Chapter 83 - Epilog

Aku dan ayahku berlari melewati hutan selama sekitar setengah jam sampai kami tiba di puncak bukit yang menampilkan pemandangan kerajaan Clanbella.

Aku berhenti dan mulai memandangi istana Clanbella dari kejauhan. Aku mengingat-ingat  kembali saat-saat yang pernah kuhabiskan di sana selama beberapa minggu terakhir. Aku diculik dari rumahku di London dan dibawa ke kastil itu untuk bertemu dengan raja vampir. Raja Bellamy mengklaim bahwa aku adalah cucunya yang hilang yang telah dia cari selama bertahun-tahun, dan kemudian dia memberiku nama baru: Mirabelle.

Aku telah melalui banyak hal sebagai Mirabelle. Pertama, aku dipaksa menikahi Pangeran Maximilian yang kebetulan adalah mate ibuku yang sesungguhnya. Kemudian, aku diculik oleh seorang manusia serigala, dan pada akhirnya, aku mengetahui bahwa beta dari pack manusia serigala itu, Ivan Wolfgang sebenarnya adalah ayah kandungku, Donovan Grandville. Ya, ayahku yang selama ini dianggap sudah meninggal ternyata masih hidup, dan ia telah berubah menjadi manusia serigala.

Setelah penculikan itu, aku harus menghabiskan hari-hariku diawasi dengan ketat oleh pengawal pribadiku yang menjengkelkan, Sigmund. Tetapi aku baru tahu bahwa di balik kepribadiannya yang menyebalkan, Sigmund sebenarnya adalah orang yang sangat baik. Dia bahkan rela mengkhianati rajanya dan membahayakan hidupnya sendiri hanya untuk membantuku. Itu semua karena cintanya yang abadi pada ibuku.

Aku senang akhirnya semuanya berakhir. Aku bisa mulai menjalani kehidupan normal lagi sekarang. Mulai hari ini dan seterusnya, aku tidak perlu lagi menjadi Mirabelle, putri vampir berdarah campuran dan cucu dari Raja Bellamy. Aku juga bukan lagi Rosangela Sinclair, anak yatim yang tinggal bersama keluarga angkatnya di London. Aku sekarang Rosangela Grandville, anak perempuan dari seorang putri vampir, Claribelle, dan manusia serigala, Donovan Grandville alias Ivan Wolfgang.

Lamunanku mendadak terputus ketika aku merasakan sebuah tepukan di bahuku. Menoleh ke belakang, aku melihat ayahku berdiri di belakangku dengan sebuah senyuman simpul.

"Ayo kita mulai bergerak lagi!" katanya.

Ketika aku menganggukkan kepala, ayahku mulai kembali berlari. Aku melirik ke kastil Canbella sekali lagi sebelum akhirnya mengejar ayahku.

"Selamat tinggal, Kakek," aku berbisik dengan sedih sambil terus berlari, meninggalkan kerajaan Clanbella.

Bersambung...