Chereads / Projection: Egocentric Lion-heart / Chapter 4 - Chapter 3 - Academy Life

Chapter 4 - Chapter 3 - Academy Life

Tempat itu adalah tempat yang sedikit familiar untuk mereka.

Meskipun struktur ruangan yang mereka tempati sedikit berbeda, suasana yang didapatkan terasa familiar.

Mereka duduk di sebuah bangku dengan meja yang di isi oleh buku yang terbuka.

Di depan mereka terdapat seseorang yang menulis sesuatu di papan tulis selagi menjelaskan materi.

Di sekitarnya terdapat banyak orang-orang yang mendengarkan, dan datang dengan tujuan yang sama dengan mereka.

Mereka sedang menuntut ilmu.

Ringkasan dari materi yang orang itu berikan adalah,

Pertama, bahwa sihir adalah berkah yang diberikan oleh 'HolyOne' kepada anak-anaknya yang ia tinggalkan di dunia ini untuk melindungi diri mereka. Untuk mengaktifkan sihir, seseorang memerlukan formasi sihir yang mencantum: jarak, ukuran, dan kecepatan. Manusia perlu merapal mantra sihir dan mengaktifkan formasi sihir yang sebelumnya sudah mereka siapkan.

Kenapa mereka harus merapal mantra sihir? Karena manusia tidak bisa mengendalikan aliran sihir yang berada di dalam tubuh mereka sesuka hati, dan dengan menggunakan 'Mantra' yang ditinggalkan oleh 'HolyOne' manusia dapat menggerakan kekuatan sihir mereka via suara.

Apa itu formasi sihir? Apa itu harus? Formasi sihir adalah sesuatu yang ditemukan oleh para peneliti sihir, dengan mengatur konsep yang ditentukan bahkan orang biasa pun dapat mengaktifkan sihir yang seharusnya tidak bisa mereka gunakan.

Apa maksudnya tidak bisa digunakan? Di dunia ini terdapat sebuah talenta yang dikenal sebagai 'Aptitude', dengan Aptitude ini seseorang tidak memerlukan sebuah formasi sihir untuk mengaktifkan sihirnya. Karena mereka yang memiliki 'Aptitude' hanya perlu membayangkan sihir yang ingin mereka gunakan, dan merapal mantra sihir mereka.

Kedua, adalah alasan mengapa para pahlawan terpanggil kedunia ini.

2 Bulan lalu, di kerajaan tetangga. Pertarungan..., tidak kata 'pembataian' akan lebih cocok di situasi ini. Kerajaan itu adalah kerajaan yang bernama 'Barbatros', kerajaan yang dikenal dengan kekuatan perangnya. Kerajaan yang tidak berlebihan jika dibilang sebagai Kerajaan dengan kekuatan militer terkuat bagi ras manusia.

Dan dalam satu malam, Kerajaan tersebut gugur.

Kepala tanpa tubuh milik sang kaisar kerajaan Barbatros ditemukan berada di singgasana yang mulia Wryviel di keesokan harinya.

Dan dari hasil pengintaian, dan kata-kata saksi mata, mereka dapat berasumsi bahwa para iblis membesarkan, dan menjinakkan monster.

Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Jika ras manusia yang memiliki keunggulan dalam angka juga dikalahkan oleh angka ibli yang ditambahkan monster, apa yang harus manusia lakukan?

Mereka tidak bisa melakukan apa-apa.

Meskipun mereka akan terus berusaha, dalam waktu dekat mereka akan sadar kalau semua usahanya sia-sia.

Jadi apa yang mereka lakukan?

Mereka bersandar kepada sesuatu yang Absolute.

Mereka memohon kepada sosok yang mereka puja.

Mereka bersujud kepada sosok yang mereka sembah.

Mereka berdoa kepada sosok yang mereka yakini.

Dan suara mereka mencapainya, doa mereka dikabulkan.

Sang Paus dari gereja HolySaint mendapat wahyu bahwa sang 'HolyOne' akan menjawab doa mereka. Ia akan memberikan mereka ketenangan hati.

Dan ia memanggil para Pahlawan.

•••

"Mmh?"

Laki-laki itu bergumam, dan membuka kedua matanya perlahan.

Ia memperhatikan situasi sekitarnya untuk sesaat, dan menguap selagi meregangkan badannya.

"Setidaknya tutup mulutmu saat menguap."

Rambutnya yang di ikat secara ponytail bergerak mengikuti gerakan tubuhnya. Gadis berambut pony tail itu tidak lain adalah Mihoko Shizuku yang menegur Fujisa yang tidur selama jam pelajaran.

"Yasudahlah Shizuku, bukankah ini hal biasa? Aku akan lebih terkejut jika Fujisa tidak tertidur saat jam pelajaran."

"Benar juga."

Mereka berdua bercakap selagi melihat kearah Fujisa yang masih belum mencerna pembicaraan. Fujisa melihat sekelilingnya dan bertanya,

"Sakatsuki-san tidak datang lagi?"

"Mm? Ahh.. gadis itu bolos, seperti biasa~"

"Gadis yang benar-benar susah ditebak ya."

Shizuku menjawab dan di ikuti oleh Rei.

Ngomong-ngomong saat ini mereka sedang berada di akademi yang dijalankan oleh kerajaan Wryviel, tempat ini dipenuhi oleh para bangsawan yang menuntut ilmu, dan mencari partner. Untuk para bangsawan akademi ini adalah ajang mencari partner untuk hidup selagi menuntut ilmu adalah tujuan nomor 2.

Dan karena itu... Rei, Shizuku, dan Fujisa sangat menarik perhatian murid-murid sekitarnya. Meskipun sudah seminggu berlalu, entah kenapa murid-murid dari kelas lain masih memenuhi dan menghalangi pintu keluar selagi mengintip kedalam hanya untuk melihat pahlawan.

Tentu saja mereka mengharapkan perhatian dari para pahlawan. Sementara para gadis mengharapkan kesan pertama dari Rei, para laki-laki berusaha meninggalkan kesan gagah kepada Shizuku.

Kesan? Lihatlah, para gadis seakan membuat antrian untuk bersiap memperkenalkan dirinya kepada Rei. Dan para laki-laki saling memuji satu sama lain di jarak yang akan terdengar oleh telinga Shizuku.

Namun, ditengah kericuhan tersebut, seorang gadis dengan rambut pirang berjalan kearah para pahlawan dengan elegan.

Gadis itu biasa disebut dengan panggilan 'Yang Mulia'. Gadis berambut pirang dengan mata biru yang terlihat dalam, layaknya lautan. Ciri-ciri identical yang di miliki oleh sang Raja Wryviel.

Ya, gadis itu bernama Marylina vi Wryviel. Anak perempuan kedua dari yang mulia Wryviel.

"Gadis itu seperti biasa, mengurung diri di perpustakaan."

Ucap tuan putri Marylina. Etika, penggunaan bahasa, dan nada bicara miliknya sangatlah cocok dengan kedudukannya sebagai Putri Kerajaan.

"Gi―gimana ya, gadis itu hebat dalam banyak artian."

"Ahh.. aku tahu, aku tahu maksudmu."

"Ga―gadis itu hanya sedikit spesial."

Rei adalah orang pertama yang memuji Haruna, dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Lalu di ikuti oleh Shizuku dan Marylina.

"Dia diam-diam kabur pada hari pertama perkenalan diri di kelas, hingga ia dapat hidup damai di akademi."

"Bahkan sampai sekarang ia hidup damai dengan membolos pelajaran selama kita harus membiasakan diri di lingkungan baru ini."

"Perasa tanda bahaya milik gadis itu terlalu tajam, bahkan disaat aku mencoba memperkenalkan dia sebagai pahlawan 'Archer' secara umum, dia menghilang dan muncul kembali disaat aku sendiri dan terpisah dari pengikutku."

Dengan urutan yang sama, mereka mengucapkan satu persatu fakta yang telah terjadi selama seminggu mereka tinggal di Akademi dengan wajah yang jelas-jelas kelelahan.

Seperti yang mereka katakan, sampai sekarang pertanyaan kalau siapa pahlawan 'Archer' masihlah misteri di akademi. Meskipun mereka memberitahu nama, dan ciri-ciri Haruna, hal itu tidak terlalu membantu karena terlalu samar.

Dan yang lebih parah lagi.

"Kemarin saat aku berjalan-jalan disekitar asrama, aku melihat dia mengapung dan sekali lagi di komplain karena mengganggu waktu berendam bunuh dirinya."

"Kemarin saat aku kembali ke ruangan ku, dia mengatakan hal-hal aneh seperti orang mabuk, dan menemukan jamur yang tidak berwarna aneh.... bersamaan dengan buku berjudul '1001 panduan bunuh diri'."

"Gadis itu... mencoret-mencoret wajah ku, aku yang tuan putri ini..."

Mereka bertiga bergetar. Entah kenapa sosok 'Sakatuki Haruna' terlalu hebat...., terlalu merepotkan bagi mereka. Namun entah kenapa hanya Marylyna yang menerima perlakuan yang berbeda.

Ya, perlakuan berbeda itu hanya membuat Marylyna semakin stres. Menahan air mata, dan rasa kesal Marylyna merengek,

"Hey, apa kalian tau rasanya? Disaat aku bangun, para maid menertawakanku seakan aku bahan lelucon? Bahkan pelayanku yang tidak biasanya menunjukan ekspresi tertawa terbahak-bahak di belakangku."

"..."

"Kenapa? Kenapa aku? Padahal aku seorang putri kerajaan? Meskipun aku seorang putri kerajaan?"

"..."

Mereka memalingkan wajah mereka, seakan mengatakan 'tidak ada yang bisa aku lakukan, maafkan aku,' bahkan Fujisa yang tidak terlalu mengikuti percakapan memalingkan wajahnya secara insting.

"uuu."

Marylyna menahan air matanya dan menundukan kepalanya agar tidak banyak orang bisa melihat wajahnya. Bahkan Shizuku pun sudah merasa kalau ia harus menghibur Marylina.

"Tenanglah, aku yakin Haruna juga punya alasannya sendiri."

"Dan alasan itu?"

"..."

Jauh di dalam hatinya, Shizuku merasa sedikit lega karena target jahil Haruna bukanlah dirinya. Oleh karena itu, disaat ia tidak dapat menjawab pertanyaan dari Marylina, Shizuku sekali lagi memalingkan wajahnya.

Bahkan Rei, Shizuku, dan Fujisa merasa sangat kasihan pada Marylina yang terlihat sangat menyedihkan. Mereka ingin membantu tapi mereka tidak bisa melakukan apapun. Dan di sisi lain, Haruna mungkin tidak berniat buruk.

Hingga akhirnya Rei berkata,

"Kalau begitu, ayo kita labrak dia... kita harus bilang 'Hentikan!' atau ia tidak akan berhenti."

"Rei-sama..."

Menerima kata-kata hangat dari Rei, Marylina mengangkat kepalanya dengan wajah penuh semangat dan mengangguk.

"Itu benar! Aku akan tunjukkan padanya kalau seorang putri kerajaan juga punya batas kesabaran."

"Ahhh! Itu semangatnya! ayo kita tunjukan dia siapa bosnya!"

Shizuku mengikuti alur pembicaraan.

"Kalau begitu ayo kita segera ke perpustakaan dan labrak dia."

•••

Suara tangisan dapat terdengar dengan jelas di perpustakaan.