Sebuah mobil meliuk di jalanan Mataram menuju ke area Bubakan. Beberapa kali mobil itu diklakson oleh pengendara lain yang hampir celaka karenanya. Tapi mobil itu tidak melambat, seolah malaikat kematian berada di belakangnya. Seorang wanita di dalam mobil memiliki sorot mata yang sangat tajam namun juga menawan. Sambil terus memandang lokasi di layar smartphonenya, dia mengebut dengan lihai dan menyalip kendaraan di depannya.
Sesampainya di lokasi yang dituju, dia keluar dari mobil dan mulai memejamkan mata, mempertajam instingnya. Sesaat kemudian, bibirnya bergetar hebat, giginya yang runcing terlihat saat dia tersenyum dengan manja. Rambutnya yang terberai indah mempesona siapapun yang melihatnya.
"Ini merepotkan. Dia pasti dalam masalah…", lalu wanita itu melompat dengan sangat kuat dan mendarat dengan mulus di atap sebuah gedung. Jika kau melihatnya, dia akan nampak seperti ninja di film jepang.
"Di sana ya. Sepertinya aku harus cepat…"
Mulut wanita itu lalu membacakan beberapa kata yang sulit dimengerti. Saat dia mengakhiri kata-katanya, sebuah lingkaran bercahaya muncul di bawah kakinya, dan sebuah tongkat perlahan terangkat naik dari lingkaran itu. Itu adalah tombak. Tombak dengan ujungnya memiliki pisau bercabang dua di atas, dan bercabang satu di bagian bawah. Warna tongkat itu merah menyala seolah baru saja keluar dari api.
"Brak!", suara hentakan kakinya terdengar keras, dia melayang dan mulai melompat diantara beberapa bangunan. Hingga akhirnya dia menemukan apa yang dia cari. Ketika melayang, di bawahnya terlihat seorang pemuda yang merangkak dengan luka besar menganga di punggungnya. Di belakangnya, seorang lycanthrope sedang berjalan membungkuk seolah sedang mengejek pemuda itu.
"Gotcha…", sembari tersenyum, dia mengambil ancang-ancang di udara, dan sekuat tenaga melempar tombaknya.
Di permukaan, sang lycanthrope merasa ada bahaya yang datang, ia lalu mendongak ke angkasa, namun itu sudah terlambat. Tombak wanita tadi lebih cepat dari refleksnya untuk menghindar. Tombak itu menembus rahangnya yang menganga karena terkejut, dan menusuk dadanya, hingga akhirnya menancap di lantai tempat lycantrhope itu berpijak,
Sang lycanthrope tidak tinggal diam, dia berusaha meraih tombak itu. Tpi tombak itu bukanlah tombak biasa, tangannya terbakar seketika ketika berusaha memegangnya.
"BRUAK!!" beban lycanthrope semakin berat si pemilik tombak mendarat di ujung atasnya. Dengan pandangan mata seolah mengatakan "Lemah…", wanita itu berdiri sambil meirik keadaan sang pemuda.
"KEFA'AT KAU..!!", sang lycantrhope berusaha mengutuk wanita itu, tapi percuma, mulutnya terkunci oleh tombak yang menembusnya.
"Sudah lama aku tidak bersenang-senang. Tapi sebaiknya kutunda dulu….", dia lalu melirik pemuda yang tergeletak dengan luka menganga di punggungnya. "Kau tidak akan mati hanya karena hal seperti ini, nak", ucapnya dalam hati.
Sang lycanthrope melihat ada celah, dia lalu menarik paksa tombak itu meski tangannya terbakar karenanya. Dengan kekuatan yang luar biasa, dia berhasil mencabut tombak itu.
"Bajingan, apa urusanmu, nona..!?! Kau menghalangi makan malamku!"
Wanita itu hanya memandangnya dengan jijik. Lubang bekas tusukan tombak itu sekarang menutup sempurna. Sungguh regenerasi yang luar biasa. Sambil memperhatikan hal itu, dia mulai menanyakan sesuatu.
"Kau sudah meminum darahnya saat mencakarnya bukan?"
Lycanthrope terkekeh sambil memamerkan bekas lukanya yang menghilang tanpa bekas. "Ya, dan rasanya luar biasa. Hanya setetes darahnya saja membuatku seperti ini. "
"Menjijikkan…."
"Apa katamu…eh..?", sebelum lycanthrope menyelesaikan perkataannya, ujung tombak becabang dua menebas tangan kanannya. Api hitam muncul dari bilah tajamnya, membuat tangannya tidak bisa beregenerasi.
"Kau tidak pantas mendapatkan kekuatan itu. Terima takdirmu dan matilah sekarang…", wanita itu berkata dengan sorot mata yang berbeda. Aura membunuh yang pekat sangat terasa sekarang. Dia marah, sangat marah.
Tombak itu terlapisi oleh api hitam tipis, berputar cepat di atas lycanthrope. Wanita itu bisa mengendalikannya meskipun tanpa menyentuhnya. Dengan cepat, tombak itu menebas tangan kiri sang lycanthrope, tapi dia dengan gesit menghindarinya. Dengan gerakan yang lincah, semua serangan tombak itu dihindarinya.
"Gerakannya semakin cepat… Apa efek darah hibrida bisa seperti ini?", gugam wanita itu.
Dengan hanya satu tangan, lycanthorpe itu berhasil menangkis tusukan tombak. Tangannya memukul tepat di bagian tengah tombak yang tidak terselimuti api hitam, timing yang sempurna. Tombak itu jatuh. Hanya sesaat, wanita yang berada di atap kehilangan jejak sang serigala, dia terlalu fokus pada pergerakan tombaknya
"Kau lengah, nona….", dia tiba-tiba berada di belakang sang wanita, cakar di tangannya entah kenapa membesar, lebih besar dari ketika dia menyerang pemuda pertama tadi.
Dengan sekali serang, wanita itu tercabik, terbelah menjadi beberapa bagian. Darah segar seperti meledak dan membasahi area itu. Lycanthrope lalu turun, dengan wajah puas dia memegang tangan kanannya yang tertebas, lalu menebasnya dengan cakar tangan kirinya, dan dalam sekejap, tangan kanannya kembali tumbuh.
"Aku harus mengambil darah dan daging anak ini. Efeknya luar biasa…", ujar sang Lycanthrope. Dengan santai dia berjalan menghampiri pemuda yang tergeletak bersimbah darah.
"Hey, game is not over, dude….", bisikan pelan dari seseorang di belakangnya menghentikan langkahnya. Tidak, dia benar-benar dihentikan, badannya tidak bisa bergerak.
Sang wanita, yang tubuhnya terberai, perlahan mulai bersatu kembali, bahkan darahnya yang tercecer mulai melekat ke tubuhnya. Senyuman di wajahnya sedikit menambah kesan menyeramkan yang sebenarnya. "Menjijikkan, tidak kusangka harus memakai cara ini hanya untuk menghentikan kelas teri sepertimu…"
"K-k-k-kau...si-siapa kau sebenarnya…", dengan penuh tenaga lycanthrope bertanya dan berusaha menoleh. Tapi itu percuma, bahkan hingga semua ototnya terlihat menonojol, dia tidak bisa bergerak.
"Percuma saja, darahmu sudah bercampur dengan darahku saat kau menyerangku tadi...Aku yakin kau akan menjilat beberapa tetes darahku tadi. Sangat menjijikkan, tapi mau gimana lagi."
"Alur getih", ucap sang lycanthrope lagi.
"Oh kau mengetahui ilmu ini? Mengesankan. Yah, akan kuberi kau pujian karena tahu tentang hal ini. Tapi sepertinya tidak ada gunanya. Saat ini, darahku sudah bercampur dengan darahmu dan aku bisa mengontrolnya sesuka hatiku. Aku ingin sekali mencabik-cabikmu, tapi…", ia lalu melirik ke arah pemuda yang mati di depannya. "Kurasa nanti saja, ada urusan lain yang harus kuselesaikan", ia lalu menggenggam tangannya, dan badan lycanthrope itu remuk, seakan ada tangan raksasa yang menggenggamnya, dan meremukkannya.
Darah dan tubuh lycanthrope yang mati itu berubah menjadi arang yang menyala lalu padam dan menjadi debu.
Sang wanita memandang pemuda itu, lalu melihat darah yang menggenanginya.
"Yah kurasa kau beruntung karena aku yang datang, nak"