"Kamu…" Qu Tan'er terpaku melihat Mo Liancheng yang tampak murka. Di tengah rintikan hujan, ketampanan sang Pangeran tidak berkurang, tetap mempesona. Bahkan dia sampai melupakan kondisinya sesaat dan jantungnya tak hentinya berdetak dengan kencang.
Benar-benar wajah yang memukau… Pikir Qu Tan'er.
"Enak ya, berlutut?" tanya Mo Liancheng dengan muram.
"Aku tidak bilang begitu." Qu Tan'er akhirnya tersadar dari buaian dan menutup rapat bibirnya. Walaupun terlihat tenang, pancaran matanya tetap menyiratkan suasana hatinya saat itu.
"Bangunlah..."
"Tidak…" Qu Tan'er mengalihkan pandangan ke dalam ruangan. Dia menunggu orang-orang yang berada di dalam sana keluar.
Mo Liancheng mengerutkan alisnya, menghilangkan amarahnya dalam sekejap, lalu berkata, "Apa kamu perlu bantuan?"
Qu Tan'er diam tak menjawab apa pun.