Chereads / The Last Dragonite / Chapter 2 - chapter 1 - Awal Mula

Chapter 2 - chapter 1 - Awal Mula

Seorang pria bersandar di sebelah pintu masuk sebuah pabrik mie instan kemasan di kawasan industri Candi, kota Semarang. Menggunakan celana pendek warna hitam, sepatu sport, kaos polos berwarna putih, dan menenteng sebuah tas ransel yang sepertinya hanya berisi satu buku tulis. Pria itu memandang gelisah ke jalanan di depan pabrik, seolah menunggu seseorang datang. Kepanikan terlihat dari raut mukanya saat melihat HP untuk sesaat.

"Ini sudah hampir satu jam", keluhnya sambil kembali melihat HP.

Sesekali dia mengetik pesan dengan jengkel, tapi itu terlihat sia-sia karena tidak ada balasan. Sempat ada beberapa karyawan yang keluar dan menawarinya untuk menunggu di dalam, tapi dia menolaknya dengan halus. Sepertinya dia sedikit canggung, terlihat dari tangannya yang gemetaran.

Nama pria itu adalah Yoda, dia mahasiswa semester 7 di sebuah sekolah tinggi ilmu ekonomi di kota Semarang. Rencananya, hari ini ada acara workshop dan semacam tour keliling pabrik mie instan kemasan yang merknya sudah mendunia dan kebetulan salah satu basis produksinya ada di sini, kota Semarang.

Yoda menggunakan taksi online untuk datang ke sini lebih dulu mewakili kampusnya untuk mengurus beberapa keperluan, sehingga ketika pihak kampusnya datang mereka bisa langsung melakukan kegiatan.

Selang berapa lama, yang ditunggunya datang. Sebuah bus mini yang mengangkut beberapa mahasiswa dari kampusnya datang dan memasuki halaman parkir pabrik.

Yoda yang sebenarnya kesal akhirnya tersenyum lega melihat orang-orang yang ditunggunya datang. "Kalian… Mau berapa lama lagi aku mesti berdiri di sana?"

Teman-temannya hanya tertawa melihat kekesalan pria itu.

"Bro, kan elu yang nawarin buat prepare kunjungan…", sahut pria tinggi yang memakai kaos bergambar anime One Piece.

Lalu seorang wanita menggunakan setelan kaos dan celana jins robek juga menimpali,"Iya, da. Kemarin kan elu yang ingin ke sini duluan buat icip-icip produknya dulu. Gimana? Enak sarapannya?"

Tawa teman-temannya langsung meledak, dan yang menjadi sasaran ledekan tersebut hanya memutar bola matanya sambil mengelak.

"Mahasiswa dari Widya Manggala, tolong berkumpul di depan pintu untuk absensi. Kita akan memulai acara hari ini secepatnya." suara nyaring terdengar dari depan pintu masuk, ternyata suara wanita yang tadi menawari Yoda untuk masuk ke dalam.

"Ayo ayo, kita masuk, akan ada seminar singkat terlebih dahulu di auditorium depan", kali ini suara dari ibu Astuti, dosen dari para mahasiswa yang ada di sana.

Tidak semuanya yang ikut adalah mahasiswa semester tujuh. Selain Yoda, hanya ada lima orang lainnya yang berasal dari semester tujuh, sisanya adalah semua mahasiswa semester lima dan tiga mahasiswa semester tiga yang ikut untuk melengkapi kuota mahasiswa.

Bagi mereka yang masih semester tiga, tur ini seperti piknik karena mereka hanya perlu menikmati acara tanpa ada beban tugas. Sedangkan bagi semester lima dan tujuh, ini sebuah piknik sekaligus juga ujian karena akan ada tugas laporan KKL setelah ini selesai. Bedanya, semester lima relatif tidak terlalu tertekan karena memiliki kesempatan untuk memperbaiki di semester tujuh jika mendapatkan nilai jelek. Semester tujuh, bisa dibilang ini adalah kesempatan terakhir mereka. Jika mendapatkan nilai D atau E, skripsi mereka jelas akan mundur ke semester 10 karena nilai KKL menjadi salah satu syarat untuk mengambil skripsi.

Ibu Astuti, dosen yang memimpin tur kali ini adalah wanita setengah tua yang masih single. Rambutnya lebih sering dikuncir kuda, wajahnya sedikit oriental, badannya yang langsing, dan penampilannya selalu stylish membuat orang yang melihatnya tidak akan menyangka jika dia sudah berumur hampir kepala tiga. Konon, dia pernah memakai pakaian olahraga SMA'nya waktu naik bus Trans Semarang dan hanya diminta membayar tarif pelajar. Mahasiswa di kampusnya tak menganggap dia sebagai dosen pada umumnya, tetapi lebih seperti sahabat sebayanya. Dia suka bercerita dan bercanda, juga konsultasi di luar jam kuliah. Dia juga punya

koleksi buku-buku novel dan manga yang sangat banyak hingga memenuhi meja kerjanya, jadi dia satu-satunya dosen yang jam pelajarannya tidak membuat mahasiswanya mengantuk.

Yoda sempat berharap tur kali ini akan berjalan lancar. Setidaknya, dia

berharap bahwa sekali ini dia tak akan terlibat masalah.

Kenapa? Yoda memiliki sedikit masalah pada masa lalunya berkaitan denga studi tur, karya wisata, dan piknik. Setiap kali karyawisata dia pasti tertimpa hal buruk. Seperti misalnya sewaktu kelas lima, ketika dia mengunjungi wisata ke Genuk Kemiri di Pati, dia tidak sengaja memecahkan sedikit bagian genuk di sana yang dianggap keramat karena berkelahi dengan seseorang yang tidak terlihat oleh teman-temannya dan menyenggol genuk itu. Semua temannya bersikeras bersaksi bahwa Yoda memukul udara kosong beberapa kali hingga tergelincir dan menabrak genuk itu.

Sewaktu kelas enam dia piknik ke pantai Parangtritis di Jogja, dia kehilangan jaket dan kaos favoritnya setelah sempat terseret arus. Yoda sempat ketakutan dan mengatakan ada wanita yang berusaha menariknya ke tengah laut, namun semua orang menganggap dia hanya berhalusinasi. Waktu SMP dia bahkan bersikeras tidak ikut wisata ke Bali dengan alasan sakit. Ayahnya tetap harus membayar biayanya karena semua siswa diwajibkan ikut. Sedangkan waktu SMA, hal terburuk hanyalah dia hampir tertipu penjual sepatu di Kawasan Cibaduyut.

Untuk tur kali ini, Yoda bertekad menjadi anak baik-baik. Dia berjalan di samping Andy, sahabatnya sejak kecil. Dia adalah pria tinggi yang menggunakan kaos one piece tadi. Mereka sudah bersama sejak kecil, rumah mereka pun berdekatan. Andy juga yang menarik Yoda untuk kuliah di Semarang setelah Yoda melalui hari-hari buruk di Yogyakarta.

Di paling depan, ibu Astuti memimpin jalan menyusuri loby menuju auditorium. Sepanjang jalan menuju ke sana, rombongan melihat kilas balik perjalanan usaha brand pabrik itu dari awal hingga menjadi sebesar sekarang. Serasa nostalgia melihat deretan poster produk lama mereka dipajang rapi lengkap dengan slogan dan deskripsinya di masa lalu. Yoda dan Andy bahkan melihat beberapa poster sambil memegangi perut mereka secara bersamaan.

"Ya ampun, kalian tetap saja memalukan. Lapar hanya karena melihat poster makanan.", suara wanita di belakang Yoda dan Andy menyentak mereka. Wanita itu adalah Ajeng, salah satu dari beberapa orang yang dekat dengan Yoda.

Ajeng terlihat seperti selebritis korea, cantik, tinggi, tubuh langsing, dan lekukan tubuh yang pastinya mantap. Tapi karena karakternya yang tomboi, kebanyakan lelaki yang mendekatinya langsung kabur, apalagi saat mengetahui dia bisa beladiri. Faktor lainnya para lelaki tidak berani mendekatinya adalah karena ayahnya adalah mantan ketua preman di daerahnya yang lumayan terkenal karena aksinya. Tapi dengan Yoda dan Andy, Ajeng merasa cocok. Yoda yang memang cuek dan tidak terlalu memperdulikan status Ajeng membuatnya merasa nyaman.

Yoda pernah memukul Ajeng karena dia membully adik angkatan pada waktu semester tiga. Dan sejak itu hubungan mereka berkembang. Beberapa kali Ajeng dan Yoda terlihat berkelahi di belakang bekas taman Wonderia. Dan ada satu orang yang menjadi jurinya, itu adalah Andy. Sebagai sahabat terdekat Yoda, Andy jelas juga terlibat langsung dalam pertarungan antara mereka. Namun berbeda dengan Yoda yang blak-blakan, Andy orangnya sedikit kalem. Perlahan, mereka bertiga menjadi sahabat karib, kemana-mana bersama. Yoda dan Andy tidak terlalu takut dengan fakta bahwa keluarga Ajeng adalah keluarga preman.

"Jangan membandingkan kami denganmu, jeng…", ketus Andy.

Yoda lalu melengos ke Ajeng, "Iya, kami perantauan, mie instan ini nutrisi tubuh kami sehari-hari…". Ajeng hanya tertawa mendengar keluhan mereka.

Sampailah kami di auditorium besar dengan layer putih terbentang di depan tempat duduk mahasiswa. Daripada auditorium, ruangan itu lebih mirip sebuah bioskop mini.

Yoda duduk di kursi tengah, diapit oleh kedua sahabatnya. Semua mahasiswa mulai berbisik saat mereka duduk agak ke depan, kebanyakan membicarakan trio itu yang terlihat berbeda sendiri. Ya, berbeda dengan mahasiswa lain yang menggunakan kameja dan celana panjang, trio itu terlihat mencolok. Yoda menggunakan celana pendek dan kaos polos berwarna putih, Andy menggunakan kaos bergambar One piece dan memakai sandal, sedangkan Ajeng menggunakan kaos polos warna biru dan celana jins yang robek di bagian lututnya. Setalan santai mereka terlihat sangat berbeda.

Sesaat sebelum lampu dimatikan, Yoda melihat sesuatu yang aneh di pojok sebelah kanan layar, jalan keluar samping pembicara. Ada seorang lelaki gagah yang memandangnya sambil tersenyum. Wajahnya sedikit mirip ayahnya, namun yang ini berotot, menggunakan setelan ala kerajaan eropa. Wajah tampannya terlihat sedikit sendu, mungkin lebih tepat jika disebut kesepian.

Namun saat Layar mulai menyala, pria itu menghilang. Yoda mulai merasa aneh. Dia bertanya ke Andy dan Ajeng, tapi mereka berdua tidak melihat ke arah itu. Dia pun mencoba untuk tidak memikirkannya dan menikmati tur itu.

"Lupakan, paling juga orang sound system…", dan dia mulai mendengkur diiringi dengan lantunan suara dari seminar singkat. Dia larut dalam tidur sesaat setelah memejamkan mata, posisi duduknya yang langsung terkena angin AC membuatnya mengantuk seketika.

Didalam mimpinya, Yoda mengambang di kegelapan, dia seolah terbang melayang. Lalu kilatan cahaya melewatinya, membuatnya memejamkan mata sesaat. Dan saat membuka matanya, dia melihat sebuah tempat yang penuh dengan patung naga raksasa.

"Menakjubkan…", sebuah pujian terlontar dari mulutnya saat melihat deretan patung naga berdiri tegak melingkari sebuah kastil besar. Di tengah formasi itu, dia melihat patung naga bertangan satu, dengan sayap yang robek, namun dibandingkan dengan naga lainnhya, patung naga ini terlihat lebih besar dan gagah. Rahangnya yang terbuka ke atas dengan posisi tangannya yang seolah menggenggam angkasa terlihat sangat epic. Di dekatnya, ada lima patung naga yang memiliki pose seperti pendeta, memejamkan mata dengan tangan yang membentuk posisi berdoa dalam agama budha.

"Oh tentu ini menakjubkan… Ini pasti mimpi, aku menonton anime tadi malam, jelas aku bermimpi tentang itu…" Yoda berusaha memikirkan hal ini tapi ia menyerah. Hanya sebentar hingga sebuah suara terdengar.

"Kau harus kembali. Kami membutuhkanmu…."

Yoda mencari sumber suara itu, tapi suara itu tidak terdengar dari satu titik, melainkan dari semua arah. "Penuhi takdirmu, selamatkan keluargamu…"

Lalu, suara itu semakin bertambah dan semakin kencang.

"Kami menunggumu…", dan sebuah panah cahaya menyala terang mengarah ke arahnya, menusuk tepat di dadanya.

Yoda terkejut, tersentak dari tidurnya, membuat kedua sahabatnya kaget.

Keringat mengucur deras dari keningnya. Nafasnya yang tak beraturan membuatnya terdengar seperti rusa yang dikejar seekor singa.

"Ada apa, bro?", tanya Andy di sampingnya.

Ajeng menepuk pundaknya , "Laper? Tunggu sebentar lagi, kita makan…"

Yoda hanya tersenyum tipis menanggapi candaan Ajeng, tapi dalam hati, dia tidak akan melupakan mimpinya barusan.