Entah dengan sengaja atau tidak sengaja, Qu Tan'er mencoba tidak memiliki hubungan dekat dengan Mo Jiyan. Dia cukup yakin bahwa maksud dari hadiah-hadiah itu adalah untuk memanfaatkannya.
"Adik ipar terlihat sangat gugup."
"Benar." Qu Tan'er tidak munafik, dia mengakui dengan jujur dan berkata, "Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, langsung katakan saja, jangan bertele-tele."
"Aku tidak bertele-tele. Aku yakin, adik ipar tahu jelas apa tujuanku."
"Tujuan apa?" Qu Tan'er berpura-pura bingung agar Mo Jiyan berbicara terus terang.
"Aku ingin kamu merayu Adik Kedelapan agar mau membantuku."
"Pangeran Kedua benar-benar bercanda. Bahkan jika aku merayunya, apakah menurutmu Pangeran Kedelapan akan mendengarkanku?"
"Aku dengar, selama itu permintaanmu, Saudara Kedelapan tidak pernah menolaknya."
"Haha, ternyata ada banyak hal yang diketahui Pangeran Kedua, ya..."
"Bagaimana? Aku sedikit sibuk…"