"Kamu sudah terbiasa minum teh yang diseduh Xiao Xiang ya. Teh ini diseduh oleh Xiao Lian, nanti biar nenek suruh Xiao Xiang menyeduh teh untukmu."
"Tidak perlu, ganti rasa lain juga lumayan." Mo Liancheng menuang teh lagi ke cangkirnya, seakan-akan dia sangat menyukai teh itu.
"Kalau kamu menyukainya, ya sudah," ucap Ibu Suri yang merasa lega.
"..." Qu Tan'er hanya bisa diam tak bergerak. Melihat Ibu Suri telah teralihkan, dia pun tidak berani angkat suara dan memilih untuk diam. Dia tidak peduli apakah Mo Liancheng tadi memang sengaja membantunya atau tidak. Tapi setidaknya, tindakan suaminya tadi sudah menyelamatkannya.
"Cheng'er, nenek sudah katakan dari dulu. Hanya kamu yang pantas menduduki posisi itu." Ibu Suri kembali membahas persoalan posisi pangeran mahkota yang kosong.
"Cheng'er tidak punya ambisi untuk mengambil posisi itu, Nek."