Delima menjatuhkan tubuhnya di sofa di di sisi mamanya, Mah...tau ga...bibi beli mobil baru", Ibunya menatap tak percaya. "Tau darimana?"
"Tadi Ima dianter ke sini?" Delima
"Kenapa ga masuk?" Rasti kesal. Adiknya itu sekarang bertingkah.
"Dia ada orderan lagi". Jawab Delima,
"Dia sopir online?" Rasti terkejut senang. Status Rinda ga naik hanya gara-gara bisa punya mobil baru.
"Iya!"
"Mobil mewah apa ngga?"
"Biasa aja, mobil murah buat narik!" Rasti tersenyum puas. Mobil biasa! pikirnya.
"Kas atau kredit?" Selidiknya
"Cas katanya. Di beliin sama Piya!" Rasti tersenyum tak suka. Ia tak suka di saingi.
"Punya banyak duit si Piya!"
"Iya. katanya dia mau liburan ke Jepang!"
"Tau dari mana? Bibimu cerita begitu?" suara Rasti kencang. Delima menutup telinganya.
"Ga, Ima tau dari teman yang bikin paspor bareng dia di emigrasi!'
"Bibimu ikut juga!"
"Dia malah ga tau!"
Rasti menelpon Rinda, ibunya Piya. Ga aktif.
"Bibi ganti nomor, HP nya bagus lho mah, keluaran terbaru, kalo ga salah harganya 7 juta, di belikan Piya, mah menurut Delima nih, kayaknya Piya jadi istri simpanan deh, sepeda motornya juga baru,".
"Bibimu cerita kalo Piya beli motor baru ?"
"iya,!"
"Pamer banget ya dia!"
'iya !" sahut Delima, dia mengangguk setuju. Dia juga kesal, Delima tak puas hati. Piya bergaya memang.
Rasti meraih ponselnya, "Selidiki Piya. Ku tunggu. Secepatnya!"
"Siapa yang mama telpon?"
"Ajudan papamu?"
"Rendy?"
"Siapa lagi?!' Delima terdiam. Rendy, ajudan papamu itu ganteng banget. Dua jam kemudian. Rasti membuka pesan di emailnya. Wajahnya berkerut ketika membacanya.
"Dugaanmu bisa jadi benar, Piya punya rumah di Viltam. Rumah mewah!"
'Tuu kan! Piya bikin malu aja, ma!" Tangan Rasti mengepal. Tak disangkanya Piya memilih jalur pendek. Pantas saja dia berhenti jadi polisi, kelakuannya begitu! Rasti marah. Piya membuatnya kesal.
"Kamu tahu dimana rumah bibimu sekarang?" Delima menggelengkan kepalanya. Bibi dan pamannya itu no maden, selalu pindah rumah setiap tahun.
"Mungkin mereka pindah ke rumah baru Piya,ma!" Rasti tambah kesal. Orang tua dan anak sama saja. Munafik. Rinda sok alim. Ga mau terima sesuatu yang ga halal. Nyatanya dia mau terima mengambil barang rampasan dari suami anaknya.
Rodin, ayah Piya menerima telpon Rasti
"Ya kak. Apa kabar?"
"Kamu nikahkan Piya ga bilang-bilang?!"
"Piya nikah? Kapan? Dengan siapa? Mustahil!" Rodin marah. Piya di fitnah. Bisa-bisanya kakak iparnya menuduh Piya begitu. Mengatakan Piya istri simpanan. Kelewatan ! Dengan kesal Rodin menutup telpon. Kakaknya itu ga sopan. Di seberang telpon, Rasti marah. Rodin menutup telponnya. 'Ga sopan!" teriaknya kesal. Delima menjauh, takut. Mamanya seperti singa terluka kalau marah. Piya ngacir ke kamarnya. Dia menyelidiki sendiri. Lebih baik dia ke rumah Fatma. Bertanya dengan Fatma.
Sesampainya di depan rumah Fatma. Delima melihat Fatma dan Arman suaminya pergi dengan mobilnya. Delima mengikuti mobil Fatma.
Mereka menuju perumahan mewah. Pasti ke rumah Piya. Memang benar. Mereka berhenti di sebuah rumah yang baru di renovasi. Piya keluar rumah, masuk ke mobil Fatma. Terus jalan. Delima menyembunyikan wajahnya. Jangan sampai mereka tahu. Delima menarik nafas. Mau kemana mereka. Delima mengikuti lagi. Mereka berhenti di mall.
Delima ikut masuk ke mall itu. Mereka ke 'Informa' belanja barang furniture. Piya benaran kaya. Mengerikan! Piya lebih kaya dari papanya yang jenderal.
Delima menghubungi mamanya. "Ma, kirim intel lagi, selidiki Piya!"
"Ada berita apa?"
"Piya asli kaya!"
Rasti naik pitam. Kemarahannya sudah sampai perut. Bikin dia lapar. Dia bisa gemuk kalau begini. Setiap kali kesal, Rasti jadi lapar. Nafsu makannya tak terkendali.
Rasti menghubungi Rendy lagi. "Selidiki Piya!"
Di seberang sana, Rendy jadi heran. Ada apa dengan Piya ?
...
Piya heran melihat beberapa intel teman sekerjanya dulu tiba-tiba menghubunginya, menanyakan kabarnya. Heran. Mau apa mereka? Mengapa mereka tertarik menyelidikinya. Mereka bahkan ada yang datang ke mall mengikutinya. Aneh. Memangnya dia tersangka teroris. Polisi kalau temannya di jadikan tersangka. Seperti sudah tidak teman lagi. Memang siapa dirinya? Terlalu hebat untuk di selidiki. Biarin aja. Sekalian aja menampar nyamuk. Biar mereka gatal mau tahu dirinya. Piya pamer, dia pergi ke toko jam mewah. Membeli jam tangan sekali tiga, untuknya, ibu dan ayahnya. Kapok. Wajah mereka pasti ngiler. Dia sudah jadi Millionaire. Tau rasa mereka!!. Polisi intel itu menelpon seseorang. Pasti yang nyuruh mereka. Piya bisa menduga. Siapa yang punya wewenang menyelidiki hidupnya yang ga penting bagi orang lain. Dari jauh dia melihat Delima. Keluarga bibinya tak bisa hidup tenang, kalau keluarga Piya terlihat nyaman. Mereka ga mau ada saingan. Biarin, ku beli sekalian. Piya tersenyum senang. Senang mempermainkan bibinya yang Kepo itu.
Bukan sifat Piya mengganggu orang lain, apalagi mengurusi privasi orang lain. Tetapi tante Rasti sudah kelewatan deh. Sudah sering dia begitu, heran juga kenapa tante Rasti segitunya dengan Piya. ga suka melihat Piya hidup jauh lebih baik.
Jadi Piya sengaja banget memamerkan kemampuannya membeli, sekaligus mentraktir teman-teman anggota korp yang dulu pernah satu tim dengan Piya, makan siang istimewa di restoran mahal dan mewah, biar tantenya
tahu kalau Piya sungguhan gila. Gila harta. Pamer harta. Meledak deh kayaknya tante Rasti dan Delima sepupunya yang manja dan oon itu. Piya benaran marah. nyakiti hati tantenya sampai rambutnya rontok. Hingga tante Rasti harus ke salon karena kepalanya panas berasap. Iri dengan kemakmuran Piya sekarang. Nah tuh apalagi sudah. Piya di bakar amarah hingga bikin orang lain kenyang makan enak.
Kemarahan Piya bukan tanpa alasan, tadi pagi dia sudah menerima laporan buruk tentang dirinya dari ayahnya, bisanya Rasti menuduh Piya istri simpanan pejabat gara-gara dia bisa beli mobil dan motot baru. Heh! Gila. Ga sebanding jadi istri pejabat di ganti mobil murah begitu. Kasihan amat Piya. Kalau tahu saja tante Rasti tahu kalau Piya dapat harta Karun peninggalan jaman bajak laut, pasti deh goa tengkorak itu di bulldozer tanpa sisa.
Tentu saja ulah Piya ini sampai cepat ke telinga tantenya itu, sebelum teman-temannya selesai makan, tante Rasti pergi ke mall itu juga ke salon hair spa, kepalanya panas. Perutnya lapar juga. Delima menyambut mamanya yang kesal dengan Piya.
Piya pura-pura tidak tahu ketika tantenya lewat di depan restoran Korea itu. Arman dan Fatma tidak paham kalau sudah perang saudara di sekitarnya. Jadi dia suka-suka aja ketika Piya mengajak mereka perwatan rambut. Fatma heran sejak kapan Piya jadi feminim gitu. Bukankah Piya ga pernah suka di ajak ke salon?
Piya mengambil ruangan VVIP di salon itu melewati ruang VIP yang digunakan tante Rasti dan Delima.
Tante Rasti dadanya serasa berbuluยน saking kesalnya.
Menurut Fatma, Piya sudah berubah, tidak seperti dulu. Piya dulu orangnya sangat cuek, ga takut jelek, anti salon kecantikan, ga doyan belanja, ga suka pamer. Fatma merasa kehilangan, kehilangan sahabatnya yang Tomboy menggemaskan, periang dan ga gampang marah. Piya sekarang aneh dan sulit di pahami.
Tante Rasti mengiringi kepergian Piya dengan Fatma dan suaminya meninggalkan salon rambut tersebut diiringi pandangan mata tak suka dari Delima dan mamanya.
Piya mengajak Arman dan Fatma ke suatu tempat, rumah mewah mungil di tepi danau buatan, rumah atas nama Fatma hadiah Piya untuk kebaikan keluarga Fatma selama ini kepada Piya dan keluarganya.
Fatma terkejut. Rumah itu nyata. Piya tak pernah berdusta apalagi gila.
.....
Osaka, Japan
Riye dan Riyeko adik Ryozo menerima paket misterius. Ketika membukanya mereka satu keluarga seperti di hipnotis, mereka lupa dengan Ryozo, Piya dan keluarganya. Lupa pernikahan Piya dan Ryozo. Lupa mereka pernah bertemu atau pernah ada.
Sebuah perintah tertulis bahwa kotak rahasia itu hanya boleh dibuka oleh orang yang punya kekuatan hati yang teguh dan setia. Barang rahasia itu dipercaya memiliki kekuatan magis yang mampu membuka pikiran yang terkunci!.
Mereka meletakkan paket tersebut di dekat guci suci tempat abu ayah dan ibu Ryozo.
______
ยน istilah kesal atau marah luar biasa untuk wanita.