Chereads / The Last Dragonite / Chapter 3 - chapter 2 - Kejutan

Chapter 3 - chapter 2 - Kejutan

Ketika kamu merasa bahwa saat tidur kamu tidak bermimpi apapun, itu keliru. Kamu tetap bermimpi sekalipun kamu gak mengingatnya sama sekali. Sekalipun sempat mengingatnya, kamu akan melupakan 50 persen mimpimu. Sepuluh menit setelahnya, 90 persen mimpi akan terlupa. Meskipun kamu berusaha mengingat seluruh isi mimpimu, hal itu akan terlupa dengan sendirinya, sistem ini mirip seperti auto recycle dalam aplikasi pembebas memori di android smartphone dimana cache atau sampah aplikasi yang baru saja dibuka akan secara otomatis dihapus untuk membuat ruang operasi android tetap berjalan stabil.

Saat ini, hal itu sepertinya tidak berlaku pada Yoda. Dia masih memikirkan mimpinya yang singkat di ruang auditorium tadi. Suara yang didengarnya benar-benar seperti nyata, bukan hanya dari mimpi. Dan dia bahkan bisa mengingat dengan detail pemandangan menakjubkan yang dilihatnya. Deratan patung naga yang melingkari sebuah kastil besar dengan naga besar di tengahnya. Jika diingat, formasi itu mirip dengan candi Borobudur dimana banyak arca kecil mengitari sebuah arca besar di puncaknya.

Andy melihat Yoda yang sedikit gelisah sambil mengunyah roti yang didapatnya dari seminar singkat barusan. Mereka saat ini berjalan di Lorong pabrik, dimana sebelah kanan dan kirinya terdapat dinding kaca untuk melihat proses produksi mie instan.

"Da, daritadi elu ngelamun mulu. Beneran laper?",tanya Andy

Yoda masih berjalan sambil melamun ke bawah, tangannya menggenggam erat pegangan tasnya. Seolah memiliki system autopilot, dia menyesuaikan irama langkah kakinya dengan orang di depannya meskipun melamun. Andy melirik ke arah Ajeng yang di samping kanan Yoda. Cewek itu pun tampak kebingungan.

Bletak.

"Ups, tanganku kesrempet", Ajeng menjitak kepala Yoda karena jengkel sejak tadi dia tidak merespon omongan di sekitarnya. 

"Kau…..", akhirnya Yoda sadar sambil memegang kepalanya.

"Nih..", Ajeng menyodorkan roti bagiannya ke Yoda. Dia beranggapan mungkin Yoda lapar sampai melamun. Dan lagian setelah bangun tidur di seminar tadi, dia dengan cepat menghabiskan jatah makanannya.

"Makasih…Tapi aku nggak lapar."

"Kau daritadi melamun dan ngabisin jatah snack cuma lima menit dan bilang nggak laper? Lha terus ngapain? Kesambet?", Ajeng mengambil roti di dalam kardusnya, membuka bungkusnya, dan menaruhnya di mulut Yoda tanpa ampun.

"Hahu himhi haheh".

Andy menepuk punggungnya, "Telen dulu, bego. Telen…"

"Aku mimpi aneh…", akhirnya dia mulai berbicara. Ajeng dan Andy mulai bertatapan.

"Orang ini beneran laper, jeng."

Ajeng menggelengkan kepalanya. "Apa perlu kita ijin ke bu Astuti untuk pisah dan mencari warung dulu dekat sini?"

Yoda memandang jengkel kepada kedua sahabatnya. "Aku serius, kalian ingat yang kutanyakan sebelum ketiduran tadi?"

Ajeng dan Andy saling bertatapan lagi dan saling menjawab sendiri.

"Manga one piece?

"Jatah snack dobel?"

"Rencana tebar pesona ke anak semester tiga?

"Renata si jutek?"

"Pantat Ajeng besar sebelah?"

"Apa iye pantatku besar sebelah?", Ajeng berusaha protes untuk yang ini.

Yoda menggeleng dan menepuk Pundak keduanya. "Bukan. Dan tolong berhentilah sebelum yang lain semakin menganggap kita freak!"

"Orang yang kulihat di pojok pintu keluar panggung. Aku yakin dia menatapku lama sebelum menghilang. Kalian benar-benar tidak melihatnya?"

"No,aku sibuk melihat bu Astuti melakukan absensi.", sahut Andy.

Ajeng juga mengaku hal yang sama, "Sama, aku juga melihat bu Ajeng"

Yoda menghela nafas, dia yakin sekali pria itu menatapnya, tempat duduknya terpisah lumayan jauh dari mahasiswa lain. Dan lagian, pria itu tersenyum saat menatapnya.

"Lupakan aja.", Yoda berusaha tidak terlihat konyol. Dia adalah tipe orang yang berusaha tidak terlihat percaya dengan mitos ataupun takhayul. Jika kedua sahabatnya tahu saat ini dia merasa hal mistik, bisa sangat memalukan baginya. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan lagi.

Tepat saat itulah, seseorang berjalan melintasi Yoda, dan waktu seolah berhenti.

"Larilah, nak…Pulanglah ke tempatmu… Kami membutuhkanmu…"

Yoda membeku sesaat, dia menoleh, mencari orang itu dengan sedikit panik. Tapi orang itu, menghilang. Mereka berada di tengah-tengah Lorong panjang yang posisinya setara dengan lantai tiga sebuah bangunan, bagaimana orang itu bisa menghilang seketika?

Yoda dengan panik mengguncang punggung Ajeng dan mulai meracau. Andy menenangkannya hingga kemudian Yoda mulai menceritakan mimpinya tanpa sadar.

"Aku melihat deretan patung naga bersemedi setelah bertemu pria itu! Dan dia menghilang! Dia ada di sini tapi dia menghilang!"

Semua mahasiswa lalu melihat mereka bertiga namun hanya tertawa cekikikan. Sebagian menganggap trio itu membicarakan anime yang habis ditontonnya. Namun, diantara mereka, ada satu orang yang memasang raut muka serius dan tidak melepas pandangannya kepada Yoda.

Setelah itu, tur berjalan normal hingga sore menjelang.

"Seriusan elu denger itu?"

Yoda mengangguk sambil terus melahap tempe goreng di depannya dengan khidmat.

"Kok gue jadi merinding malahan", Andy memegang tengkuknya.

Mereka berdua saat ini ada di kucingan depan kampus. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.20 saat ini. Mereka tiba di kampus pukul 15.30 dimana Yoda akhirnya ikut rombongan dan karena semua tempat duduk sudah terisi, dia duduk di depan, menggantikan posisi kernet bus. Karena terlalu Lelah, mereka memilih tidur sejenak di ruang klub debat Bahasa inggris yang ada di lantai tiga. Ajeng harus pulang duluan karena harus masuk kerja pukul 17.00.

Di kucingan, Yoda menceritakan yang dialaminya di pabrik tadi, termasuk tentang mimpinya. Andy sebenarnya tidak terlalu terkejut mengenai hal ini, sejak kecil, dia mengenal Yoda lebih dari semua teman-temannya. 

Di lingkungannya, Yoda dianggap sebagai anak indigo. Sejak kecil, dia sering sekali melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Oleh karena itulah dia tidak memiliki banyak teman dekat. Semua temannya takut dengan penglihatan Yoda. Namun Andy lain, dia hanya memandang hal itu sesuatu yang unik. Andy bahkan selalu dibuat penasaran dan mulai mengikuti Yoda tanpa sadar. Pernah mereka masuk ke tengah hutan saat sekolahnya mengadakan perkemahan. Di sana, Yoda bermain bola sendirian sambil berbicara kepada seseorang, tapi tidak ada siapapun di sana. Dan bola itu anehnya menggelinding membentuk pola lingkaran, seolah ada orang yang membentuk alurnya. Sejak saat itu Andy mulai berpikir Yoda unik, dan langka.

"Lalu apa maksudnya pulang, kami membutuhkanmu?"

Yoda menggeleng, "Entahlah. Aku mencoba menelpon orang rumah untuk berjaga-jaga. Tapi ayahku bilang tidak ada apa-apa. Semuanya baik-baik saja."

Dengan sedikit melamun, dia menenggak habis minumannya. "Tapi ini aneh, auranya berbeda dengan yang biasanya aku lihat. Dia seperti kesepian, namun auranya hangat. Dan aku merasa aku pernah melihat wajahnya."

"Sudah agak lama tidak mendengarmu melihat sesuatu yang aneh seperti itu. Terakhir kali saat kelas kita semester 3 kemarin kan?", Andy terlihat lebih tertarik mendengar kisah Yoda kali ini. "Jadi apa maksudmu auranya aneh?"

"Selama ini… Banyak sekali makhluk yang kulihat memiliki aura gelap. Maksudku, ada sesuatu seperti kabut tipis di sekitar tubuh mereka, berpendar agak gelap, hitam. Kau pernah lihat fate zero?"

"Ya, tentu saja…."

"Kau tahu berserk yang ada di anime itu kan? ada kayak asap hitam di sekitarnya. Nah aku melihat yang kalian sebut setan itu ya begitu. Mereka ada kayak asap hitamnya. Tapi, yang tadi bukan hitam. Lebih cerah sedikit, mirip seperti warna merah atau ungu mungkin…"

Andy membayangkan sesaat, dia lalu mengangguk tanda paham. Jika itu tentang anime, mereka berdua bisa cepat saling mengerti. "Lalu maksudmu, itu tadi bukan setan?"

"Begini,...", Yoda lalu mengeluarkan buku sketsa dan spidol dan mulai menggambar sesuatu. "Aku tidak akan menyebut semua makhluk yang tidak terlihat itu setan. Mereka lebih bisa disebut jin, itu yang dijelaskan oleh ibuku. Semua jin, memiliki aura hitam yang membedakan mereka dengan manusia seperti kita."

"Membedakan? Kalau mereka nampak pun kita bisa membedakan mereka dengan jelas. Menakutkan…"

Yoda mulai menggamnbar lagi, kali ini dua orang dengan bentuk sama. "Kita dan jin sebenarnya tidak berbeda kok. Selama yang aku lihat selama ini, jin punya fisik yang sebenarnya mirip dengan kita. Hanya saja, mereka bisa mengubah wajah mereka."

Andy mulai membayangkan sesuatu, "Hei ada nggak jin cewek?"

"Ada lah. Dibilangin, mereka sama kayak kita. "

"Bisa gak elu kenalin gue satu aja, comblangin gue, siapa tau bisa dia bisa ngubah wajahnya jadi kayak di anime…."

"Sesat lu.."

Lalu mereka mulai berbincang seputar hal-hal gaib sampai HP Yoda berdering. Saat mengangkatnya, wajah Yoda langsung panik.

"Apaan?", tanya Andy.

Yoda memasukkan barang-barangnya lalu membayar makanannya. "Gue lupa ada tugas freelance bikin artikel kotalama. Temen-temen circle sudah pada di sana!". Ia lalu pamit ke Andy dan bergegas pergi ke kotalama menggunakan motornya yang terparkir di halaman kampus.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suasana kotalama masih sepi karena jalanannya masih dalam perbaikan kala itu. Namun banyak jurnalis dan para freelancer yang berkumpul di belakang gereja blendhuk. Orang-orang itu diundang oleh walikota untuk sekedar membantu mempromosikan kotalama sebagai wisata baru di kota Semarang melalui media yang dikuasai. Yoda dan circlenya merupakan jurnalis freelance dari sebuah website penyedia konten digital, jadi mereka menggunakan kesempatan ini untuk membuat konten sebanyak mungkin.

Yoda datang terlambat, sekitar setengah jam. Teman-temannya sudah mulai mengambil beberapa foto untuk referensi. Tanpa banyak bicara, Yoda juga ikut mengambil beberpa foto untuk referensi. Dia sudah memiliki gambaran apa yang akan ditulisnya,

"Aku mending mencari spot yang belum terlihat orang-orang"

Yoda meninggalkan para jurnalis yang berpusat di area sekitar gereja blenduk. Dia masuk ke gang kecil di samping sebuah restoran yang tutup. Perhatiannya teralihkan oleh sesosok anak kecil yang berlari masuk ke dalam gang kecil. Bukan masalah anak kecilnya yang menarik perhatiaannya, tapi apa yang digenggam anak itu. Itu adalah dompetnya!

"MALING CILIK!!!!!", ia lalu mengejar anak itu masuk ke lorong kecil. Anak itu sangat gesit dan dangat susah dikejar. Yoda terengah-engah hingga akhirnya dia sampai pada gang buntu. "Hah? ini?", dia menemukan dompetnya tergeletak di samping kardus di pojok gang.

Sesaat setelah mengambil dompetnya, bulu kuduknya merinding, nalurinya memaksa kakinya untuk melompat ke depan, menabrak dinding di depannya. Rupanya, nalurinya benar, cakar besar akan merobek punggungnya jika ia tidak bergerak.

Apa yang dilihatnya sangat tidak masuk akal sama sekali, ini berbeda dengan pengalamannya selama ini. "KAU..KAU...KAU ITU APA!?!?!?", teriaknya agak tergagap.

Namun yang di hadapannya bergeming. Ini sungguhan, kepala makhluk di depannya adalah serigala, tapi dia berdiri layaknya manusia. Matanya yang merah menyala menatap tajam penuh rasa lapar ke arah Yoda.

Yoda terpojok, di belakangnya, dinding tinggi menjulang dan di depannya, manusia serigala bertubuh besar berusaha untuk mencabiknya.

"Kukukuku… Aku sangat beruntung bisa menemukanmu lebih dulu dibanding yang lain…", serigala itu tertawa sambil melihat Yoda seolah dia adalah seonggok daging panggang.

"Ku-ku-kurasa kau salah paham.. Aku tidak mengenal anda…", Yoda gemetaran. lututnya lemas dan tidak bisa bergerak saat ini. 

"Klang", kakinya menyenggol sesuatu. Pipa besi. Itu adalah pipa besi sepanjang 1meter bekas pembangunan bangunan di sana.

"Kau lebih baik diam, Hibrida!!!!!"

"Bruak!!!!"

Reflek Yoda beraksi lagi. Kali ini, dia berhasil meraih pipa besi di kakinya dan memukul si serigala tepat di wajahnya. Terlihat satu gigi terbang saat pipa besi mengenai rahangnya.

"Hiiii…!!!!". dia melihat celah untuk lari, tidak disia-siakannya. Sekuat tenaga Yoda lari ke lorong utama, untuk meminta pertolongan. Hingga akhirnya, dia menyadari sesuatu mengejarnya dengan sangat cepat.

Instingnya mengatakan untuk menghindar, tapi terlambat. Sebelum dia menghindar, cakar serigala itu berhasil merobek punggungnya. Jaket yang dipakai Yoda tidak mampu melindungi punggungnya, Luka tebasan cakar terluka lebar dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa menjalar di tubuh Yoda.

"A-aku tidak mengerti apa yang kau inginkan…Apa salahku?", Yoda berusaha merangkak.

Si serigala itu berjalan mendekatinya. "Kesalahanmu adalah kelahiranmu, darahmu adalah darah langka untuk kami para jin di sini.."

Yoda terkejut, tapi ia masih berusaha merangkak,dia sudah mengirim pesan berisi lokasinya saat ini ke beberapa nomor acak barusan, berharap ada yang mengerti pesannya.

"Apa maksudmu? Darah langka?"

"Yah, akan lebih terasa nikmat melihatmu menderita sebelum mati. Jadi akan kujelaskan. Kau bukan dari dunia ini."

Kali ini, Yoda benar-benar terkejut. Apa maksudnya bukan berasal dari dunia ini? 

"Darahmu sangat kental, Kau jelas bukan dari dunia ini, kami memanggil darah seperti itu sebagai hibrida. Gabungan dari dua jenis yang berbeda. Jika kami memakanmu, darahmu akan menjadi kekuatan luar biasa bagi tubuh kami."

"Hi...Bri,,,,Da…", Ini buruk, Yoda mulai kehilangan kesadarannya.

"Sepertinya mulai bereaksi ya. Racunku itu spesial. Tenang saja, kau akan kubiarkan hidup, akan lebih enak kalau aku merobek tubuhmu hidup-hidup…"

Yoda hanya melihat sekelilingnya. Pandangannya semakin kabur. Luka cakar di punggungnya semakin terasa sakit, seperti terbakar.

"Aku harus pergi dari sini."

Saat itulah, sesuatu yang aneh terjadi, serigala itu tidak mengoceh lagi. Keadaannya semakin sunyi. Dia berbalik, dan berusaha melihat apa yang terjadi. 

Serigala itu tertusuk tombak besar tepat di rahang, menembus dada dan menancap di lantai belakangnya. Dia belum mati, terlihat dari sorot matanya yang marah. Tapi tombak itu menguncinya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tangannya berusaha mencabut tombak itu tapi tangannya terbakar ketika melakukannya.

"KEFA'AT KAUUU…!!!!!!!", serigala itu berteriak kepada seseorang yang berdiri di atas tombak. 

Seorang wanita menggunakan jaket bertudung warna hijau berdiri di atas tombak, membayangi Yoda di belakangnya. Rambutnya yang panjang terlihat indah ketika tertiup angin. Bayangannya yang terpantul cahaya bulan saat itu mempesona Yoda. Tapi dia tidak bisa mengatakan itu adalah momen yang bagus untuk memuji hal seperti itu. Tubuhnya sudah tidak bisa bertahan. Dia ambruk. Pasrah, itu yang dirasakannya.