Chereads / Petualangan Ernest Dalton di Negeri Anthenia / Chapter 4 - BE MINE, PLEASE! ?

Chapter 4 - BE MINE, PLEASE! ?

Pagi telah datang menghampiri kehidupanku lagi. Mentari sama sekali tak ingin berkompromi denganku. Terik cahayanya menembusi setiap celah yang ada pada rumahku. Sekuat tenaga kupaksakan diriku untuk bangun dari peraduan.

Dengan mata yang masih mengantuk, aku berjalan pelan menuju ke kamar mandi. Aku pun mandi dan langsung segera masuk kembali ke dalam kamar tidurku. Kukenakan pakaianku yang baru, dan langsung berjalan keluar.

Ketika sampai di depan meja makan, betapa terkejutnya diriku. Pemanandangan di depan mataku ini merupakan sebuah keanehan sekaligus sebuah keajaiban. Segala jenis makanan sudah tertata rapi di atas meja makan. Semua jenis lauk pauk, juga sayur - sayuran dan buah - buahan tak ketinggalan menghiasi meja makan. Ditambah pula oleh secerek penuh susu putih. Sungguh pemandangan yang tak biasa.

Setelah menatap semua hidangan makanan itu beberapa lamanya, aku baru mulai teringat lagi akan apa yang pernah dikatakan oleh Catherin kepadaku. Ternyata, semua itu adalah benar adanya. Aku sungguh takjub dibuatnya.

Tak menunggu lama, aku langsung dengan cepat melahap habis semua makanan yang ada di situ. Setelah perutku mulai terasa kenyang, aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan langsung bergegas menuju tempat yang biasa didatangi oleh Catherin.

Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya aku pun mulai sampai di tempat yang biasa didatangi oleh Catherin. Dari jauh sudah terlihat dengan jelas oleh mataku sosok Catherin yang cantik. Dengan berjalan santai aku mendekatinya.

Disapanya diriku dengan sangat ramah. Aku pun balik membalasnya dengan senyum hangat. Dengan sedikit ragu - ragu, Catherin berkata padaku dengan suara pelan, "Kemarin, aku telah menemui Raja Peri di istana. Sang Raja pun menerima kesayanganku dengan senang hati. Aku lalu mengatakan maksud kedatanganku kepadanya. Dan, betapa senangnya hatiku ketika mendengar jawaban darinya."

"Boleh aku tahu apa jawabannya, Cath?" tanyaku penasaran.

"Dia mengizinkanku untuk tinggal bersama denganmu. Alasannya karena aku sudah kenal baik denganmu. Jadi, dia memberiku izin untuk dapat tinggal bersamamu, walau hanya untuk setengah hari saja. Sore hari, aku harus segera kembali ke Negeri Peri. Kalau tidak aku tidak akan bisa kembali ke sana lagi untuk selama - lamanya."

"Baiklah kalau begitu," kataku lega. "Ayo! Kita harus segera menuju ke rumahku. Jaraknya cukup jauh dari sini. Kalau kita tak berjalan sekarang, maka mungkin kau hanya tinggal denganku beberapa jam saja, tak sampai setengah hari," pintahku padanya.

Catherin yang mendengarnya hanya bisa tertawa geli. Lalu bermasalah dia sambil masih dalam keadaan tertawa, "Apa gunanya sayap yang aku miliki? Kita tak harus berjalan kaki sejauh itu, Axe. Aku hanya cukup membuka sayapku lebar - lebar, dan kau tinggal berpegangan pada tanganku. Setelah itu, kita berdua akan mengudara dan dalam sekejap telah sampai di rumahmu."

Aku yang mendengarnya hanya bisa terdiam dan kagum akan ide brilian wanita itu. Dengan cepat dia melebarkan sayapnya yang begitu indah itu dan langsung menarik tanganku. Dia mulai mengepak - ngepakan sayapnya, dan kami pun mulai terbang menjauhi tanah di bawah kami.

Aku yang baru pertama kalinya mengalami pengalaman terbang di langit hanya bisa terdiam dan melihat ke bawah. Sebuah momen langka yang tak mungkin bisa dinikmati oleh semua makhluk di muka bumi. Keberuntungan tiba-tiba datang dan memihak kepadaku. Sebuah kenangan yang tak mungkin akan kulupakan begitu saja. Akan selalu membekas dan terus terjaga dalam relung hati dan memori.

Setiap hembusan angin membuatku merasa seperti berada di Surga. Semua ini bagaikan mimpi. Namun, tak bisa kupungkiri. Semua ini adalah kenyataan yang hakiki. Bukanlah hayalan atau bunga tidur.

Burung-burung berkicau mengiringi perjalanan aku dan Catherin. Walau mentari berada tepat di atas kepala kami. Namun, sayap Catherin yang besar mampu menepis itu semua. Kesejukan merambah di setiap lapisan kulitku, menembus hingga ke dalam pori-pori yang paling dalam.

Apakah semua ini dapat kuulang kembali. Entahlah, aku pun tak tahu. Semua tergantung pada nasib. Biarlah waktu ini membawaku pada kedamaian hati, meski hanya sesaat. Kuingin menikmati pemberian sang Pencipta yang kuterima secara cuma-cuma ini secara penuh, bukan setengah-setengah. Merasakan kenyamanan yang sejati.

Tak lama kemudian sampailah kami di rumahku. Catherin melakukan pendaratan yang sempurna, tanpa cela sedikitpun. Aku turun dengan perasaan sedih. Catherin yang melihatku sontak bertanya.

"Kamu kenapa? Belum puas terbang bersamaku?"

"Yah..., begitulah," gusarku.

"Tenanglah Axe," katanya sembari menutup sayapnya. "Aku janji kita akan terbang bersama lagi kalau ada waktu."

"Benarkah begitu?" tanyaku meminta kepastian.

"Tahan janjiku," ujarnya sembari tersenyum manis padaku.

Aku lalu membalas tersenyum padanya. Aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Catherin masuk, disusul olehku. Rumahku tak begitu besar. Tak ada ruang tamu. Hanya ada sebuah meja makan dan tempat memasak, serta satu bilik tidur untukku beristirahat. Aku lalu mempersilahkan Catherin untuk duduk dulu di kursi sementara aku pergi membuatkan teh untuknya dan juga untukku.

Teh pun siap dan aku langsung membawanya ke meja tempat Catherin berada. Waktu pun mengalir bagaikan air sungai yang deras. Cerita-cerita menarik terlontar keluar dari mulut Catherin yang tak berhenti tertutup. Aku pun tak mau kalah. Kuberikan celetukan humor yang mencairkan suasana. Hingga tibalah waktunya bagi Catherin untuk kembali ke dunianya–alam peri.

"Sebentar lagi hari akan malam," kata Catherin sembari melihatku. "Sebelum matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat, aku sudah harus berada di alam peri. Kalau tidak, maka aku tidak akan bisa kembali lagi ke sana untuk selamanya."

Dari raut wajah Catherin, dapat kulihat dengan jelas kekuatiran dan kegelisahan yang terus terukir di sana. Sambil mendekatinya, aku berkata, "Baiklah, kalau itu maumu. Ayo, kita keluar sekarang dan kamu langsung bisa pulang sekarang ke duniamu."

"Oke," katanya dengan nada gelisah bercampur takut.

Kami pun berjalan keluar. Namun, tiba-tiba gemuruh angin yang sangat kuat menerbangkan dedaunan kemana-mana. Awan hitam mulai berkumpul dan mendekati rumahku. Tak lama setelah itu, hujan deras mengguyur bumi tempat kami berpijak tanpa ampun. Nasib sial akan segera menimpa diri Catherin. Wanita peri itu tak akan bisa kembali lagi ke alam tempat tinggalnya. Apa yang bisa kuperbuat sekarang? Sedangkan aku saja tak bisa basah. Karena jika hujan sampai membasahi seluruh tubuhku, makan wujud asliku akan muncul. Dan ini bukanlah waktu yang tepat bagi Catherin untuk mengetahui kebenaran yang seutuhnya.

"Catherin, sebaiknya jangan kau paksakan dirimu untuk pulang sekarang. Karena cuaca saat ini sedang sangat buruk dan kemungkinan untuk kembali ke tempat tinggalmu sangatlah kecil, bahkan mungkin sama sekali tak ada," ujarku memberi saran sembari menggenggam erat kedua tangannya.

"Tidak bisa begitu, Axe!" bentak Catherin dengan suara keras. Tangannya terlepas dari dalam genggamanku. "Jika aku terus berdiam diri di sini menunggu hingga hujan reda, maka aku tak akan bisa masuk ke dunia peri lagi untuk selamanya."

"Aku tahu betul konsekuensi yang akan kamu terima jika kamu terus berada disini. Namun," aku berhenti sejenak, "akan sangat berbahaya jika kamu memaksa untuk pulang sekarang. Sekali lagi kuperingatkan padamu Catherin, pulang sekarang sangatlah beresiko."

Saranku hanya ditanggapi dengan sebuah tatapan putus asa di wajah Catherin. Namun, rona wajahnya mendadak berubah dalam seketika. Terdapat ketegasan pada tubuhnya yang menunjukkan keberanian. Aku takut keberanian itu hanya akan berujung sebuah malapetaka.

Catherin melangkahkan kakinya menjauhi diriku. Sayapnya terbuka dan terbentang sangat lebar. Aku berusaha mencegahnya, namun usahaku sia-sia. Peri itu kini sudah mengudara tinggi di langit. Catherin berusaha untuk terus mengepakkan sayapnya. Namun, dari dekat dapat kulihat dengan samar-samar bahwa bulir-bulir air hujan yang besar memperlambat kepakan sayap Catherin. Dia terus berusaha untuk terbang lebih tinggi. Tapi semakin dia memaksakan sayapnya, kekuatannya malah semakin berkurang.

Hingga bencana itu pun tiba...

[TO BE CONTINUED]

Penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Makanya, langsung vote, comment, dan share yah. Yang paling penting adalah tambahkan cerita ini kedalam perpustakaan kalian. Sebelumnya, author minta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah sangat lama hiatus. Harap dimaklumi yah teman-teman, karena author sekarang dalam masa-masa menyongsong UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih bagi kalian semua para pembaca setia dari cerita ini maupun cerita-ceritaku yang lain. Author janji bakalan update kelanjutan ceritanya.

See you in the next chapter!!!

I LOVE YOU ALL 