Langit yang mendung, menandakna akan hujan membuat Ve sedikit mempercepat langkahnya.
Ve yang tak pernah merasa tenang karena mendapatkan tatapan mata yang buruk disekitarnya dengan cemoohan yang mendalam bagi hati Ve.
"ayah... Ibu.. Maafkan aku yang sudah menjadi anak yang membuat kalian menjadi kecewa di alam sana.." ucap Ve dalam hatinya
"kau harus kuat Ve.. Jangan jadi lembek dan cengeng dong Ve.. Kamu bisa!" ucap Ve menyemangati dirinya sendiri.
Ve berjalan di area kampus menuju kelasnya tanpa memperdulikan hinaan yang terdengar di telinganya.
"lihaat itu kan ayam kampus kelas..."
"najisnya dia ada dikelas kita huufft"
"jangan lihat dia, ntar mata kalian menjadi kotor" ucap orang-orang satu kelas Ve
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dosen tiba di dalam kelas dan memulai mata kuliah.
"heii.. Buruan godain tuh siapa tau bisa dapet jatah hehehe"
"ahh kau sajalah, aku akan mendukungmu dari belakang saja"
"ahh penakut sekalii kau.." ucap para cowok ganjen di kelas
Pak heri yang melihat ada bisik-bisik dari belakang, segera menegur mereka dengan melemparkan spidol yang digenggamnya.
"kalo gak ada niatan di mata kuliah saya, keluar saja kalian berdua!!! Dari tadi cengengesan trus.." teriak pak Heri yang kembali melanjutkan materinya.
"mampus hihihi" ucap kedua cowok itu.
Ve terus fokus dalam pemaparan materi yang diberikan oleh pak Heri tak menghiraukan suara-suara yang menyakiti perasaannya.
"Kreaakk..." suara pintu kelas yang terbuka.
"maaf pak saya terlambat.." ucap Cowok yang paling populer dikampus itu.
"uwahh nak Gibran.. Kenapa kau memaksakan dirimu untuk masuk kelas dengan pakaian yang basah itu" ucap pak Heri lembut pada Gibran yang masih berusaha masuk kelasnya walaupun diluar hujan sangat deras ketika mata kuliah baru dimulai.
"hahaha gak apa pak, biar saja duduk dibelakang sini saja yah" ucap Gibran sambil duduk di kursi yang ada didepannya.
"haduhhh sedapnya aroma air hujan ini.. Untung saja aku ake tas anti air hehe" ucap Gibran yang sangat menyukai hujan.
Mata kuliah pak Heri yang berlangsung selama 2 jam tersebut akhirnya berakhir sudah ditandai dengan langkah pak Heri yang meninggalkan kelas.
Ve yang sedang memasukkan barang dan perlengkapan tulisnya ke tas, tiba-tiba dihampiri oleh 3 cewek yang berpenampilan sangat modis dikelasnya.
"heii... Namamu Ve kan? Perkenalkan namaku Keren" ucap Keren lembut.
Ve yang merasa tersanjung karena ada yang mengajaknya berkenalan untuk pertama kalinya setelah rumor tentang dirinya tersebar, menyapanya dengan tersenyum lembut.
"iya.. namaku Ve, senang bertemu dengan kalian" ucap Ve dengan tulus lewat senyumannya yang sangat menawan.
"ohh iya Ve.. Aku mau mengajak kamu karaoke di King Sing.. Apa kau mau?"
Ve yang harus menghemat uangnya untuk kebutuhannya itu, tak memperdulikannya dan langsung menerima ajakan Keren dengan senang karena ini langkah awal untuknya berteman.
"ayookk.. Aku akan ikut Keren.."
Tapi... Tiba-tiba ada seorang cowok teman Keren yang memotong pembicaraan mereka.
"tapi kau sebagai pemandu lagu dan biduan yah Ve bahahahahaha" ucap cowok teesebut di ikuti tawa Keren dan 2 cewek temannya.
"hahahaha... hahahaha.... hahahaha" suara tawa hinaan yang sangat menyakiti perasaan Ve, membuat Ve tak mampu membendung air matanya...
Sontak Ve yang telah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, langsung pergi berlari meninggalkan mereka dengan air mata yang keluar dari matanya yang berwarna biru indah itu.
"hahaha parah banget kau Garda... Aku sampai tak sanggup menahan tawa hahahha" ucap Keren yang tak hentinya tertawa.
Lambat laun, suara tawa dari mereka berempat perlahan menghilang karena kedatangan seorang cowok yang paling populer dikampus yaitu Gibran.
"heii Keren... Lihat itu Gibran.. Dia sedang menuju kemari" ucap Tania yang ada disebelah Keren sambil membenahi rambutnya.
Keren yang juga terkejut dengan kehadiran Gibran, juga ikut membenahi penampilan nya dan menyapa.
"haii Gibran... apa kau mau gabung karaoke bersama kami?" tanya Keren dengan lentik menggoda Gibran
Namun Gibran hanya diam saja dengan tatapan yang sangat dingin dari sorot matanya.
Gibran tersenyum pada mereka.. Tangan Gibran yang sudah gatal mulai mengepal tangan kanannya dan langsung menghajar Garda yang ada didepannya.
"Buuukkk!!! " pukulan yang sangat keras mendarat di muka Garda dengan sangat kuat, hingga menghempaskan Garda terjatuh bersimbar darah di bibirnya yang pecah karena tinju Gibran.
"kyyyaaaaaaaaaaa..." teriak Keren dan lainnya.
Garda yang tak mampu berdiri lagi karena rasa sakit yang luar biasa dari pukulan Gibran, hanya bisa gemetaran.
"sebaiknya mulut busukmu itu kau buang saja ke tempat sampah bajingan.." ucap Gibran datar dengan sorot mata yang tajam pada Garda.
Gibran yang mendengar perkataan dari mereka berempat pada Ve saja merasa pedih hatinya.. Apalagi bagi Ve sebagai sumber ejekan dari mulut sampah mereka ini.
Gibran yang langsung memutar tubuhnya pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun lagi dari mulutnya.
"siall kemana dia pergi... Huufftt" ucap Gibran dalam derasnya hujan yang tak menemukan Ve dimanapun.
Gibran yng terus berlari, mengelilingi kampus tak juga menemukan Ve berada. Gibran yang langsung keluar kampus mencarinya ditempat-tempat pemberhentian transportasi, juga tak menemukan jejaknya.
Ve yang tak mengenal Ve, hanya sekedar tau namanya saja.. Membuat Gibran kesulitan mencari kemana Ve biasa pergi setelah kampus selesai atau pulang kerumah yang juga tidak diketahui oleh Gibran.
"hosshhh...hosshhh.. Kemana sih tuh cewek berada" gumam Gibran ditengah hujan yang masih deras.
Gibran yang melihat tower yang cukup tinggi 20 langkah di depannya, langsung menaikinya tanpa berpikir panjang keselamatannya.
Pijakan demi pijakan Gibran menaiki tower tersebut hingga mencapai puncaknya.
"hmmm... hujan ini membuat pandanganku menjadi kabur" ucap Gibran yang melirik dari atas tower mencari Ve.
Setelah cukup lama Gibran mencari, akhirnya ia menemukan Ve dari pandangannya.
"kuharap ituuu bukann Ve... Kumohon itu bukann Ve.." gumam Gibran yang langsung turun kebawah dan bergegas berlari ke stasiun kereta.
"kuharap ituu bukan Ve... Kuharaaapp itu bukannnn Ve....!!!" teriak Gibran yang semakin mempercepat langkahnya.
Hujan yang terus mengguyur, tak juga kunjung reda.. Langkah kaki Gibran yang terus berlari dengan kencng ke arah stasiun.
"hoshh... hosshh... hosssh..." nafas Gibran menjadi berat karena kelelahan.
Ramai orang-orang di stasiun membuat Gibran kesulitan mencari Ve..
"kumooohooonnn dimanaaa kau Ve..."
"perasaan mencekam apa yang kurasakan ini.." gumam Gibran yang memegang dadanya dengan tangan kanannya yang sudah gemetar.
Gibran kembali berlari mencari dimana Ve berada.. Dengan nafas yang berat, tubuh yang gemetar, dan kulitnya yang sudah terlihat keriput karena terlalu lama terkena air hujan.
"Woooooosshhhhh~" angin kencang menerpa Gibran dari sebelah kiri tubuhnya, membuat langkah Gibran terhenti...
Angin yang yang berhembus membuat pandangan Gibran beralih dari arah depan ke arah kanan.. membuat mata Gibran membulat besar.
"Ve....?!" gumam Gibran dengan bibir merah gelap karena pucat dan gemetaran.
"kumoohooonnn... Sempatkanlaahhh!!!" teriak Gibran yang langsung berlari ke arah Ve.
"Teeeettttt... Teeeetttttt.... Teeetttttttt" suara klakson peringatan dari kereta api yang melintas.
"buuuuuuuggggg...." Gibran yang melompat sambil berlari mendorong Ve yang mencoba untuk bunuh diri.
-----------------------------------
Bersambung....