Pertama, guyuran air.
Kedua… Qu Tan'er sungguh tak sanggup memikirkannya!
"Nona?" panggil Jingxin mendekat dengan cemas, dia menjulurkan tangan untuk melepaskan mantel basah yang dikenakan Tan'er.
"Jangan, mantel ini masih berguna." kata Qu Tan'er melarang Jingxin menyentuh mantel itu. Dia kemudian merapikannya kembali dengan sangat hati-hati, tingkahnya cukup mencurigakan.
"Nona, anda seharusnya tidak mendorong saya. Kalau tidak…"
"Bodoh sekali kamu, memangnya kamu bisa memblokir air itu berapa banyak? Hehe." kata Qu Tan'er tertawa sambil melirik Jingxin yang tidak basah sedikitpun. "Wanita tua itu entah sudah berapa kali latihan untuk hari ini. Bisa-bisanya dia mengguyur air dengan sempurna seperti itu. Semua air di baskom itu hanya mengenaiku."
"Nona?"
"Sudahlah. Apa yang seharusnya terjadi akan tetap terjadi, aku akan bersabar dan menahan diri. Kenapa Tuhan begitu tidak adil membuatku terdampar sampai tempat ini? Jika tahu dari awal akan seperti ini, aku pasti belajar sedikit ilmu sihir. Kalau terbang tidak bisa, kabur juga tidak bisa, aku kan bisa belajar cara merubah diri agar bisa menakut-nakuti orang. Aku sungguh menyesal!" kata Qu Tan'er memajukan bibirnya sambil berceletuk dengan suara kecil. Tidak seorang pun bisa mendengarnya dengan jelas.
Satu langkah lagi, Qu Tan'er akan masuk ke ruang utama.
"Kamu mau mati, ya? Kenapa jalanmu lambat sekali? Cepatlah!"
Wanita tua Qu sampai berkata kasar karena kesal, tapi Qu Tan'er tetap berjalan lambat. Dalam benaknya dia tengah menghitung waktu yang tepat. Dia sedang menunggu, menunggu sebuah kesempatan untuk mengangkat sedikit kepalanya. Qu Jianglin duduk di kursi kiri, sementara Nyonya Besar duduk di sisi kanan kursi. Selain mereka berdua, di bawah terdapat Nyonya Kedua, ketiga, keempat dan seterusnya yang duduk berjejer. Sedangkan ibu kandung Qu Tan'er… Statusnya yang rendah membuatnya hanya bisa berdiri di belakang Qu Jianglin.
"Gadis sialan, kamu masih tidak mau melepas mantel itu?" kata Nyonya Besar merasa kesal melihat mantel basah itu masih melekat pada Qu Tan'er. Tentu saja, adegan seru yang dinantikan oleh gadis itu akan segera dimulai.
"Tan'er, kamu tidak mendengar perintah ibumu? Segera lepaskan mantel itu, jangan membuat ibumu marah." kata Qu Jianglin akhirnya membuka mulutnya. Tapi sekali berbicara, dia malah memihak Nyonya Besar. Sementara itu, Ibu kandung Qu Tan'er, Nyonya Kesembilan memiliki status yang rendah. Hal itu membuatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya tampak merana dan tatapannya tidak bisa lepas sedikitpun dari Qu Tan'er.
"Baik, Tan'er mengerti." jawab Qu Tan'er sambil menatap Nyonya Besar dan melirik Qu Jianglin. Dia kemudian menundukkan kepala, melihat mantelnya dengan tatapan penuh arti. Akhirnya, kesempatan yang dinanti-nantikannya muncul juga. Jarak dirinya dengan posisi duduk Nyonya Besar sudah sangat pas, tidak jauh namun juga tidak dekat.
Lalu…
Srak! Srak!
Qu Tan'er melepas mantel itu dan mengibaskannya dengan kuat berkali-kali, gadis itu mengakui bahwa teknik kibasannya tidak sehebat guyuran Nyonya Besar. Tapi, bisa dibilang gayanya sudah terlihat sangat keren!
"Sialan! Qu Tan'er, kamu cari mati, ya?" teriak Nyonya Besar mulai geram atas kelakuan Qu Tan'er. Wanita itu langsung sadar kalau sikapnya salah dan mengubah ekspresinya dengan cepat.
"Ibu, Anda kenapa? Kenapa wajah anda penuh dengan air? Apa tadi turun hujan? Meskipun hujan, anda kan tengah berada di dalam ruangan, kenapa bisa basah begitu?" tanya Qu Tan'er sambil memasang wajah heran, seakan-akan dia tidak mengerti kenapa wajah Nyonya Besar basah karena air.