Chereads / aurora / Chapter 2 - Part 2

Chapter 2 - Part 2

Kesya berdiri menatap semua barang-barang yang sudah ia siapkan, untuk keperluan besok di sekolahnya.

Mengecek beberapa barang, setelah itu ia memasukkannya ke dalam tas.

Untung saja, tahun ini pemerintah menghapus MOS dan menggantinya dengan mpls. Jadi masa-masa pertama Kesya masuk sekolah SMA, tidak harus dipermalukan depan umum.

Ceklek

Pintu kamar Kesya terbuka, disusul dengan seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Sya boleh minta tolong gak?" Ucap seorang wanita, yang sangat penting di kehidupan Kesya.

Kesya menoleh, sambil menggerakkan kepalanya ke atas sekilas. Seolah-olah menjawab 'Apa?'.

"Tolong jagain laundry sebentar, Tante mau keluar sebentar."

Wanita yang dimaksud adalah Tantenya Kesya, Dewi Maranti. Kesya sudah dari kecil tinggal bersama tantenya, entah dari umur berapa, yang pasti pada saat itu Kesya belum mengerti apa-apa.

"Siap Tante Dew." Ucap Kesya sambil hormat ke tantenya.

"Ya udah cepetan ke depan!!" Suruh Dewi.

"Iya-iya, sabar Tante Dew." Kesya melangkah kan kakinya ke luar kamar, melewati sang Tante yang masih setia berdiri di dekat pintu kamarnya.

"Kesya-kesya" ucap Dewi sambil menggelengkan kepalanya pelan.

🍁🍁🍁

Seorang pria sedang asik bergulat dengan pensil dan buku tulisnya, mengulas beberapa tulisan rumus di selembar kertas robekan.

Lalu ia tempelkan kertas robekan tersebut di dinding dekat meja belajarnya.

Brughhhh

"ASTAGHFIRULLAH!!"

Seorang gadis berumur sekitar 12 tahun membuka pintu kamar tanpa mengucapkan salam, dia membuka pintu dengan gaya yang tidak santai, sengaja membanting pintu hingga mengenai dinding.

"Maaf kak hehe." Gadis itu menyengir kuda, menunjukkan deretan gigi putihnya yang terpasang sebuah behel berwarna karet hijau.

"Lo masang behel." Tanya Fagan sambil menatap aneh kelakuan sang adik.

"Iya dong, kelen gak." Ucapnya yang tidak jelas, karena dirinya merasa nyeri dibagian giginya.

Fagan menggeleng. "Apaan?" Tanyanya to the point.

"Kakak, di pwanggil mwahmwah, di bawah." Ucapnya dengan susah payah.

Fagan tersenyum kecil melihat gaya bicara adiknya. "Kalo ngomong yang bener, lagian masih SD gaya-gayaan pakai behel." Fagan pergi begitu saja, meninggalkan sang adik yang masih kesal karena ucapannya.

"Isshhhh.. Awww." Ringisnya.

🍁🍁🍁

Tettttttttt tettttttttt

Bunyi alarm sudah berbunyi, menandakan matahari telah terbit dan menyapa bumi menggantikan sang rembulan.

Seorang gadis telah siap dengan seragam sekolahnya. Kesya hanya memakai bedak bayi, tidak memoleskan sesuatu di bibirnya. karena memang Kesya tidak memiliki kosmetik yang berlebihan.

Kesya tidak memberikan gaya pada rambutnya, dia hanya menguncir satu rambutnya dengan model seperti ekor kuda.

Setelah memastikan semuanya selesai, Kesya bergegas pergi ke sekolah, karena tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi untuk hari ini.

Kesya melihat Dewi yang mondar-mandir membawa sebuah pakaian bersih secara bergantian, membawa dari ruang belakang menuju ruang depan. Ruangan depan, sengaja Dewi buka untuk usaha laundry nya.

"Tante, mau aku bantuin gak?" Tawar Kesya, yang masih berdiri di depan pintu kamar nya.

Dewi tetap melakukan aktivitasnya, namun masih mendengar suara Kesya barusan.

"Gak usah sya, kamu minum susu kamu aja, terus kamu langsung berangkat sekolah." Tolak Dewi.

"Oke." Jawab Kesya singkat, lalu beranjak pergi ke meja,  sang Tante meletakkan susu buatannya di atas meja samping kiri televisi.

Dewi menghampiri Kesya, yang sedang menyeruput perlahan susunya karena masih sedikit panas.

"Maaf ya, Tante gak buatin kamu sarapan. Tante benar-benar sibuk hari ini sya." Ucapnya, sambil memegang bahu Kesya.

Kesya meletakkan gelas susu yang sudah setengah ia minum. "Gak papa Tante Dew, santai aja. Kesya juga gak akan pingsan kok hehe."

Dewi mengelus pelan puncak kepala Kesya, membuat Kesya menjauhkan tubuhnya sedikit.

"Tan rambut Kesya udah rapih tau." Ucap Kesya sambil merapikan rambutnya.

"Iya-iya, ya udah berangkat sana. Nanti telat lagi."

"Oke Tante, Kesya berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Kesya mencium punggung tangan milik Dewi.

Setelah itu Kesya bergegas pergi dari rumahnya menuju ke sekolah, dirinya sedikit berlari karena dia tidak mau kesalahan kemarin terulang kembali.

🍁🍁🍁

Tak menunggu waktu lama, Kesya sampai ke sekolah tepat waktu. Kebetulan sekali, suasana jalan raya belum begitu ramai, jadi Kesya bisa menyuruh pengemudi motornya sedikit mempercepat laju motornya.

Kesya berjalan melangkah kan kakinya melewati koridor sekolahnya, melewati beberapa kelas yang masih sepi. Mungkin, hanya ada beberapa orang yang baru saja datang, seperti Kesya.

"Masih sepi juga ya, gue kecepatan dong datengnya. Ishhh serba salah banget jadi Kesya." Ucapnya pada diri sendiri.

Kesya memasuki kelasnya, kelas Kesya berada di lantai 2. Jadi memang sedikit agak jauh, dari pagar masuk sekolah.

Suasana di kelas Kesya sangat sepi, bagaimana tidak sepi. Di dalam ruang kelas baru ada Kesya, dan dua orang temannya. Salah satunya teman yang duduk di samping Kesya.

"Lo baru Dateng?" Tanya seseorang, yang memulai pembicaraan.

"Iya, baru aja Dateng." Jawab Kesya seadanya.

Siswi itu hanya mengangguk.

Kesya melepaskan tasnya meletakkan di belakang tubuhnya, dan menatap ke segala arah. Dirinya merasa bosan, karena tidak membawa ponsel. OSIS melarang siswa-siswi pelatihan mpls membawa ponsel, selama mpls berlangsung.

"Nama gue Hanindita Azara, Lo bisa panggil gue Ara."

Sebuah tangan terjulur di hadapan Kesya, Kesya menoleh dan memberikan senyuman tulus ke arah gadis yang sekarang ia tahu namanya, Hanindita Azara.

"Nama gue Kesya."

Tettttttttt tettttttttt

"Oke Kesya, kayanya itu bel masuk sekolah deh." Ucap Ara.

"Iya deh, bel pulang sama masuk di bedain kayanya." Balas Kesya.

Tak lama, beberapa osis masuk ke dalam kelas. Dan disusul seorang gadis yang gayanya sangat fashionable, barang-barang yang ia kenakan dari kepala hingga kakinya adalah merek-merek terkenal hanya orang-orang kaya yang mampu membeli semua barang itu.  

Siapa tuh?

Gila, cakep banget.

Orang kaya tuh kayanya.

Boleh lah buat gua.

Inceran baru gue coyyy.

Hampir semua siswa laki-laki sangat tertarik kepadanya, terdengar dari beberapa suara yang bersumber dari kaum Adam, yang kebanyakan dari suara itu isinya pujian untuk anak baru itu.

"Diam sebentar ya adik-adik, kita kedatangan tamu baru nih." Lala menoleh ke arah anak baru itu. "Sini, kamu perkenalkan diri kamu."

"Hai, nama gue Sandra Amelia Serera. Gue bar-" ucap Sandra tak sengaja terhenti, karena Sandra melihat ke arah fagan yang baru saja masuk.

"Anak barunya masuk kelas ini?" Tanya Fagan ke Lala.

"Iya gan, soalnya kelas lain udah pas jumlah siswanya."

Fagan melihat ke arah Sandra, dan mengangguk. "Ya udah gak papa."

Sandra belum memalingkan tatapannya dari fagan, walaupun fagan sudah tidak ada di hadapannya lagi. Seolah-olah tatapannya berjalan mengikuti arah fagan berjalan.

Lala menepuk tubuh Sandra. "Ada lagi yang mau di bicarakan Sandra?"

Sandra menoleh, karena sedikit terkejut. "Eng..Enggak kak, udah kok."

"Ya udah kamu boleh duduk."

Sandra mengangguk, dan mencari kursi yang kosong.

"Oke sekarang, keluarkan buku yang kemarin saya suruh bawa. Untuk Sandra, karena kamu baru masuk. Kamu tidak papa."

Semua siswa mengeluarkan buku yang sudah disuruh OSIS membawanya, dan meletakkan bukunya di atas meja.

"Saya suruh ngapain kemarin?" Tanya Lala sambil berkeliling mengecek semua buku yang di bawa.

"Bawa buku tulis, di sampul warna biru, dinamain pakai label warna putih, dan di tempel foto yang menurut kita bahagia." Ucap serempak semua siswa dan siswi.

Lala mengangguk.

"Buku kamu mana?" Tanya Lala, yang mengetahui ada siswa laki-laki tidak membawa buku yang sudah di suruh.

"Buku sa_saya keting_galan kak."

"Aduh ini nih yang saya malas, maju kamu." Suruh Lala.

🍁🍁🍁

Tiba saatnya meja Kesya yang di datangin oleh Lala, secara mendadak tubuh Kesya mengeluarkan banyak keringat, dirinya terlalu takut menghadapi kakak kelas seperti Lala.

Tangannya merasakan keram.

"Ini kenapa foto nya, foto di kartu UN kamu?"

Mata Kesya mendelik ke arah Lala, Lala juga berbalik menatap Kesya, yang sudah terlihat ketakutan.

"I,,iya ma,,maaf kak. Saya cu,,cuma ada foto itu kak." Ucap Kesya terbata-bata.

"Saya suruh kamu kan foto moment bahagia, bukan foto di kartu UN kamu cabut, terus kamu tempel disini."

Kesya hanya menunduk, dan hanya bisa pasrah pada saat Lala memanggil Fagan untuk memeriksanya juga.

"Gan gimana? Dia nempel foto UN, kan kita nyuruhnya foto moment bahagia." Ucap Lala, yang sudah terlalu emosi sedari tadi.

Fagan mengambil buku Kesya, dan dilihat lah fotonya. Tak lama fagan meletakkannya kembali ke meja Kesya.

"Mungkin itu moment bahagianya dia." Ucapnya singkat, yang membuat Kesya berhasil mendongak ke arah fagan.

"Loh kok gitu?" Lagi-lagi Lala merasa bingung dengan jawaban fagan.

"Moment bahagia itu kan gak harus pergi jalan-jalan kan. Hak dia juga kok, kalo emang foto itu yang ngebuat dia bahagia, gak salah kok di tempel di buku."  Ucap Fagan sangat jelas, dan langsung di mengerti Lala.

Lala mengkerut kan dahinya. "Lo kenapa sih gan? Dari pertama mpls Lo beda banget sama cewek ini."

Pandangan Fagan berhenti tepat di wajah Lala, Lala juga menatap Fagan serius.

"Maksud Lo?" Sepertinya jika ada kompetisi wajah terdatar Fagan lah pemenang nya. Karena di pertanyaan serius seperti ini, Fagan tetap menunjukkan wajah datarnya.

"Lo suka sama dia?"

To Be Continued...