Setelah menyantap makanan yang dipesannya tadi, Binar duduk sejenak di atas sofa sembari mengaktifkan ponselnya. Senyum kecut muncul di ujung bibirnya, saat melihat begitu banyak pesan dan telepon dari Adnan.
Binar sama sekali tidak membuka semua pesan dari Adnan. Hanya akan membuatnya semakin kesal dan mengutuk dirinya sendiri karena sudah percaya akan kata-kata manis seorang pria.
Hari semakin larut, Binar menerima telepon dari Sovia. Dia mengatakan jika Adnan sedang mencarinya. Namun, ada sedikit rintangan yaitu ada seseorang yang menyerang perusahaannya.
Mendengar itu ada perasaan khawatir tetapi dia tidak bisa melupakan apa yang sudah terjadi. Akan tetapi, dia selalu mendoakan yang terbaik untuk Adnan.
Binar pun menutup sambungan teleponnya, dia melihat langit-langit kamar hotel. Kembali dia teringat akan bayangan saat Adnan hendak memukulnya.