Setelah berjalan beberapa langkah jauhnya, akhirnya sampaikan Axe di tempat kemarin dia ketemu dengan Catherin, Ya, tepatnya di sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari kolam yang biasanya didatangi Catherin.
Namun, dia terlihat sedikit patah semangat karena sama sekali tidak terlihat Catherin di sana. Tapi, Axe tidak patah semangat. Dia kembali menguatkan niatnya dengan tetap mau menunggu hingga Catherin tiba. Didekati sekelompok rerumputan yang tumbuh di dekat semak belukar itu dan duduk di situ. Angin sepoi - sepoi yang berhembus pelan membuat Axe merasa sangat nyaman.
Walaupun Catherin tak kunjung - kunjung datang, namun dengan sabar dan setia Axe menunggu wanita itu. Hanya agar dia bisa mengetahui apakah mimpinya tadi malam itu benar - benar nyata.
Akhirnya, tampaklah Catherin yang sedang berjalan di kejauhan. Tanpa menunggu lama, Axe mendekati Catherin dan mantapnya dengan ramah.
"Hai Catherin! Apa kabar?" sapa Axe sekaligus menanyakan kabar wanita yang baru saja kembali dari kolam itu.
"Sangat baik. Aku merasa segar sekali selepas mandi di kolam yang tidak terlalu jauh dari sini. Bagaimana denganmu?" tanya Catherin balik.
"Tak ada masalah denganku, aku baik - baik saja. Namun..." belum sempat Axe melanjutkan perkataannya Catherin telah menyela.
"Namun apa? Apakah ada masalah lainnya yang mengganjal di hatimu? Ceritakan saja kepadaku!" pintanya dengan suara lembutnya yang manis.
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu, Catherin. Apakah kamu bersedia menjawabnya?"
"Dengan senang hati akan ku jawab semua pertanyaanmu itu."
Dengan wajah yang sedikit tidak yakin, mulailah Axe berbicara kepada Catherin.
"Semalam aku bermimpi. Dalam mimpiku aku sedang berada di sebuah kuburan dan berjumpa denganmu. Namun, sosokmu yang kutemui di sana sangatlah berbeda dengan kamu yang sedang berdiri di depanku saat ini. Kamu terlihat menggunakan sayap yang begitu indah. Sayap itu bahkan sampai menyilaukan mataku. Namun, dengan cepat kau tutup sayapmu dan kita berdua mulai berbincang - bincang. Engkau bercerita tentang nenekmu. Dari ceritamu muncullah sebuah pertanyaan dari dalam kepalaku."
"Bolehkah aku tahu pertanyaan apakah itu?"
"Aku lalu bertanya tentang benda yang mungkin pernah diberikan oleh nenekmu sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya."
"Lalu apa jawabanku?" tanya Catherin, yang sebenarnya telah mengetahui jawaban pasti dari pertanyaannya itu.
"Engkau menjawabnya dengan jawaban ya. Sebelum meninggal nenekmu telah memberikan sebuah benda wasiat kepadamu berupa sebuah liontin. Engkau pun menjelaskan dengan segala manfaatnya. Aku pun semakin penasaran, dan bertanya lagi saat itu juga, apakah kamu sedang memakainya sekarang? Namun, belum sempat engkau menjawab pertanyaanku itu, aku tiba - tiba saja terbangun dari tidur ku. Dan karenanya, pertanyaan dalam mimpiku itu tak terjawab. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk bertanya langsung padamu," tutur Axe dengan sangat terperinci.
Dengan sedikit santai Catherin menjawab semua kegundahan hati pria itu dengan berkata, "Semua hal dalam mimpimu itu adalah kenyataan. Dan tentang liontin itu, memang aku memilikinya. Namun tak selalu ku pakai. Benda keramat peninggalan nenek ku itu ku simpan saja di rumah. Apalagi kalau hanya datang berendam di kolam, buat apa aku mengenakannya?"
Penjelasan dari Catherin itu dengan sangat cepat membuat Axe terperangah kagum. Seorang wanita cantik di hadapannya sekarang ini ternyata adalah seorang peri. Dia sama sekali tak menyangka - nyangka akan mengalami hal seperti ini.
"Lalu di manakah kamu tinggal?" tanya Axe kepada wanita yang telah diketahuinya adalah seorang peri itu.
"Kami tinggal di dunia kami, seperti yang telah kujelaskan dalam mimpimu itu. Sebenarnya, dunia tempat tinggal kami itu sama sekali tak bisa terlihat oleh orang biasa sepertimu. Hanya orang - orang yang diizinkan oleh Raja peri yang bisa melihat dan bahkan masuk ke dalam dunia peri. Selain daripada itu, maka semua hal adalah tidak mungkin untuk dilakukan," terang Catherin dengan singkat.
"Apakah kamu tinggal bersama dengan kedua orangtuamu? Atau mungkin dengan sanak keluargamu?"
"Tidak!" jawabnya tegas.
"Mengapa tidak? Apakah orangtuamu telah meninggal?"
"Tepat sekali dugaanmu. Orangtuaku telah meninggal sejak aku masih kecil dan aku bahkan tak sedikit pun melihat mereka. Hari itu, ketika aku dilahirkan oleh ibuku, terjadi sebuah perang besar antara kaum peri yang jahat dan kaum peri yang baik. Pasukan perang dari kaum peri yang jahat sangat banyak, sehingga bangsa kami tak dapat menyeimbangi pergerakan mereka yang masuk diam - diam ketika tengah malam. Ayahku yang juga termasuk dalam pasukan perang langsung melakukan penyerangan dan pertahan bersama teman - temannya yang lain. Sang Raja peri telah memerintahkan semua kaum peri yang bukan merupakan pasukan perang untuk mengungsi ke daerah yang aman. Namun, karena malam itu ibuku sudah tak kuat lagi dan ingin sekali melahirkan, maka nenekkulah yang melakukannya. Dengan penuh perjuangan di tengah pergolakan peperangan, aku dilahirkan ke dunia. Tapi tiba - tiba saja ibuku memutuskan untuk mencari ayahku. Dia berlalri keluar dengan sangat cepat dan nenekku sama sekali tak bisa mencegahnya untuk tidak keluar dari dalam rumah. Namun, apa boleh buat. Sesaat setelah ibuku keluar, sebuah panah dengan kecepatan kilat datang menusuknya tepat di bagian jantungnya. Ibuku langsung jatuh terkulai tanpa nyawa. Ayahku yang melihat hal itu sangat marah dan membuatnya murka. Dia terbang dengan sangat cepat ke arah peri jahat itu dan langsung membunuhnya. Namun, nasib buruk tak henti - hentinya menghampiri keluargaku. Sesaat setelah kematian peri jahat itu, seorang peri jahat lainnya datang dengan sebuah pedang panjang dan dengan sangat beringas, dipotongnya kepala ayahku dengan sangat keji. Nenekku hanya bisa melihat dari dalam rumah dengan air mata yang tak henti - hentinya mengalir dari kedua kelopak matanya itu. Tragedi itulah yang telah merenggut nyawa kedua orangtuaku. Sambil menggendongku, nenekku menyanyikan sebuah lagu tidur untukku. Dengan kasih sayang dia telah merawat dan membesarkanku selayaknya kedua orangtuaku hingga sekarang ini."
Axe yang mendengar cerita dari Catherin hanya bisa diam. Pipinya telah basah oleh aliran air mata yang terus mengalir tanpa henti - hentinya. Sambil mengusap pipinya yang telah basah, Axe lalu bertanya kembali kepada Catherin, "Lalu setelah nenekmu meninggal, dengan siapa engkau tinggal sekarang?"
"Semua peri yang telah kehilangan semua kaum keluarganya telah disiapkan sebuah tempat khusus oleh Sang Raja peri. Namun, banyak memori serta kenang - kenangan indah yang tak bisa dilupakan begitu saja ketika aku tinggal di rumah peninggalan almarhum kedua orangtuaku. Akhirnya aku memutuskan tawaran Sang Raja peri untuk tinggal di tempat yang disediakannya itu. Dengan penuh perjuangan, aku sendirilah yang menghidupi kehidupanku selama ini. Sekarang, hanya aku seorang diri yang tinggal di rumahku."
Tiba - Tiba terbesit sebuah ide cemerlang di pikiran Axe. Diungkapkannyalah ide itu dengan berkata pada Catherin, "Kalau kamu tak keberatan, aku bisa memberikan rumahku untuk kamu tinggali. Aku merasa bahwa tinggal seorang diri itu mungkin sedikit sulit, apalagi bagi seorang perempuan sepertimu. Apakah kamu mau menerimanya?"
Dengan sedikit ragu - ragu, Catherin terdiam sesaat. Otaknya terus mengkonstruksi jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Axe sekaligus menerima penawaran nya itu atau menolak saja. Namun tiba - tiba, Catherin lalu berkata, "Aku mau tinggal bersamamu. Namun, aku harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Raja peri. Tanpa perizinan darinya, aku tak bisa kemana - mana. Jika telah mendapatkan izinnya, maka aku akan segera mengabarimu."
Jawaban yang mendadak itu sontak membuat Axe kaget bukan main. Seorang wanita cantik yang juga merupakan peri ingin tinggal dengannya. Dengan senyum lebar Axe berkata, "Baiklah kalau begitu. Kutunggu jawaban darimu."
Setelah itu, beralihlah Axe dan Catherin dari tempat mereka berbincang - bincang itu. Dengan santai, Axe berjalan lenggang kangkung ke arah rumahnya berada.
Sedangkan di sisi lain, Catherin dengan sayapnya yang memukau, mulai terbang meninggalkan tanah. Axe yang sempat melihat hal itu sontak kaget dengan mulut terbuka lebar. Apa yang ada di dalam mimpinya ternyata tidak seindah dari apa yang sedang dilihatnya sekarang. Sungguh sebuah momen berharga yang tak akan dilupakannya seumur hidupnya.
Catherin dengan cepat berlalu sambil mengepak - ngepakan sayapnya. Lama - kelamaan, dia mulai terlihat samar - samar dan mulai hilang raib ditelan langit yang indah.
Di bawah rindangnya pepohonan lebat di sekelilingnya, Axe berjalan santai pulang ke rumahnya. Dia sudah tak sabar mendengar jawaban dari wanita keturunan peri itu.
.
..
...
....
.....
....
...
..
.
Sampai di sini dulu yah, guys! Author akan berusaha untuk secepatnya meng-update kelanjutannya. Nantikan kelanjutannya segera. Hanya satu permohonan penulis kok untuk kalian para pembaca setia Wattpad kakak. Cuma like, vote, comment dan jangan lupa untuk di-share ke teman - temannya yang lain. Biar banyak orang lain juga dapat merasakan keseruan cerita perjalanan Axelle dan Catherin.
Sampai jumpa di chapter berikutnya! I love you my reader so so much!!! 😘😘😘