tililulit
tililulit
( bunyi telepon)
"pagi pak ada yang bisa saya bantu"
"erlita timui saya sekarang" pinta seseorang di sebrang telepon yang lansung menutup sambungan
tok tok
Erlita mengetuk lalu di bukanya pintu besar berwarna silver dihadapannya. ruang besar dengan satu meja kerja tempat bersemayamnya pemilik perusahaan memantau hasil kerja karyawannya. di langkahkan kakinya menghadap si pemberi perintah.
"pagi pak," sapa erlita
" erlita, sore ini kosongkan jadwal ku, mama ingin kita pulang lebih awal. dan gunakan dress yang kupilihkan.. tambah lagi beraktinglah seolah kita memiliki hubungan, minggu lalu kamu cukup tegang, erlita" jelasnya dengan melihat tas yang berada di meja kecil tempat biasa mereka mendiskusikan beberapa dokumen.
"baik pak, kalau begitu saya akan menyiapkan beberapa bingkisan kecil buat ibu anda di rumah" jawab erlita
"satu lagi erlita jangan panggil saya bapak di rumah cukup panggil fahri saja" pintanya
erlita menggeleng bagaimana mungkin dia memanggil nama pimpinannya dengan lancang seperti itu. " tapi pak itu membuatku nggak enak" sautnya
"saya nggak mau tau, pokoknya jangan panggil saya seperti itu" kata fahri yang masa bodo
"kamu bisa pergi sekarang" tambahnya
"permisi pak" sembari meninggalkan fahri dan mengambil tas yang berisi dress bermotif bunga
seperti biasa seleranya dalam memilih sangat bagus. membuat erlita teringat awal dia menjadi pacar bohongan fahri.
**flasback 1 tahun lalu
"mah fahri nggak mau di jodoh-jodohin lagi" katanya yang berusaha sehalus mungkin menjaga perasaan ibunya
"jadi benar kalau kamu fahri seoarng homo? mama malu berita tentang kamu menjalin hubungan gelap dengan laki-laki. walau mama tau itu cuma gosip fahri." jelas mamanya yang berkaca-kaca menahan tangis
"siapa pun perempuan yang bersanding dengan mu fahri mama akan terima, siapa pun dia mama janji fahri." tangisnya di pelukan anak semata wayangnya
"mah sebenarnya fahri berpacaran dengan erlita sekretarisku..." berbohong
"benarkah? panggil dia? biar dia yang menjelaskan..!" katanya dengan tatapan bahagia
"nanti malam akan fahri ajak dia kerumah mah, mamah tunggu saja kedatangan kita," jelas fahri
"mama mau sekarang fahri" pinta ibunya
"mah, erlita saat ini lagi mengirim beberapa berkas ke kantor cabang dan memantau pengolahan yang ada disana, jadi mama pulanglah dulu nanti fahri akan menjemput erlita dulu baru pulang" jelasnya
"baik mama pulang tapi ingat kamu harus bawar erlita, ingat bawa dia calon menantu ku" senyumnya mengembang
selang beberapa menit setelah ibu ratna pulang erlita memasuki ruangan seletah mendapat pesan singkat dari fahri.
"sore pak," sapa erlita yang sudah berdiri dihadapan fahri
"erlita tolong bantu saya," katanya dengan wajah cemas
"ada apa pak fahri, saya akan bantu sebisa saya" jawab erlita yang kebingungan
"tadi mama datang dia membaca artikel tentang saya yang punya hubungan kusus dengan laki-laki, lalu tampa pikir panjang saya bilang kalau saya berpacaran dengan kamu, malam ini dia mau kamu datang kerumah menjelaskan hubungan kita" jelas fahri
mata erlita membulat mendengar pernyataan bossnya tersebut.
"lalu saya harus bagaimana pak" tanya erlita
"ganti baju mu kita berangkat sekarang, saya sudah menyiapakan dress di ruangan pribadi saya, gantilah disana, nanti soal apa yang harus kamu lakukan akan saya jelaska di mobil" jelasnya
dress hitam dengan kerlap kerlip hiasan kecil di bagian bawahnya terlihat simple tapi juga menimbulkan kesan elegan membuat erlita tersenyum bahkan di tidak pernah bermimpi dapat memakai dress secantik ini. di temuinya lelaki yang menunggunya dari tadi,
"saya sudah siap pak" kata erlita
mata fahri seperti baru melihat pemandangan baru, wanita berbadan kecil dan berkulit bersih itu terlihat berbeda dengan dress hitam pilihannya, belahan di bagian dadanya hampir terlihat jelas yang membuatnya secara sepontan membuka jasnya dan menutupi badan erlita.
"ayo" ajaknya singkat dan di ikuti erlita dari belakang.
flasback berakhir
"nggak terasa usah 1 tahun aku berpura-pura menjadi pacar bohongan pak fahri," grutu erlita
tiba-tiba tangan besar menyentuh pinggang erlita yang membuat tubuhnya reflek berputar dan menabrak dada fahri yang berdiri di belakangnya.
"ma..maaf pak tadi saya kaget" jelas erlita terbata bata
"erlita mama udah mulai curiga gara-gara kamu masih panggil saya pak dan tidak mau bersentuhan dengan saya. kamu tau?" jelasnya
"ma..maaf pak anu saya canggung kalau hanya panggil nama bapak, sudah jadi kebiasaan saya pak" jawab erlita menunduk
lagi lagi tangan fahri melingkar di pinggang erlita yang membuat badan mereka kini tidak menyisakan jarak.
"kalau begitu,, panggil mas saja? gimana" tawarnya dengan senyum tipis
muka erlita memerah melihat sepasang bola mata dengan pupil hitam pekat berada tidak jauh dari wajahnya.
"i..iiya mas,, maksud saya pak anu nggak mas" jawabnya yang salah tingkah memegang pundak fahri yang terasa kekar
"huft, iya mas saja kayanya kamu lebis cocok panggil mas ketimbang pak" melepas tangannya dari pinggang kecil erlita dan beralih memegang tangan erlita mengajaknya pulang
jam 19.30 fahri dan erlita turun di depan rumah megah berwarna putih, disambut dengan wanita yang sudah berumur dengan riasan natural tambah senyum yang melingkar di wajahny terlihat dia senang akan kedatangan mereka.
"malam bu" sapa erlita mencium tangan wanita yang lebih tua darinya
" malam nak ayo masuk" tangannya menggandeng tangan erlita dengan hangat
disusul dengan fahri dari belakang
"oh iya bu tadi saya menyiapkan bingkisan masih ada di dalam mobil, saya ambil sebentar ya" kata erlita sopan
"bingkisan? kamu menyiapkannya untuk ku,? senangnya punya menantu yang perhatian" katanya melirik fahri
"tidak usah sayang nanti pak bejo yang ambilkan" terang fahri sepontan
"ssa.. sayang mas fahri aa... apaan sih" muka erlita memerah mendengar kata yang keluar dari mulut fahri
"aduh udah mulai sayang sayang nih,, gitu dong kan mama seneng" celetuk bu ratna yang membuat mereka berdua canggung
jam 21.00
"mah udah malam nih fahri mau nganter erlita pulang dulu" pamit fahri
"nggak nginep aja, besok biar ke kantor bareng" kata bu ratna
"anu bu, saya pulang aja soalnya ada dokumen yang harus saya ambil juga di kantor cabang" saut erlita memberi pengertian
"oke oke mama kalah, tapi erlita mulai sekarang panggil saya mama bukan ibu, kan mama juga bakal jadi mama kamu nak" senyum bu ratna penuh arti
"mama dari tadi ngode mulu" batin fahri
"i..iya mah, ya udah erlita pamit ya" senyum erlita tidak lupa menyium tangan bu ratna
" mas.. anu pak soal yang tadi.."
"ta panggil mas mulai sekarang, saya belum pantas di panggil bapak" potong fahri
"tapi.."
"nggak ada tapi tapian erlita ini perintah" tegas fahri
"i..iya mas" jawab erlita menundukan kepalanya
"ta udah sampai,"
"i..iya pak.. ehh mas" senyum erlita
"iya makasih untuk malam ini ta," jawab fahri dengan senyumnya yang menlingkar
"dan mas lain kali nggak usah beliin dress dan gaun lagi ya mas di kamar udah nggak muat" tambah erlita
"ya masa kamu ketemu mama pake baju kantor? atau gini aja kamu pindah apartemen?"
"mas buang-buang uang juga kan kalau tiap ketemu mama harus pake baju baru, lagian mama nggak bakal ngelirik baju yang saya pake kok, dan lagi beli apartemen itu butuh banyak uang dan terlalu luas kalau di pake sendiri jadi bapak nggak usah beliin dress ataupun gaun lagi" jelas erlita panjang lebar.
"tumben kamu bisa bicara panjang lebar di dekat saya, kamu masih keceplosan panggil saya bapak ya ta, apartemen saya kosong kamu pakai saja dari pada nggak ada yang tempati" jawab fahri
"tapi pak anu mas nggak enak masa numpang di apartemen mas" elak erlita
"kalau gitu tinggal berdua sama saya saja disana, gimana?" tawar fahri dengan senyum jail
"apa sih mas, saya pamit dulu trima kasih udah di anter" pamit erlita menghentikan perdebatan kecil
"iya iya saya tunggu jawaban kamu ya ta tinggal di apartemen saya yang kosong atau dengan saya di apartemen satunya lagi?" masih dengan nada menggoda
"nggak aku tetap di sini titik, udah mas pulang gih udah malam" usir erlita dengan muka merahnya
"imut" batin fahri
"iya iya, bye ta"
"iya mas hati-hati" pesan erlita