dan diatas tempat tidur terdapat sosok yang sangat aku cintai tengah membaca buku.

"ada perlu apa?" katanya menutup buku yang sangat tebal.

"it-itu, anu"sial, aku benar-benar malu setengah mati mungkin wajahku sudah berwarna merah seperti kepiting rebus.

Dulu ketika aku mengatakannya pada teman-temaku ketika hendak tes semseteran SD kelas enam, aku keceplosan menceritakan bahwa aku masih tidur seranjang dengan Kakak dan mereka mengatakan "eh, masih?","apa gak malu?" atau "dasar BroCon", wah gara-gara mereka membuatku menyadari bahwa ini sebenarnya memalukan tapi sebalnya yang memanggilku BroCon setelah bertemu dengan kakak langsung minta no HP milik Kakakku dan habis itu aku delet nomernya di HP Kakak.

"tak apa-apa!" kata kakak tersenyum hangat dan lembut kepadaku sambil meletakkan buku ke atas meja disampingnya.

Dengan senyumannya yang hangat dan lembut memberikanku kekuatan untuk mengatakannya, "bo-boleh ki-kita tidur bersama lagi" kataku mengatakannya dengan semua keberanianku yang dibalas dengan ekspresi terkejut.

'ap-apa tidak boleh, da-dan kenapa kakak memasang ekspresi itu?'batinku, ekspresi kakak melembut kembali dan dia mulai tersenyum, "tak apa-apa" katanya singkat membuatku berbunga-bunga dan dia membukakan selimut untukku.

Aku berjalan mendekati Kakak dan bertanya terlebih dahulu,"apa aku terlihat manis dengan piyama baru ini?" tanyaku sambil berputar, ini salah satu piyamaku yang berwarna merah muda dari bahan sutra lembut yang aku beli karena sangat couple dengan punya kakak yang berwarna biru.

"iya, sangat manis kok"jawabnya dengan tersenyum,'yes, aku sayang Kakak' itu kata yang ingin aku ucap tapi aku tahan.

Aku memeluk kakak yang masih terduduk diatas kasur, "kenapa, Kakak gak langsung tidur?"tanyaku memandang wajahnya, dan aku akhirnya tersadar bahwa suhu ruangan kamar kakak agak panas dari biasanya.

"sebenarnya AC Kamarku mati dan membuatku susah tidur jadi tunggu sebentar lagi"katanya sambil mulai membuka kancing, eh jangan bilang Kakak mau buka bajunya karena gerah, jika begitu aku gak kuat liatnya.

Ketika aku menutup mata, kakak keluar dari ranjang lalu berjalan menuju beranda disamping rak buku dan membukanya, "untung ada bunga-bunga ditaman yang dibenci oleh nyamuk jadi jika aku buka gak apa-apakan"katanya kembali lagi.

Ah, aku bukannya berharap tapi memang aku tak pernah liat kakak telanjang dada dan ketika kami kecil kami tak pernah mandi bersama, "kenapa mukamu seperti itu?"tanyanya ketika kembali lagi keranjang, aku hanya bisa tertunduk.

"apa-AC kamar kakak benar-benar mati?"tanyaku yang merasa kesal.

"Cobalah sendiri"kata kakak dengan tersenyum.

"Yui-chan, nyalakan AC"perintahku pada Yui.

[mohon tunggu sebentar Onee-chan]kata Yui menjalankan perintahku.tak beberapa lama [maaf, Onee-chan dari analisisku mustahil, jika tak percaya coba nyalakan secara manual]kata Yui dan suara itu tak terdengar lagi.

Aku mengambil remot dan mencoba menyalakannya, memang menyala tapi tak kunjung juga dingin-dingin"aku benar-benar tak dipercaya adikku"kata Kakak lemah, ah aku terlalu termakan emosi sampai tak mempercayai Kakak.

"ma-maaf, Adek hanya jengkel"kataku lemah yang disambut dengan usapan kepala dan senyuman.

Akhirnya kami tidur bersama setelah Kakak mematikan Lampu secara manual, dan aku menunggu cukup lama agar bisa melancarkan rencanaku, tapi sialnya rasa nyaman dan aman ini membuatku benar-benar merasa ngantuk.

Ak-aku harus bisa menahan rasa kantuk ini, agar aku bisa mencari bukti yang dikatakan Paman Bram mengenai kebenaran, ke-kebenar-kebenaran itu, ah sial rasa nyaman dan aman ini benar-benar mematikan.

***

Ah, akhirnya aku dapat bangun juga, mungkin karena kebiasaan minum dan ngemil tengah malam membuatku terbangun dengan sendirinya tapi mimpi mengerikan itu tak muncul dimimpiku malam ini, mungkin karena rasa nyaman dan Aman dari Kakak.

Aku keluar tempat tidur dengan diam-diam agar tak membangunkan Kakak yang terlihat sangat nyenyak, aku melakukan ini karena aku tau Kakak selalu mengunci kamarnya ketika pergi sekolah bahkan mbok Sri gak pernah membersihkan kamarnya Kakak, yah mungkin karena ada sebagian rahasia perusahaan tersembunyi disini.

Aku membuka laci, Cuma ada sedikit prototype milik perusahaan, aku sudah lama tahu bahwa Kakak selain pendiri perusahaan bersama ayah Ia juga merangkap sebagai kepala peneliti, aku melanjutkan ke rak buku-buku dan hanya ada buku-buku dengan sampul aneh dengan isi yang aneh pula.

'Aku tak bisa membacanya, tulisan dari negara mana ini, dan lagi aku tak mengerti dengan simbol-simbol aneh yang tercetak ini' batinku dan ketika aku mencoba meraih buku dirak paling tinggi, sial aku gak Sampai.

Jika aku mencoba melompat mungkin saja sampai, tapi itu juga bisa membuat buku-bukunya jatuh dan membangunkan Kakak nanti, bagaimana ini?, aku harus bagaimana?, walau aku sudah jinjit tapi masih mustahil dan eh.

"ini bukunya" kata kakak yang berada di belakangku, aku tak sadar telah membangunkan Kakak dan sekarang aku harus lari bagaimana?, tangan kanan kakak berhasil meraih buku dan tangan kiri kakak ada dipinggangku.

"ak-aku!"kataku mencoba membuka mulut ketika buku itu aku terima dengan kedua tangan, aku tertunduk dan memeluk buku itu kedadaku.

"tak apa-apa jika adek ingin membacanya, tapi buku ini sulit dipahami manusia"kata Kakak lembut.

Seperti hangatnya fatamorgana berkilauan ditengah cahaya bulan purnama yang melalui beranda kamar yang dibuka kakak atau karena sifat ingin melindungiku, sayap putih susu Kakak merapat dan memelukku, itu tanpa sadar membuat air mataku keluar.

"ada apa?, jika ada yang menyedihkan katakan pada Kakak!"katanya lembut dan hangat, Ia memelukku juga dari belakang.

"Hen-hen"aku berusaha membuka mulutku"hen-hentikan Kakak!"kataku dengan isak tangis.

"apa kamu tak mau dipeluk Kakak?"tanyanya lembut tapi sebenarnya pura-pura bodoh lagi.

Ini membuat perasaanku campur aduk, antara dia mengerti atau tidak"aku mohon hentikan balas dendam Kakak"kataku berusaha kuat akan semuanya,"aku tau Kakak adalah PK dan menangkap para koruptor!"kataku agak marah.

"aku tak mengerti apa maksudmu?" katanya sok polos.

"jangan membohongiku,"kataku membentak Kakak, "aku tau Kakak sering bertukar denga orang yang menyamar menjadi dirimu"kataku sedih.

"?"

"Aku juga tau, ketika setelah Kakak beraksi terkadang ada bau misiu dan darah"kataku lemah mencoba menahan tangis.

"!"

Aku tau walau kakak mandi terlebih dahulu sebelum pulang kerumah tapi aku dapat mengetahuinya, "dan aku tau, kakak memiliki dendammu dengan Om Bram, akan kematian Ayah" kataku aku melepaskan tangan kiriku dari buku dan menggenggam tangan kanan Kakak.

"jadi benar-benar ketahuan yah"Kakak menyandarkan kepalanya dibahu kiriku"jadi adek mau Kakak berhenti?" lanjut tanya Kakak lembut.

"jika kita bisa hidup berdua saja tak masalahkan"balasku pelan dan kini aku gunakan tangan kiriku menyentu pipi kiri Kakak dan menempelkan pipi kiriku kepipi kanannya.

"itu tak bisa, aku tak bisa melakukannya"katanya masih lembut.

Dan itu membuat aku jengkel,"kenapa, kenapa tak bisa"kataku menepis pelukan Kakak, berbalik dan mundur hingga rak buku, aku menahan rasa sakit karena kepalaku terbentur rak buku cukup keras.

"aku sangat menyayangi ayah dan bunda, itulah mengapa aku harus balas dendam"katanya pelan.

'apa benar itu alasannya'pikirku "bahkan mungkin ayah dan bunda tak ingin Kakak balas dendam"kataku pelan juga.

"MEMBIARKAN ORANG-ORANG YANG AKU SANGAT SAYANGI TERLUKA DAN MENDERITA BUKANLAH CARAKU MENYAMPAIKAN CINTA DAN SAYANGKU"! kata kakak tegas, ta-tapi aku juga tak mau melihat kakak terluka dan menderita seperti ini.

Aku mengalihkan muka dan memegang lengan kananku yang membawa buku dan mencoba membuka mulutku "Dendam hanya membawa luka dan penderitaan Kakak"kataku mengembalikan kata-katanya, 'aku tak ingin kau terluka dan menderita kakak, jadi tolong berhenti'itu kata yang ingin aku keluarkan tapi Kakak tiba-tiba menahan pundakku.

Kakak mendekatiku dan 'chuup' sebuah ciuman lembut didahiku kurasakan, itu membuat rasa frustasiku tiba-tiba sirna dan dibarengi perasaan bahagia serta rambatan listrik di tulang punggungku yang membuat kakiku lemas, "kakak tak apa-apa, selama kakakmu ini melihat adek tersenyum itu lebih dari pada cukup"katanya mesra.

Kedua tangan Kakak mengusap bekas air mataku dengan kedua ibu jarinya, ah apa ini, apa ini akan berlanjut, dan kakak kembali menepis jarak diantara wajah kami lalu karena gugup aku menutup kedua mataku rapat-rapat.

Dan chuup, eh tunggu, kenapa disitu? Kakak memundurkan wajahnya"kenap kau membuat wajah seperti itu"tanyanya setelah memberikan kecupan didahiku lagi.

"tidak, bukan apa-apa"jawabku ketus dengan memalingkan wajahku"adek izinkan dengan 2 syarat mutlak" kataku agak emosi.

"syarat?"ucap Kakak bingung.

Aku memandangi wajahnya lagi dengan rasa hangat"ya syarat,"aku merangkul lehernya dan berbisik dengan lembut"yang pertama, jangan sampai terluka dan pulanglah dengan selamat"hatiku merasa berat,"yang kedua, aku ingin kakak selalu bersamaku mulai besok".

"eh bukannya itu ada tiga?"ah, aku saat ini ingin memukulnya atau setidaknya mencekiknya, dasar laki-laki kurang peka, walau aku tau dia bercanda tapi tetap saja menjengkelkan, Aku mendesah lelah, dan aku mulai teringat sesuatu yang penting.

Aku melepaskan rangkulanku dan "jadi wanita itu siapa?"tanyaku penasaran terhadap bau wanita lembut dan polos.

"eh?"Kakakku sendiri bingung.

"lima belas hari lalu Kakak pulang dengan bau misiu, darah dan wanita, siapa wanita itu?"tanyaku sebal.

Dan Kakak menjelaskan semua tentang kejadian dengan Monica, walau begitu itu tetap membuatku sebal"kalo gitu hari minggu ini Kakak dirumah saja"kataku jengkel.

Kakak terkejut lagi"tak bisa seperti itu, hari minggu ini kakak harus merawat anak-anak We House dan mengantarkan sebagian ke Gereja dan pure"aku melipat kedua tanganku karena jengkel"Kakak adalah ayah angkat mereka, sebagai ayah Kakak memiliki kewajiban mendidik, mengarahkan, mengingatkan, dan memberi contoh" katanya lembut.

Aku kalah lagi, aku mendesah "ketika rasa sayangku lebih besar, maka sifat egoisku akan menjadi tamak, dan rasa ingin memiliki kakak melebihi dari siapapun, tapi terkadang rasa ingin memiliki ini memaksa Kakak melakukan hal yang ternyata menyakiti Kakak dan orang lain"aku menggengam dadaku"dari pada itu adek akan masih dan selalu mejaga perasaan 'ini' dan tidak akan tamak untuk memiliki kakak"kataku tersenyum kearah kakak.

Kakak memberiku usapan kepala dan berbisik"ketika kakak pulang, kakak akan melakukan semua keingin adek"katanya dengan menempelkan pipinya.

Aku sudah tau bahwa perasaan ini tak mungkin jadi kenyata, tapi aku tak masalah jika yang menjadi pertama adalah Kak Angel tapi ternyata Kakak memiliki dendam yang kuat dengan Ayahnya.

Pada akhirnya aku gagal membuat Kakak berhenti tapi sepertinya hubunganku dengan Kakak makin dekat, dan aku mulai tidur bareng dengan Kakak lagi, yah itu untuk kompensasi karena selalu membuatku khawatir.