At Intan's House. Jakarta Selatan--Indonesia. 08:15 AM.

"Good morning, Sir. Terimakasih sudah menerima panggilan saya." sapa Kath dengan wajah penuh senyum di bibir merahnya.
Well, Diego memperhatikannya. Dia menggeram sedikit. Sialan. Kenapa Kath memakai baju rendahan seperti ini? Apa dia mau memamerkan dadanya itu padanya?
"Langsung saja, Kath." pinta Diego, masih menatap ke arah Katherine lewat layar iPad pro berlogo apel miliknya.
"Sesuai permintaan Anda, kami berhasil mendapatkan beberapa persen saham Mikhailova International, Sir. Sekarang masih 10% tapi jumlahnya akan terus bertambah. Orang-orang kita juga sudah mulai bergerak memengaruhi direksi mereka, beberapa di antaranya bahkan sudah berpihak pada Anda."
Diego meletakkan cangkir berisi cappuccino ke atas meja kayu ek yang ada di depannya dengan kasar mendengar ucapan Katherine yang kini sedang melakukan vidcall pribadi dengannya. Seharusnya itu adalah pencapaian yang bagus, tapi mengingat betapa berambisinya dia sekarang, semuanya menjadi terlihat lambat. Diego butuh yang lebih dari ini.
Apalagi dia yakin jika Carlos Hugo Mikhailova—si bodoh itu pasti masih belum menyadari apa yang dia lakukan. Orang seperti Carlos yang terlalu banyak memikirkan tentang nasib putra-putrinya pasti tidak akan mengira Diego akan menyerangnya tanpa aba-aba seperti sekarang.
"Bagus. Ada perkembangan lagi?"
Katherine tersenyum lagi. Pipinya yang berwarna pink itu terlihat memerah kala dia melirik ke arah belahan dadanya. Diego mengangkat satu alis.
"Kath?"
"Ah, maaf tuan." Katherine langsung menegakkan kepalanya, lalu buru-buru mengubah ekspresi wajahnya. Dia akhirnya menatap Diego serius ketika melihat kilatan di mata biru Diego yang sempat menghujam dirinya. Kath menelan ludah. "Sepertinya masih ada tuan." ucap Kath ketika dia membuka berkas-berkas yang berada di dekatnya.
Diego masih memperhatikannya. Haha, lihatlah... Katherine sepertinya lebih terlihat sedang menggodanya daripada sedang melaporkan hasil pekerjaannya. Karena begitu Katherine mulai membuka lembaran-lembaran kertas, dia terlihat sekali sengaja merendahkan tubuhnya hingga nyaris lebih dari separuh dadanya terlihat jelas di mata Diego.
Sebagai lelaki, tentu saja Diego tergoda. Ah, sebenarnya dia akan lebih tergoda lagi jika yang melakukan itu adalah Irene.
Maybe, perkataan Sehun yang menyebutkan jika Kath menyukai dirinya sejak lama memang benar. Meskipun lewat daring, Diego bisa menyadari perasaan Kath dari cara wanita itu menatapnya. Diego tahu betul apa arti di dalamnya. Karena Kath menatap dirinya sama seperti dia tengah menatap Irene. Penuh cinta. Penuh damba.
Tapi Diego tidak peduli. Mau Kath suka atau tidak Diego tidak ada urusan untuk itu. Biarlah dia menikmati cara Kath menggodanya.
Wajar saja, Diego itu Devil....

"Karena perusahaan Mikhailova International memiliki banyak sektor pariwisata yang belum terlalu memadai, tidak sedikit klien yang beralih pada kita. Jika mereka tidak segera mengoptimalkannya, saya yakin kita bisa menjadi pemenang saham mayoritas."
Diego tersenyum miring. Dulu dia tidak pernah berniat merampas Mikhailova International bukan karena dia merasa tidak mampu, tapi itu lebih karena dia tidak mau. Diego tidak butuh perusahaan milik pria tua itu, karena itu dia hanya bermain-main dengan mengambil banyak tender yang di inginkan Mikhailova International untuk membuat Carlos maupun Raka kesal.
Dan sekarang Raka malah menyenggolnya. Ah, malah lebih parah. Lelaki itu berani untuk sekedar tertarik pada Irenenya. Raka membuat Diego marah dengan mendekati Irenenya. Tidak berbeda dengan wanita jalang itu—Mi Lover, berani mencelakai Irenenya. Sungguh perbuatan yang bisa membuat Diego sangat sangat marah. Karena itu jangan salahkan jika Diego berniat mengambil Mikhailova International dari tangan Ayah mereka lewat jalan yang tidak pernah mereka pikirkan. Keluarga Mikhailova sudah bermain api, mereka bermain-main dengan milik Diego. Jadi jangan salahkan jika Diego membakarnya dengan mengambil apa yang di bangga-banggakan oleh mereka.
"Keluarga Christopher memiliki 17% saham. Jadi untuk sementara total yang kita miliki 35% saham, Sehun Christopher pasti ada di pihak kita. Aku butuh lebih dari itu, Kath!"
"Exactly, Sir. Dan kami akan segera menghubungi Mr. Christopher untuk bekerja sama. Anda tinggal menunggu e-mail dari kami untuk melihat data-datanya." ujar Kath menanggapi ucapan bossnya. Dia kembali membuka berkas di tangannya. "Tapi, Sir... Sebenarnya Keluarga Samuel memegang 16% saham. Jika Anda mau, kita bisa menghubungi Mr. Kenneth—"
"Dia sudah mati." ucap Diego cepat tanpa pikir panjang. Katherine terkejut.
Diego sangat mudah mendapat saham yang di miliki Keluarga Samuel. Tapi itu akan terjadi jika saja saham tersebut tidak jatuh ke tangan anggota Keluarga Samuel yang lain. Sangat mungkin jika saham itu beralih pada Kendrick Samuel, selaku Kakaknya Kenneth. Karena Kendrick juga sudah mati, berarti yang memegang saham itu adalah Ibu kandungnya Irene—istrinya, Bae Angel. Baiklah... Diego tidak perlu memutar otak untuk mendapatkan saham-saham yang lain, dia yakin akan mendapatkan saham Keluarga Samuel. Dengan itu dia akan memiliki total sebanyak 51% saham. Jika dia sudah berhasil mendapatkannya, jalannya akan semakin mudah. Well, Mikhailova International bukanlah perusahaan raksasa yang sangat sulit untuk dia jatuhkan. Diego yakin dengan kuasa dan sebagian besar saham yang dia punya, dia benar-benar sukses menggulingkan Mikhailova International.
"Carlos Hugo Mikhailova, berapa sahamnya?" tanya Diego langsung.
"49%, Sir."
Diego menyeriangi. "Kalau begitu kau urus saja saham Keluarga Christopher. Untuk saham Keluarga Samuel biar aku sendiri yang turun tangan."
"Yes, Sir." Kath tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
"Jika ada yang perlu di tanyakan kau hubungi saya. Saya akan lama di Indonesia."
Kath terdiam sesaat. Ucapan Diego tadi sepertinya merupakan akhir dari vidcall mereka. Tidak! Kath masih ingin berlama-lama. Dia harus melakukan sesuatu.
Namun baru saja Kath membuka mulut, vidcall itu tiba-tiba terputus. Sialan. Diego Alvaro keburu mematikannya. Ugh! Bodohnya dia....
"Tuan." itu suara Christian. Pria bermata abu-abu berusia empat puluh tahun itu berdiri di belakang sang Tuan. Menundukkan kepala ketika Diego menoleh kepadanya.
"Ada apa, Chris?" tanya Diego datar sembari menyenderkan punggungnya di kursi dan mengangkat kakinya, Diego bahkan terlihat menyilangkan kakinya seperti boss besar, matanya tetap fokus pada Ipadnya.
"Orang mansion sudah mengabari saya jika Carlos meminta izin kepada Anda untuk membawa pulang Nona Mikhailova ke rumahnya, Tuan Muda."
Oh, God... Christian makin menundukkan kepalanya begitu mendengar suara bantingan di depannya. Itu Diego, dia melempar Ipadnya, wajah Diego tampak datar, tapi rahangnya yang mengeras menunjukkan dia tengah menahan marah.
"Katakan padanya aku mengizinkannya."
"A-apa Anda tidak salah, Tuan?" Christian nampak tidak percaya.
Diego menyeriangi, masih membelakangi Christian. "Kau meragukanku?"
Christian menelan ludahnya, memberikan gelengan menyesal. "Tidak, Tuan."
"Aku hanya tidak merasa keberatan melihat musuhku berada dalam kesenangan. Kesenangan sesaat. Biarkan mereka menikmati kebebasannya, Chris. Setelahnya mari kita lihat bagaimana cara mereka melawanku. Setidaknya aku jadi lebih tertarik untuk menghabisi mereka." ucap Diego tanpa ekspresi. Mata sewarna biru safir itu berkilat dingin membuat Christian merasakan hawa di sekitarnya menjadi sesak.
Christian lagi-lagi menelan ludah. Jika sudah begini tandanya bendera perang sudah di luncurkan. Dan Christian paham ini akan kemana. Apalagi melihat apa yang sudah terjadi belakangan ini sudah cukup membuat Diego marah besar.
"Apa lagi yang ingin kau sampaikan?"
Christian menunduk, menyadari itu adalah pengusiran tersirat. Tapi memang ada satu hal lagi yang harus dia katakan.
"Castle Hotel di Tiongkok sudah kami sewa selama dua hari, Tuan. Dan untuk penerbangan menuju Tiongkok di jadwalkan lusa."
Diego langsung tersenyum. Bukan sejenis senyuman mematikan seperti yang selalu lelaki itu tunjukkan. Tapi ini berbeda. Senyum tuannya cerah sekali. Mood Diego tiba-tiba berubah menjadi bagus. Dan sepertinya Christian menyadari hal itu.
Well, jika menyangkut Nona Irene memangnya kapan Tuannya ini tidak pernah tersenyum?
"Berikan aku contoh undangannya, Chris."
Christian mengangguk, dia membalik badan lalu berjalan menuju meja di sudut ruangan dan kembali pada Diego dengan sebuah box di tangannya. Dia memberikan itu pada Diego. Diego menerimanya, tersenyum senang.
"Ini, Tuan. Sesuai desain dan selera Anda. Jumlahnya sekitar lima ribu, sesuai banyaknya tamu undangan." ujar Christian.
Diego memperhatikan benda itu. Matanya birunya berbinar. Tampak terpesona dengan undangan pernikahan yang dia buat sendiri. Undangannya di kemas dalam sebuah paket berbentuk box bertuliskan 'DB' yang merupakan inisial dari Diego dan calon istrinya, Bae Irene. Di dalam box berwarna hitam mengkilat dengan pita yang terbuat dari emas asli itu terdapat tiga kotak putih kecil berhiaskan brokat emas nan mewah. Kotak pertama berisi amplop emas yang di dalamnya menjelaskan detail pernikahan Diego dan Irene, kotak kedua berisi paket tour perjalanan menuju lokasi pernikahan, dan kotak ketiga berisi 24 coklat yang di impor langsung dari Negara Swiss.
Oh, Jesus... jika Irene tahu wanita itu pasti akan ngotot untuk merombaknya—lalu menggantinya dengan yang lebih sederhana. Irene adalah tipe wanita yang tidak menyukai kemewahan. Yang berarti sifatnya sangat bertolak belakang dengan sifat Diego. Jelas sekali Diego tidak mau! Ini pernikahan pertama dan terakhirnya. Tentu dia harus menyiapkan semuanya dengan super mewah dan berkelas. Well, dalam standar ALVARO bukanlah hal yang sulit! Diego Alvaro benar-benar memiliki selera yang tinggi.
"Sembunyikan hal ini dari Irene, Chris. Kalau dia sampai tau semuanya akan berantakan. Aku tidak mau barang-barang ini di ganti oleh kertas biasa." perintah Diego. Maksudnya, Diego tidak mau undangan pernikahannya sama seperti orang-orang yang hanya menggunakan kertas atau sebagainya. Dia maunya berbeda! Lebih bagus, lebih mewah, lebih mahal dan lebih lebih dari yang lain!
Christian langsung meresponnya dengan anggukan. "Tentu, Tuan. Saya akan merahasiakannya."
"Bagus," ucap Diego cepat, merasa senang. "Kau boleh pergi, Chris." tanpa bisa di bantah, Diego menutup pembicaraan mereka. Christian mengangguk mengerti dan bergegas pergi.
Diego sendiri turun dari kursinya. Berjalan ke arah balkon kamarnya dan matanya menatap pemandangan di luar.

"Irene..." suara Diego yang bergetar membuat siapapun yang mendengarnya merasa euforia. Mata biru cerahnya menatap Irene lekat. Wanita itu tampak duduk di bangku yang terletak di kebun mawar dan di temani oleh kedua ibunya—Angel dan Intan.
Senyum Diego makin mengembang.
"Tidak lama lagi kau akan menjadi milikku seutuhnya, Irene. Milik Diego Alvaro. Dan kau bukan lagi Bae Irene, tapi Mrs. Alvaro." kata-kata Diego bagaikan sumpah, di ucapnya dengan tulus dan tegas. Mata Diego tidak sekalipun meninggalkan Irene. "Kau lah satu-satunya hal yang paling ku inginkan di dunia." gumamnya lagi, penuh emosi.

To be continued.
KAYAKNYA MENJELANG TAMAT NIH! T_T
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YANG BANYAAAAK YAH!
More info go follow :
@diego.alvaro01
@bae.irene01
@nainaarc
Kalau mau dapat info yang lebih banyak lagi bisa join GROUP WHATSAPP DIEGO&IRENE!
Add no WA ku—081********* wkwkwk kok di sensor sih?:'v
Jangan lah.... takut😁
Gini aja, tuliskan no WA kalian di komentar! Nanti aku yang masukin sendiri:)
Okey?
Aku tunggu komentar kalian ya!
See you next chapter!
With♥️, Ina.