Chereads / Lintas Alam / Chapter 3 - Matilah!

Chapter 3 - Matilah!

Berhasil mencapai angka 9000an saat baru menyelesaikan proses transformasi adalah hal gila. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Mengingat angka awal Tejo yang hanya 10, hasil ini seperti sambaran petir bagi Earvin.

Bagaimanapun dia perlu waktu lama untuk melatih tubuhnya hingga bisa mencapai tahap ini dengan Kanuragan. Sedangkan Tejo memperoleh kekuatan besar hanya dalam 1 jam saja.

Sepertinya Tejo tidak sesederhana yang terlihat. Atau ini adalah potensi manusia di alam ini setelah dibangkitkan? Sekilas Earvin larut dalam lamunan, memikirkan apa yang terjadi.

Tidak hanya Earvin yang kaget. Tejo juga melihat hasil di dinding uji dengan tidak percaya. Bahkan ini terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Berapa kekuatan orang normal di Alam tempat dia tinggal? Hanya berkisar puluhan. Tapi saat ini dia ratusan bahkan mungkin ribuan kali lebih kuat dari orang normal.

"Earvin, apa alatmu ini rusak?" Tejo juga tidak bodoh. Melihat reaksi Earvin yang seakan mau meledak, Tejo berfikir bahwa ada yang tidak beres.

Setelah mendapat pertanyaan dari Tejo, Earvin pun bangun dari pikiran nya sendiri. Dalam sekejap dia berhasil mempertahankan ketenangan nya.

Hasil ini adalah hasil yang baik, walaupun aneh. Namun untuk memastikan Earvin menyuruh Tejo mengukur sekali lagi.

Ding!

9.277

Tidak jauh berbeda dari hasil sebelumnya. Ini menunjukan mesin memang bekerja dengan baik.

"Tejo, jujur saja, hasil mu bahkan baru pertama kali terjadi. Umumnya orang akan meningkatkan kekuatan nya sebesar 1000 saat pertama kali bertransformasi. Dan kamu bisa mencapai 9 kalinya dalam sekali jalan. Jika aku tidak menyaksikan nya sendiri aku pun tidak percaya."

"Kenapa kau begitu terkejut? Itulah potensi ku, potensi seorang jenius." Wajah sombong Tejo membuat Earvin ingin meninju hidungnya dengan keras.

"Baiklah cukup omong kosongnya. Apa kau pikir dengan kekuatan fisik saja sudah pantas untuk sombong? Di alam lain bahkan banyak orang dengan kekuatan seperti dewa dan kau cuma semut di hadapan mereka."

Earvin tidak bercanda soal ini. Bagaimanapun orang sekuat Earvin saja berakhir babak belur dan hampir mati. Dalam benak Tejo, dia bertanya seperti apa Alam lain itu. Kenapa bisa orang-orang di sana begitu kuat?

"Untuk sekarang istirahatlah. Pulihkan kondisi mental mu. Dan besok kita akan mulai latihan yang sesungguhnya. Dengan kekuatan fisikmu saat ini, kau bisa mulai melatih Kanuragan. Cobalah untuk terbiasa dengan kekuatan mu yang sekarang. Mungkin akan sedikit sulit untuk mengatur jumlah kekuatan saat beraktifitas normal. Bagaimanapun kekuatanmu berkembang terlalu cepat. Bisa saja kau merusak sesuatu atau menyakiti seseorang tanpa sengaja."

....

Keesokan harinya, Tejo sedang berada di halaman. Mencoba beradaptasi dengan kekuatan fisiknya yang baru. Satu hal yang dia sadari, tidak hanya kekuatan nya yang bertambah. Fleksibilitas nya pun meningkat. Dulu dia akan sangat kesulitan untuk melakukan gerakan senam lantai seperti split dan gerakan yang memerlukan kelenturan. Tapi sekarang dia bisa melakukan nya dengan mudah.

Tejo pernah membaca, bahwa seseorang yang berlatih bela diri, sangat penting untuk memiliki kelenturan. Kalau tidak perkembangan nya akan sangat terbatas bahkan ada kemungkinan melukai diri sendiri saat berlatih.

Earvin mengamati dari dalam rumah. Rumah portable ini terdiri dari 2 lantai dengan bentuk seperti kapsul dan berwarna perak gelap. Saat Tejo sudah selesai membiasakan diri, Earvin terjun dari lantai dua menuju halaman tempat Tejo berlatih.

"Apa kau sudah terbiasa Teo?"

"Te..Jo.., namaku Tejo. Kau tau orang tuaku dulu bahkan membuat Selamatan saat memberiku nama. Jangan seenaknya mengganti namaku! " Tejo agak kesal dengan Earvin yang tetap asal-asalan menyebut namanya.

"Baiklah, terserah kau! Yang lebih penting sekarang adalah menyelesaikan urusanmu di alam ini kan?"

Mendengar ini Tejo menjadi lebih serius.

"Sebelum kau membalaskan dendam mu, sebaiknya kita mulai latihan Kanuragan sesegera mungkin. Semalam aku mengecek teknologi di alam ini. Ada beberapa hal menarik yang aku temukan. Sepertinya di alam mu internet adalah hal yang besar. Berkat internet aku jadi tau garis besar keadaan di alam ini."

"Hoho apa kau terkejut dengan internet? Tampaknya di sini kamulah yang kampungan" Tejo masih ingat saat Earvin menyebutnya kampungan di chapter sebelumnya. Jadi dia sedikit menggodanya.

"Tidak, kamu salah, sebenarnya konsep jaringan besar seperti internet itu juga sudah kutemui di beberapa Alam lain saat aku menjelajah. Tapi yang mengejutkan adalah di dunia ini orang-orang sungguh lemah. Teknologi cukup tinggi tapi manusia sepertinya tidak mengembangkan tubuhnya dengan baik. Seperti batas umur yang hanya rata-rata sampai 70 tahun saja. Di alam lain kau mungkin terkejut menemukan orang berumur ribuan tahun."

"Yah, sepertinya itu benar. Orang di Alam ini tidak punya pengetahuan yang baik tentang itu. Jika di ingat, aku pernah membaca bahwa di jaman dulu orang-orang bisa hidup lebih lama, bahkan hingga ratusan tahun. Kisah-kisah nabi pun menyebutkan umur mereka ada yang sampai 900an tahun."

Earvin berfikir bahwa perkembangan peradaban di sini berjalan ke arah yang keliru. Atau telah terjadi sesuatu sehingga informasi tentang ini hilang dari dunia. Tapi ini bukan masalah dia, jadi Earvin segera mengabaikan hal ini.

Saat mereka sedang berdiskusi, Earvin merasakan keberadaan orang lain yang bersembunyi di sekitar mereka. Dia jelas bisa merasakan niat buruk dari mereka. Tejo sebaliknya, dia sama sekali tidak menyadarinya.

"Tejo, apa kau tau, walaupun fisikmu sudah kuat, tapi aspek lain seperti persepsi dan indra mu masihlah orang biasa. Jadi kau mungkin tidak menyadari bahwa ada beberapa tikus busuk yang bersembunyi di balik semak. Hei! Keluarlah kalian! "

Dari balik semak muncul segerombolan orang dengan pisau dan pedang di tangan mereka. Jelas mereka bukan orang yang sedang bertamasya di pinggir hutan.

Tejo pun menoleh kearah mereka. Dan wajahnya berubah serius. Diantara 10 orang yang baru muncul, ada 1 orang yang dia kenal. Namanya Gorin. Fitur mukanya yang segitiga dan terdapat codet di pipi kanan memberikan getaran bahwa dia bukanlah orang baik.

"Tejo.. Tejo.. Akhirnya aku menemukan mu. Ternyata selama ini kau bersembunyi di tempat terpencil ini. Tapi sepertinya akhir hidupmu sudah dekat. Sesali lah kenapa kau dulu menyinggung orang itu. Bersiaplah bertemu anggota keluargamu di alam baka."

"Alam baka? Hey Tejo, apa dia berbicara perjalanan antar alam?" Earvin yang tiba-tiba menyela hampir membuat Tejo terjungkal karena pertanyaan bodohnya.

"Hey hey teman.. Sebaiknya kau menjauh dari hal ini. Aku tidak menjamin kau akan tetap aman jika ikut campur urusanku. Tapi selera mu cukup bagus, mengecat rambut mu jadi putih, sebenarnya itu cukup stylist." Gorin merasa cukup aneh melihat anak muda berambut putih itu. Dia tidak menunjukan rasa takut atau panik sedikitpun. Apakah itu karena kebodohan nya atau latar belakang yang dia miliki?

"Hoo.. Kau dengar itu Tejo, bahkan tikus busuk ini tau bagaimana berbicara dengan baik di depanku. Sebaiknya kau belajar darinya." Dengan wajah main-main Earvin menggoda Tejo yang dari tadi hanya diam.

"Diam lah, apa perlu, belajar dari orang mati? Bagaimanapun tidak ada dari mereka yang akan hidup setelah hari ini." Tejo berbalik dan berjalan mendekat ke gerombolan bersenjata itu.

"Hey Gorin, yang akan menyusul orang tuaku adalah kalian."

Setelah mengucapkan hal itu, Tejo berlari ke depan dengan sangat cepat.

Serempak Gorin dan anak buahnya bersiap untuk bertarung. Bersenjatakan pisau dan pedang mereka menyerang Tejo saat dia mendekat. Salah satu dari mereka menyabetkan pedang nya, tapi kecepatan tejo saat ini bukanlah sesuatu yang bisa diimbagi orang normal. Dengan mudah Tejo menghindari serangan mereka. Seperti belut yang licin, tidak ada satu serangan mereka yang berhasil mendarat di tubuh Tejo.

Sebaliknya satu persatu anak buah Gorin jatuh ketanah dan menyemburkan darah dari mulutnya. Telapak tangan Tejo menghantam dada mereka. Walaupun badan nya seperti baik-baik saja, tapi organ dalam mereka hancur.

Melihat hal ini, Earvin sedikit tertarik. Tejo jelas menahan kekuatan nya. Jika tidak pukulan biasa dari Tejo mampu mengubah mereka menjadi jus darah dan daging. Namun sebaliknya dia menggunakan teknik aneh yang bisa menghancurkan organ dalam tanpa meninggalkan banyak luka luar.

Gorin yang berada diantara mereka menjadi satu-satunya yang tersisa dari grup itu. Diwajahnya tergambar jelas keterkejutan, ketakutan, dan rasa tidak percaya dengan apa yang baru dia lihat. Tejo membereskan 9 orang bawahan nya bahkan tanpa berkeringat. Dan mereka semua mati.

"Ini..ini.. tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa Tejo begitu kuat."

Niat membunuh yang pekat seperti tergambar di udara. Tejo bagaikan monster dimata Gorin.

"Gorin, aku beri kesempatan padamu. Kau ingin mati atau jadi anak buahku?" pertanyaan itu seperti gong yang menekan kesadaran Gorin.

"Te..Tejo, tidak, Bos Tejo. Maafkan aku Bos. Aku Gorin mulai sekarang bersedia mengikuti semua perintahmu. Tolong ampuni nyawaku." Gorin yang datang dengan sombong saat ini bersujud di hadapan Tejo, memelas agar nyawanya diampuni.

"Hahaha Gorin, baiklah sebagai Bos baru mu. Perintah pertamaku adalah.."

"Matilah!"

Tak perlu waktu lama, Gorin tergeletak tak bernyawa dengan pedang tertancap di kepalanya.