Jakarta,2016
Semua pandangan teralihkan pada satu objek yang berada di depan, dengan tegas memberi arahan bahwa upacara akan segera dimulai. Objek yang banyak dikagumi para kaum hawa, dengan suaranya yang berat memberikan arahan kepada para anggota OSIS lainnya untuk mengatur barisan para siswa.
"Siswa yang terlambat atur di barisan depan, cek lagi setiap kelas sudah lengkap atau belum, atribut setiap siswa harus lengkap bila ada yang tidak mengenakan atribut lengkap bawa ke depan gabungkan dalam barisan murid yang bermasalah pagi ini." Gerhana memberikan perintah mutlak kepada para bawahannya.15
"Oh, ya, satu lagi tolong periksa belakang sekolah, gudang, maupun ruang kelas, siapa tau ada yang sengaja tidak ingin mengikuti upacara. Laksanakan dengan baik saya tidak mau ada kesalahan pagi ini," tambahnya dan langsung dijawab dengan tegas oleh para anggota OSIS.1
Sosok ketua OSIS yang tegas, cerdas, dan populer di kalangan murid di sekolahnya. Apalagi wajah tampannya yang tak bisa terelakkan lagi seolah menjadi magnet yang menarik para kaum hawa untuk memujanya. Betapa sempurna ciptaan Tuhan. Tapi bukankah tak ada manusia yang sempurna? Begitu pula dengan sosok Gerhana.13
Gerhana mempunyai kuasa yang besar di sekolah dengan posisinya sebagai ketua OSIS, dia adalah panutan para murid. Semua orang menghormati Gerhana si murid dengan segala pesonanya.
๐ฅ
Setelah selesai memberikan arahan kepada anggota OSIS, Gerhana berjalan menuju barisan para siswa yang bermasalah pagi ini. Ada yang terlambat, tidak memakai atribut lengkap, dan lainnya. Tapi, pagi ini lebih didominasi oleh para siswa yang terlambat. Mata Gerhana memicing untuk melihat lebih jelas seorang siswi yang terlambat tetapi dengan santainya berjalan memasuki barisan biasa.3
Dengan langkah tegas Gerhana menghampiri gadis tersebut untuk menghukum dan memberikan sedikit ucapan selamat.1
Saat jarak Gerhana tak jauh lagi dari gadis tadi tiba-tiba langkahnya terhenti, ada seorang guru yang menghentikan Gerhana dengan berdiri di depannya. "Permisi Buk, saya mau menegur seorang siswi yang tidak tau aturan."
Saat akan melewati guru tersebut, Gerhana malah dihentikan lagi dengan tarikan di lengannya. Gerhana membalikkan tubuhnya demi melihat guru tersebut yang sedikit tidak enak dan salah tingkah, ia menaikan sebelah alisnya pertanda tidak mengerti. "Maaf Buk ada yang bisa saya bantu?"
"Hm, begini Gerhana, kamu jangan hukum siswi tadi yang langsung masuk kedalam barisan, ya? Soalnya dia anak kepala komite disini," Guru tersebut sedikit tidak enak saat pandangan Gerhana terarah seluruhnya kepadanya.4
Gerhana tidak habis pikir, masih ada sistem seperti itu disekolah ini?
Yang melindungi siswa maupun siswi yang masih ada hubungan darah ataupun yang orangtuanya memiliki jabatan yang besar. Sedangkan siswa maupun siswi biasa akan selalu diberi hukuman. Lucu sekali.1
Tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya Gerhana hanya menganggukkan kepala pertanda mengerti dan pamit dari sana.
Tapi, bukankah Gerhana sudah melihat wajah gadis tadi? Jadi, akan sangat mudah bukan untuk mencarinya.
Gerhana tersenyum miring, dia suka hal-hal seperti ini.2
๐ฅ
Upacara telah usai, semua siswa sudah kembali ke dalam kelas masing-masing terkecuali kelas 10. Karena ini hari pertama mereka bersekolah setelah sebelumnya mengikuti acara MOS. Para siswa banyak yang menggerutu kenapa mereka belum juga kembali masuk ke dalam kelas, hari sudah mulai panas, keringat sudah bercucuran membasahi pakaian mereka.
Sampai lima menit kemudian posisi masih sama, mereka belum juga kembali masuk ke dalam kelas. Para siswi sudah merengek kepanasan, para siswa sudah menggerutu bahkan tak tanggung-tanggung ada juga yang mengumpat.2
Sungguh siapa pun orang yang memberi perintah ini sangat tidak punya hati, matahari mulai beranjak naik semakin tinggi, udara semakin panas dan tenggorokan mulai mengering. Siapa yang suka di jemur di lapangan seperti ini?5
Sampai terdengar suara microphone di depan, suara tegas yang tadi sempat menginstruksikan mereka diawal upacara kembali terdengar.
Seolah melupakan panas dan gerutuan mereka sedari tadi, para siswi langsung berdiri tegap menghadap ke depan demi melihat wajah ketua OSIS mereka-Gerhana.
"Masih semangat semua?" tanya Gerhana sekedar berbasa-basi.3
"Semangat Kak!" Itu adalah teriakan para siswi berbeda dengan para siswa yang menjawab tanpa minat.
"Panas kak!"
"Haus kak!"
"Udah dong kak, belum puas jemur nya?"
Mendengar sahutan para siswa yang berbeda sekali dengan para siswi, Gerhana jadi menahan senyum-maklum.2
"Saya sebenarnya cuma mau menyampaikan sedikit hal kepada kalian," semua mendengarkan.
"Pertama, selamat datang kepada kalian di hari pertama bersekolah. Jangan ada yang membuat ulah di sini kalau tidak mau berurusan dengan mereka," tunjuk Gerhana para barisan di sebelah kanannya-para anggota OSIS. "Terutama saya."3
Gerhana terus memberikan wejangan kepada murid kelas 10, mereka pun masih mendengarkan walaupun matahari sudah sangat terik.
"Baiklah saya kira itu cukup untuk saat ini," ucap Gerhana sambil melihat arloji di tangan kanannya.
"Sudah jam 10.30 silahkan kembali ke kelas masing-masing dengan teratur." Tanpa mengucapkan kata-kata penutup Gerhana undur diri.1
Di sisi lapangan Gerhana diam memperhatikan siswa siswi kelas 10 yang mulai beranjak pergi dari lapangan, ada yang langsung menuju kelas dan ada juga yang berhenti sejenak di kantin.
Pandangan Gerhana teralihkan pada barisan murid kelas 10, ia melihat seorang gadis yang asik melamun, diperhatikannya gadis itu dengan seksama sampai akhirnya ia tersentak saat gadis itu mulai beranjak dari posisinya.1
Gerhana memijat pelan pelipisnya, apa yang sudah ia lakukan? Memperhatikan diam-diam adik kelasnya? Konyol.3
Sepanjang koridor menuju ruang OSIS, Gerhana hanya memberikan senyuman sebagai balasan dari sapaan beberapa siswi baik seangkatan maupun adik kelas.2
Sifat Gerhana yang ramah membuat semakin banyak orang yang mengaguminya. Saat di belokan menuju ruang OSIS, Gerhana tak sengaja berhenti untuk melihat seorang gadis yang meringis membersihkan luka di daerah sikunya.
Gerhana mengeryit, menatap gadis itu sebentar sebelum langkahnya kembali melaju. Tak sengaja memperhatikan adanya luka lain di dekat pelipisnya.
'Mungkin jatuh?'3
๐ฅ
Sudah seminggu sejak hari pertama masuk sekolah, tugas Gerhana sebagai ketua OSIS malah bertambah. Dari kasus pertengkaran, bolos, bully, dll. Gerhana menghela napas lelah lalu berdiri dari kursi yang sedang didudukinya di dalam ruang OSIS.
Berjalan keluar ruang OSIS, tujuan Gerhana adalah kelas 10. Sebagian kasus terbaru banyak diperbuat oleh anak kelas 10, padahal posisi mereka masih baru tapi sudah membuat ulah.
Merepotkan.1
Sepanjang koridor kelas 10 tak terlepas dari lirikan tajam Gerhana. Matanya mengawasi setiap gerak-gerik para adik kelasnya.
Tak ada keributan yang berpotensi menambah pekerjaan Gerhana di sini membuatnya mengucap syukur.
"Kak Gege!" sapa seorang siswi kelas 10 MIPA 4, Gerhana membalas sapaannya dengan tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan langkahnya, sekarang tujuan Gerhana adalah area belakang sekolah. Di sana sepi, cocok untuk berbagai tindak pelanggaran di sekolah.1
Langkah Gerhana terhenti di belakang sekolah, di sana Gerhana melihat segerombolan siswi yang nampak sedang membully seorang siswi yang menunduk sambil terisak pelan.1
Gerhana masih mengamati sampai sejauh mana mereka berbuat, dalam penglihatannya Gerhana melihat sejumlah luka di tubuh gadis yang menunduk itu, mulai dari siku, lutut, lengan yang nampak membiru.3
"Ga usah nangis lo! Gue muak sama lo!" Teriakan kencang itu membuat Gerhana melangkahkan kakinya.1
Tinggal lima langkah lagi sebelum Gerhana tepat berada diantara siswi-siswi itu. "Hm, apa masih lama?" Suara Gerhana yang mendadak terdengar membuat Siswi-siswi itu terkejut.2
Gerhana maju, membuat mereka menyingkir dengan sendiri memberikan Gerhana jalan untuk menuju gadis yang masih senantiasa menunduk.
Gerhana mengangkat dagu gadis itu supaya melihat tepat di matanya, sedikit terkejut karena gadis itu adalah gadis yang sama yang dilihatnya dibelokan menuju ruang Osis dan lapangan seminggu yang lalu. Bahkan Gerhana masih ingat kejadian seminggu yang lalu.
Kembali Gerhana melihat adanya darah yang masih mengalir di kening dan lebam di daerah pipi.
Tanpa banyak bicara Gerhana dengan mendadak menggendong gadis tersebut, membuat beberapa gadis tadi jadi melongo di tempat.3
Sebelum melangkah lebih jauh, tak sengaja Gerhana membaca name tag gadis yang membentak tadi-Aurora.1
'Kaya ga asing mukanya' Gerhana membatin.
'Oh, gadis itu, gadis yang terlambat seminggu yang lalu?'
Menarik, pikir Gerhana.6
๐ฅ
Langkah Gerhana membawanya menuju UKS saat ini, gadis dalam gendongannya ini perlu diobati saat ini juga. Entah apa yang sudah Gerhana buat sehingga dengan mudahnya membawa gadis yang baru dilihatnya dua kali tanpa sengaja.4
Sepanjang perjalanan menuju UKS gadis ini hanya diam, tak ada pergerakan berarti yang Gerhana rasakan, iseng Gerhana menunduk sedikit untuk melihat gadis ini tapi ia tak dapat melihat dengan jelas karena lagi-lagi gadis ini menundukkan kepalanya.1
'Ga pegel tu leher nunduk mulu?'5
Tanpa terasa langkah Gerhana menuju UKS semakin dekat saja sampai akhirnya ia tiba di depan pintu UKS, sesaat Gerhana sedikit kesulitan membuka pintu UKS tapi tak memakan waktu lebih dari satu menit pintu berhasil dibuka.
Gadis ini diletakkannya di atas brankar UKS, ia keluar sebentar untuk mengambil baskom berisi air untuk kompres dan kotak P3K.
Saat kembali masuk kedalam ruangan, Gerhana melihat gadis tersebut sudah duduk di atas brankar, tatapannya menjelajahi segala sudut dan langit-langit ruangan dengan tatapan tidak nyaman.
"Kenapa bangun?" Gerhana bertanya.
"Eh?" Gadis itu tersentak, lantas menggeleng. Membuat Gerhana bingung kenapa gadis ini senang sekali melamun.
'Ga di lapangan, di UKS pun melamun.' Tanpa gadis itu sadari Gerhana tersenyum tipis sambil membatin, gadis ini terlihat lucu.4
Ah, apa yang terjadi kepada Gerhana? Kenapa tiba-tiba ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa gadis yang sedang duduk di atas brankar itu terlihat lucu?
Sapu tangan yang dibawanya beserta baskom berisi air dan batu es tadi, ia celupkan dan peras lalu ia letakkan di pelipis gadis tadi, sesaat gadis itu meringis.
Dengan perlahan dan penuh ketelitian, Gerhana mengompres lebam di wajah gadis yang belum diketahui namanya. Lalu dengan telaten Gerhana juga turut membersihkan luka di siku tangan dan lutut, sesekali gadis ini mengaduh sakit, sesekali pula Gerhana meminta maaf.
"Hampir semua badan lo ada lukanya," Gerhana berucap sambil menekan plester di siku tangan gadis yang mendesis pelan-menahan sakit.
"Kenapa ga cepet-cepet diobatin?" tanya Gerhana sambil menatap kening gadis ini yang terdapat bekas luka sayatan.
Ini aneh, sangat aneh, bagaimana mungkin gadis ini memiliki luka sebanyak ini di tubuhnya sedangkan kalau memang benar ia terjatuh atau sekedar korban bully tidak mungkin sampai separah ini bahkan sampai ada bekas luka sayatan.2
Gadis itu bergeming.
"Kenapa?" ulang Gerhana meminta jawaban.
"Ha? Apanya?" gadis ini bertanya seakan tidak mengerti.
"Kenapa ga diobatin?"
"Oh, itu... gak pa-pa."
Gerhana menarik napas dan kembali menutup luka di bagian lutut.
"Selesai," ucap Gerhana sambil menepuk tangannya sekali, pemuda itu kemudian membereskan kotak P3K serta baskom yang berisi air dingin, setelah semuanya beres Gerhana sedikit tersentak tidak percaya bahwa gadis ini memulai pembicaraan dengannya ya walaupun hanya sedikit.
"Makasih." Entah kenapa Gerhana tersenyum sangat tipis mendengarnya.
"Ya, sama-sama."
"Lo kelas berapa?" tanya Gerhana refleks, di detik kemudian Gerhana merutuki pertanyaan konyol yang ia lontarkan barusan. Bukankah ia sudah tau bahwa gadis ini kelas 10?
Yang Gerhana butuhkan sekarang adalah mengetahui nama gadis ini. Eh? kenapa Gerhana jadi
se-kepo ini?
"10 MIPA 1." Gadis ini menjawab singkat, sesuai apa yang ditanyakan Gerhana kepadanya.
'Nanya balik kek, gue mulu yang nanya.' Gerhana merutuk dalam hati.3
"Nama?" Ia tak peduli apabila gadis di depannya ini menganggap ia aneh, tapi rasa ingin tahu Gerhana sangat besar saat ini.
"Semesta." Gadis itu menjawab dengan tenang membuat Gerhana menghembuskan napas lega perlahan tanpa diketahui siapa pun, bisa rusak image yang ia bangun selama ini.4
"Oh, gue Gerhana."
"Iya, tau," Gerhana kembali merutuki dirinya sendiri bagaimana bisa ia seakan dipermalukan dengan sikapnya sendiri oleh gadis di depannya ini.
Semesta tersenyum, membuat Gerhana sedikit berdesir melihat senyuman gadis ini.
Cantik.4
Eh?
"Yang sering naik mimbar pas MOS itu, kan?"
Gerhana tertawa dengan tingkah gadis ini. Sangat lucu.1
Gerhana melihat Semesta tersenyum lebar, membuat hatinya tiba-tiba menghangat.
Kenapa ia bisa seperti ini kepada gadis yang baru dikenalnya?
Tapi, melihat semesta terseyum lebar begini entah kenapa Gerhana menyukainya.
Aneh, secepat itu ia peduli dengan gadis asing hanya karena melihat ada banyaknya luka di tubuh gadis yang bernama semesta ini.
Bahkan namanya saja cantik-Semesta.