Chapter 2 - Prolog

Aku berlari secepat mungkin melalui hutan lebat, meninggalkan wilayah Bloodrose Pack, tempat aku dan ayahku telah tinggal selama dua minggu terakhir.

Sekarang tengah malam, dan di sini gelap gulita. Tapi kegelapan tidak membuatku takut lagi. Yang kutahu adalah aku harus berlari sejauh mungkin dari tempat itu.

Ucapan yang membuat aku melarikan diri masih terngiang di telingaku.

"Alpha Wolfgang, bagaimana kau bisa membiarkan seorang vampir tinggal di wilayah kekuasaanmu?" tanya salah satu anggota dewan yang mengunjungi wilayah Bloodrose Pack siang ini.

"Ya," tambah anggota dewan lainnya, "kau tahu, tidak pantas bagi vampir untuk tinggal di wilayah manusia serigala. Dia bisa menjadi ancaman bagi kawananmu dan kawanan lain yang tinggal dekat dengan tempat ini."

"Maaf, Tuan-tuan. Vampir yang kalian bicarakan adalah putriku. Dan yang terpenting adalah dia hanya setengah vampir. Dia bukan ancaman bagi kawanan kami atau kawanan lainnya," ayahku membela aku.

"Seorang vampir tetaplah vampir baik dia memiliki setengah darah manusia ataupun vampir berdarah murni. Mereka adalah musuh kita," kata anggota dewan lainnya. Suaranya penuh dengan kebencian.

Bagaimana aku bisa melupakan fakta bahwa aku memiliki setengah darah vampir dalam diriku? Itu berarti bahwa aku adalah musuh para manusia serigala. Meskipun anggota Bloodrose Pack bersedia menerimaku dengan tangan terbuka, aku tetap tidak bisa tinggal bersama mereka. Kehadiranku hanya akan membahayakan semua orang yang tinggal di sana. Aku tidak ingin mengambil risiko dengan nyawa orang lain, itu sebabnya aku memutuskan untuk melarikan diri.

Tiba-tiba, aku tersandung akar pohon yang menyembul keluar dari tanah, dan aku jatuh ke depan, menyerempet lutut dan telapak tanganku. Aku merasakan nyeri di pergelangan kakiku saat mencoba menggerakkannya, tapi aku mengabaikannya. Aku kembali bangkit dan terus berlari.

Aku tidak tahu ke mana aku akan pergi. Aku hanya terus berlari dan berlari. Aku bahkan tidak peduli jika aku tersesat.

Aku sebenarnya ingin kembali ke keluarga angkatku. Tapi London jauh dari sini. Dan jujur saja aku ​​tidak tahu bagaimana caranya menuju ke sana.

Aku bertanya-tanya apakah aku harus kembali ke kerajaan vampir. Tetapi aku belum siap menghadapi kemarahan kakekku. Dan aku ragu Sigmund akan ada di sana untuk membantuku saat ini. Raja Bellamy mungkin telah menghukum Sigmund dengan berat karena sudah mengkhianatinya. Atau lebih buruk lagi, Sigmund bisa terbunuh karena itu.

Dan Pangeran Maximilian? Setelah setelah aku kabur dari pernikahan kami seperti itu, aku yakin Maximilian tidak ingin membantu aku lagi. Aku telah mempermalukannya dan melukai perasaannya. Dan aku mengerti jika dia membenciku karena itu.

Berlari tanpa henti untuk waktu yang lama membuatku merasa terengah-engah. Jadi, aku memutuskan untuk berhenti untuk menarik napas.

Ketika akhirnya aku bisa bernapas dengan normal kembali, berniat berniat untuk mulai bergerak lagi, tetapi sesuatu menahan aku.

"Ya Tuhan, siapa yang menahanku? Mungkinkah itu ayahku? Tapi bagaimana kalau itu vampir? Lebih buruk lagi, vampir jahat? Atau mungkin manusia serigala jahat?" pikirku dengan ngeri.

Dengan takut, aku melihat ke belakang melalui pundakku. Aku menghela nafas lega ketika melihat bahwa ujung gaun putih panjangku tersangkut di dahan pohon.

Aku mengejek kebodohan diriku sendiri. Aku pikir aku hanya terlalu paranoid.

Gaunku tersangkut di cabang-cabang pohon dan aku tahu akan butuh waktu lama untuk mengeluarkannya. Jadi aku harus merobek ujung bajuku sebelum melanjutkan perjalanan.

Namun, begitu aku baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba aku terpaksa berhenti ketika melihat serigala besar beberapa meter di depanku. Hanya dengan melihat ukurannya, aku langsung tahu bahwa itu bukanlah seekor serigala biasa. Pasti itu adalah manusia serigala. Tapi sepertinya manusia serigala itu bukan berasal dari Bloodrose Pack. Karena jika dia datang dari kawanan ayahku, dia akan mengenali aku.

Apakah aku secara tidak sengaja masuk tanpa izin ke wilayah kawanan manusia serigala lain? Aku harap tidak, karena aku telah mendengar dari Randolph apa yang dilakukan oleh beberapa kawanan manusia serigala ke para penyusup. Mereka akan membunuh siapa saja yang berani memasuki wilayah mereka tanpa izin. Dan aku tidak ingin itu terjadi padaku.

Tetapi jika serigala ini adalah manusia serigala liar, itu akan menjadi lebih buruk. Manusia serigala liar atau Rogues terkenal karena kebrutalan mereka. Aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan serigala itu kepadaku.

Mata serigala terus memperhatikan aku, dan itu membuatku menggigil.

Aku mundur selangkah, dan serigala itu melangkah maju, perlahan-lahan bergerak ke arahku. Sepertinya serigala ini tidak ingin membiarkanku pergi dengan mudah.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" aku bertanya pada diri sendiri dengan bingung.

Serigala tersebut tiba-tiba melolong dan segera aku juga mendengar serigala-serigala lain melolong di kejauhan.

"Ya Tuhan, apa yang dilakukannya?" Aku mulai panik.

Dalam hitungan detik, serigala demi serigala muncul dari hutan.

"Oh tidak, aku dalam masalah besar. Aku harus pergi dari sini sekarang!" aku berkata pada diriku sendiri.

Aku membalikkan badan dan berlari ke arah yang berlawanan. Meski aku yakin bahwa para manusia serigala itu bisa berlari lebih cepat daripada aku, tapi aku masih harus tetap mencoba, bukan?

Namun, aku terpaksa berhenti berlari ketika lebih banyak serigala datang, menghalangi jalanku.

Beberapa saat kemudian, semakin banyak serigala keluar dari sisi kanan dan kiriku. Akibatnya, aku sekarang benar-benar dihalangi dari segala arah.

"Oh, tidak, tamatlah riwayatku," pikirku.

Semua serigala itu mulai berjalan memutariku. Aku yang sedang berdiri di tengah-tengah mereka, gemetar dengan hebat.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan aku!" aku berdoa dalam hati.