Markas besar gerombolan. Padepokan brajamusti. Hampir seluruh wilayah pandeglang mereka kuasai. Ki rodex pimpinannya, siapa yg tak mengenali dirinya, memiliki segudang ilmu kanuragan yg mumpuni, ia gunakan untuk merampas, menindas dan memperkaya dirinya sendiri.
Di tengah para pembesarnya ki rodex tegak berdiri. "Aku melihat, tanah pandeglang di naungi kabut hitam!" menyampaikan perihal dari mimpinya semalam.
Di sudut kanan ki rodex, terdapat para pakar penasehat dari golongan dukun-dukun sakti ternama.
Di sudut kiri, para jawara-jawara terlatih berkumpul memenuhi panggilan.
"Ada yg bisa meramalkan dari mimpi tersebut?" tanya ki rodex.
Semua tampak terdiam, jikalaupun tahu, mereka takut salah, dan membuatnya marah.
Ki rodex memandang ke sisi kanan. "Apa kalian tahu?" tanyanya dengan dukun-dukun sakti.
Salah satu dari dukun sakti tersebut mengacungkan tangan.
"He'em!" gumam ki rodex mempersilahkan.
Dukun tersebut berdiri, dan membuka argumentasinya. "Hamba berpendapat, bahwa sebentar lagi sang batarakara akan bangkit kembali.!"
Semua termenung, menyoroyi pemaparan dukun tersebut. "Sang batarakara!" ucap ki rodex menundukan pandangan berpikir.
"Apa hubungannya?" lanjut tanya ki rodex.
"Sultan hasannudin pernah meramalkan. " "akan ada tiga orang, yg menguasai ajian batarakara, dan menjadikan tanah dalam kegelapan!" "dua diantaranya suda terjadi, di tandai dengan meletusnya tiga gunung, gunung karang, gunung pulosari dan gunung asepan, membuat kabut tebal menutupi tanah pandeglang menjadi gelap gulita."
Semua yg mendengar pernyataan tersebut dibuat bingung dan tak mengerti.
"Guruku pernah bercerita akan hal itu!" potong ki rodex.
Dukun tersebut lantas menambahkan. "Belakangan hari ini, saya sering di datangi oleh ki gelung dalam mimpi!"
"Apa tujuannya?" tanya ki rodex. "Dan siapa ki gelung ituh?" tambahnya.
"Ki gelung adalah jelmaan dari siluman, yg menjadi abdi setia sang batarakara."
"Hehem." berpikir kembali ki rodex.
"Munculnya kembali ki gelung, semakin mempertegas akan bangkitnya sang batarakara."
"Jelaskan padaku, antara kemunculannya ki gelung dan bangkitnya sang batarakara.!" lagi-lagi ki rodek penasaran, dan meminta untuk di jelaskan secara terperinci.
Dukun tersebut kembali bercerita. "Di zaman sultan banten ke tiga, pernah muncul seorang pemuda dengan ilmu hitam yg sangat sakti, dia juga menguasai ajian batarakara, senjata tajam apapun tak bisa menyentuh tubuhnya."
"Dengan beberapa pasukan, pemuda itu berniat, akan mengkudeta kesultanan banten.
Terjadilah pertempuran di dalam keraton, sultan ageng tirtayasa di buat takluk olehnya, dan di paksa mundur, andai keris pusaka milik sultan hasannudin tak keluar dalam sangkarnya dan menembus jantung pemuda tersebut.
Saat jasad pemuda itu akan di bakar, secepat kilat ki gelung datang dan membawa kabur ke gunung pulosari.
Di atas gunung pulosari, jasad pemuda tersebut tak membusuk, hanya mengecil dan kuku memanjang. Ki gelung merawat dan menjaganya hingga ratusan thn, sampai menemukan kembali orang yg akan menjadi titisannya." tutur cerita dukun tersebut.
"Bagaimana, fase kedua bisa terjadi?" tanya ki rodex.
"Dengan misi balas dendam, ki gelung keluar untuk mencari cikal bakal pewaris ajian batarakara. Ia menemukan mbah mijan, seseorang yg buruk rupa, selalu di perlakukan tak adil dan di asingkan oleh warga. Ki gelung merawat dan mengajarinya ilmu-ilmu hitam, mbah mijan menjadi pribadi yg arogan, siapa sajah yg menghinanya tak segan-segan dia akan membunuh orang tersebut. Seluruh ajian yg di berikan oleh ki gelung, berhasil mhab mijan kuasai, sampai-sampai tubuh mbah mijan menyatu dengan sang batarakara. Misi ki gelung menitiskan batarakara sudah berhasil, tinggal menghancurkan benteng kesultanan banten.
Tapi semua itu tak mudah, ki gelung dan mbah mijan butuh prajurit yg terlatih untuk menempur benteng keraton."
"Di tengah perjalanan, pasukan ki gelung yg akan menyerang keraton, di hadang oleh syehk mansyur dan beberapa pasukannya.
Terjadilah bentrokan, dan membuat korban berjatuhan, dua hari dua malam bentrokan itu berlangsung, hingga ki gelung dan mbah mijan lari terpontang panting sampai ke gunung karang.
" syehk mansyur tak mau, jika mereka di biarkan akan membangun kembali pasukannya, maka dari itu, syehk mansyur melakukan pengejaran sampai ke gunung karang. Di tegal pakuan tepatnya, pertarungan antara ki gelung dan mbah mijan melawan syehk mansyur terjadi.
"Syehk mansyur sudah mempersiapkan keris pusaka warisan dari sultan hasannudin, yg akan membunuh sang batarakara. Karna hanya pusaka tersebut yg bisa mengalahkan sang batarakara. Hari itu, tumbanglah sang batarakara di tangan syehk mansyur, sementara ki gelung di kutuk menjadi sebuah tongkat. Dari situlah tegal pakuan menjadi hutan larangan."
Ki rodex mengangguk-ngangguk, mengerti dengan cerita dukun tersebut.
"Kalo begitu, kita bangkitkan saja sang batarakara tersebut." ajak ki rodex.
"Tidak tuan!" bantah dukun tadi menggelengkan kepala.
Ki rodek mulai kesal, "lantas kenapa?" tanyanya mempertegas.
"Ada pagar go'ib yg di buat syehk mansyur!" "tak sembarang orang bisa menghancurkannya."
"Lantas, dengan cara apa?" tanya ki rodex.
Dukun itupun menggeleng karna tidak tahu.
Rasanya cemas, ki rodex mondar mandir gk karuan. "Bagaiman jadinya, jika sampai sang batarakara itu bisa bangkit kembali.?"
"Kita akan di perbudak olehnya.!" jawab dukun itu kembali.
Wajah ki rodex mulai merah, menandakan dirinya marah. "Goblokk. Manamungkin kita akan di perbudak? " pasukan kita banyak, tersebar dimana-mana!" ujar ki rodex dengan garangnya.
Dukun tersebut menunduk, takut jika dia meneruskan ucapannya ki rodex makin menjadi.
Di tengah keheningan yg menghawatirkan. Berdiri lagi salah satu penaseh yg lain. "Tidak ada cara lain tuan!" ucapnya.
Ki rodex melirik kearahnya. "Sebelum itu terjadi, kita bunuh yg akan menjadi cikal bakalnya.!" saran dari penasehnya.
Ki rodex mengangguk-ngangguk, "masuk akal!" pujinya. Tapi dia bingung siapa orang yg akan menjadi cikal bakal bangkitnya sang batarakara. "Bagaimana kita tahu, cikal bakal orang tersebut.?" tanya ki rodex.
"Kita lakukan persemedian, untuk mencari petunjuk."
Ki rodex mempersilahkan semua dukun-dukun saktinya untuk melakukan persemedian.
Tiga hari tiga malam, para dukun sakti melakukan persemedian dan semua petunjuk mengarah kepada ki sarman.
Setelah selesai dengan persemediannya, semua kembali berkumpul. Ki rodex sudah tak sabar ingin segera mengetahui siapa orangnya.
"Bagaimana petunjuk kalian?" tanya ki rodex.
Para dukun mulai berdiskusi, agar dukun paling senior yg akan menjelaskannya kepada ki rodex.
"Beginu tuan!" ucapnya santai.
"Bagaimana?" tanya ki rodex yg sudah tak sabar.
"Selama persemedian kami tiga hari tiga malam!"
"Heemm!"
"Kami tidak menemukan ciri-ciri orang, yg akan menjadi batarakara!"
"Hahh." kesal ki rodex. "Apa gunanya kalian bersemedi tiga hari tiga malam, jika tak menghasilkan apa-apa?" ujar ki rodex memaki-maki.
Dukun tersebut mencoba menenangkan. "Sabar tuan!" dengan menahan pundak ki rodex. Dengan kesal ki rodex menepisnya.
"Meskipun orangnya tak terlihat jelas, tapi kami melihat sebuah cahaya merah, yg keluar dari rumah ki sarman."
"Lantas?" tanya heran ki rodex.
"Itu bisa menjadi sebuah alamat, bahwa yg akan menjadi cikal bakalnya lahir sang batarakara, dari salah seorang di rumah tersebut." tutur dukun tersebut.
"Gk mungkin!" sangkal ki rodex. "Aku tahu betul siapa ki sarman dan keturunannya." "mereka dari kalangan ulama, dan kakanya bah sanim yg ada di pasir angin, adah teman seperguruanku dulu." pungkas ki rodex tak habis pikir.
"Tidak semua telur bisa menetas semua, pasti ada salah satunya yg busuk!" "begitupun dengan manusia." ujar dukun tersebut meyakinkan.
Bisikan iblis terus merasuki kedalam jiwa ki rodex, hingga dia dibuat yakin oleh petunjuk dari para dukunnya.
Dengan lantangnya ki rodex berkata, "jangan tunggu lama, kumpulkan semua pasukan, bunuh semua orang yg ada di rumah ki sarman.!" memerintahkan semua pasukan untuk menghabisi keluarga ki sarman.