(Teng . . . . .Teng . . . . Teng . . . .)
Terdengar suara lonceng yang merupakan pertanda lahirnya seorang keturunan raja,bayi mungil yang lemah dan tak berdaya . . . .
Menghadapi maut dihari kelahirannya,raja yang merupakan ayah nya sendiri mewarnai kelahirah Tuan Putri tersebut dengan darah dan nyawa para selir raja,ketika Tuan Putri kecil mulai menangis sang Raja pun sangat amat kesal dan hendak menikam putrinya dengan pedang.
Tetapi,seketika putri kecil itu pun berhenti menangis dan diam dengan tenang dibawah tatapan dan hawa membunuh ayahnya sendiri.
Para dayang istana yang ketakutan gemetaran tidak bisa berbuat apa pun,dan tiba-tiba sang Raja berkata :
"Hei,kau siapa nama mu ? (dengan tatapan sinis dan jijik)"
Sang dayang pun menjawab :
"Nama hamba adalah Lairya Yang Mulia,hamba adalah pelayan dari Putri Dianra Yang mulia"
Raja :
"Apakah kau yang membantunya melahirkan makhluk ini ?"
Dayang :
"Ampuni hamba Yang Mulia,hamba hanya menjalakan kewajiban hamba ! (Dengan suara yang bergetar namun begitu lantang)"
Lalu sang Raja pun pergi melihat ibu dari Tuan Putri yang telah terbujur kaku tak bernafas,dan mengenggam sepucuk kertas yang bertuliskan "Adelarda Del Ordian" Yang berarti "Gagah Berani"
Sang Raja pun menyengir dan menatap sinis sang Putri dan berkata :
"Mari kita lihat keberanian mu dan apakah kau dapat terus hidup,aku sangat penasaran dengan maksud nama pemberian mu dari jalang itu (Dengan senyum yang menakutkan)"
Sang raja pun berbalik dan pergi meninggalkan istana Rowell yang merupakan tempat kediaman dan pembataian para selir Raja,sekaligus tempat kelahiran Putri Sang Raja.