Langit sudah sore, para penziarah pun sudah pulang begitu juga yang mengantarkan Emak ke peristirahatan terakhirnya. Namun,. tidak dengan diri ku. Aku memilih untuk tetap ada di sini meski tadi ada beberapa sanak saudara dan teman-teman memaksa untuk ikut dengan mereka. llll
Memang setelah menceritakan yang sebenarnya, Emak mau makan nasi bebek yang ku belikan. Meski hanya dua tiga suap saja. Setelah itu, dia berkata ini istirahat.
Hingga Magrib tiba, ku tak berani membangunkannya. Meski kadang cerewet dan galak Emak adalah orang yang tidak pernah meninggalkan Shalat. "Shalat Loe biar hidup Loe enggak belangsak.." tuturnya ketika menegur yang memilih bermain ketimbang berdoa.
Usai melaksanakan Shalat Magrib di masjid, aku pun menghampiri Emak kembali. Dan melihat Emak masih tertidur dengan lelap. Aku berani diri membangunkannya, namun entah mengapa seluruh tubuh Emak terasa dingin dengan Wajah yang terlihat tersenyum.
"Mak shalat Mak..Mak shalat.." kata ku pelan. Berkali-kali ku goncangkan tubuhnya mata Emak tidak beranjak terbuka. Aku pun memanggilnya dengan berteriak hingga tetangga penghuni Rusun pun mendengarnya. Mereka pun berdatangan dan menemui ku di kamar Emak.
Dan memanggil Manteri Puskesmas untuk memeriksa Emak yang akhirnya memberikan kesimpulan Emak telah pergi.