University of the art of London
Dengan langkah mantap Anne berjalan menuju kampus barunya tempat yang akan ia datangi untuk menimba ilmu selama 4 tahun kedepan, sejak kecil Anne memang memiliki jiwa seni yang tinggi. Hampir semua yang ia lakukan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa, bahkan waktu masih kecil Anne sempat menjadi pemain piano di setiap hari minggu ketika sedang ada pelayanan di gereja. Waktu itu seorang guru pun sempat merekomendasikan Anne untuk bisa mendapatkan beasiswa di sebuah sekolah seni terbaik yang ada di kotanya, namun karena keterbatasan biaya akhirnya tak bisa masuk ke sekolah itu. Padahal saat itu ia dijamin bisa bersekolah dengan gratis selama nilainya bagus selama bersekolah, namun saat itu ayah Anne tak mempunyai biaya untuk pembelian seragam yang lumayan mahal akhirnya Anne kehilangan kesempatan untuk menjadi musisi handal.
Ia akhirnya menyalurkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan di gereja sampai ia lulus sekolah dasar dan meninggalkan piano ketika mengalami peristiwa yang membuatnya sangat sedih ketika akan memasuki bangku sekolah lanjutan pertama, dan sejak saat itulah tak mau lagi berurusan dengan hal yang berbau dengan musik atau pun seni. Sampai akhirnya ia harus kembali bertemu dengan seni saat ia bekerja di galeri sebagai seorang kurator.
"Aku tak mengerti kenapa sejak kecil Tuhan sepertinya berkali-kali menuntunku untuk terjun ke dunia seni, semoga saja pilihan ku kali ini tidak salah," ucap Anne dalam hati sambil memeluk berkas pendaftaran sebagai mahasiswa di university of the art of London, ia memilih jurusan design.
Anne ingin mencoba peruntungannya di bidang baru itu, saat akan melangkahkan kaki menaiki tangga tiba-tiba ada seorang gadis yang menabraknya dari belakang karena terburu-buru. Penampilannya sangat kacau karena ia membawa banyak sekali kertas yang tak ditata rapi, saat menabrak Anne semua barang bawaannya langsung berserakan seketika.
"Maaf…"
"Maaf maaf aku salah salah," ucap gadis itu memotong perkataan Anne sambil berusaha meraih kertas-kertas miliknya yang berhamburan.
"It's ok," jawab Anne ramah sambil mengambil berkas miliknya yang sudah ia letakkan dalam file transparan sehingga pada saat jatuh pun berkas-berkas miliknya gak berserakan seperti milik gadis yang menabraknya.
Karena merasa kasihan pada gadis yang menabraknya itu dan kemudian membantu merapikan kertas-kertas yang berserakan di tanah, tak lama kemudian Anne pun selesai merapikan kertas-kertas yang berisi sketsa gambar pakaian pada sang empunya.
"Fashion design?" tanya Anne pelan sambil menyerahkan kertas-kertas yang ia kumpulkan pada gadis yang ada di hadapannya.
"Iya bagaimana kau tau kalau…"
"Anne.. fashion design too," ucap Anne dengan cepat sambil mengulurkan tangannya ke arah gadis yang ada dihadapannya.
"Belinda but please call me Linda," jawab sang gadis berambut ekor kuda itu memperkenalkan diri dengan nama Belinda.
"Ok Linda, nice to meet you," sahut Anne ramah.
Linda pun tersenyum mendengarkan perkataan Anne, mereka berdua lalu memutuskan untuk masuk bersama dalam kampus untuk melakukan registrasi terakhir sebelum perkuliahan dimulai besok pagi. Saat sedang melakukan regristasi ulang Anne tak mendapatkan kesulitan apapun, karena semua dokumen yang dibutuhkan untuk persyaratan mahasiswa baru tak ada yang kurang satupun. Tapi lain halnya dengan Linda, ia mengalami sedikit masalah karena ia tak memiliki foto yang menjadi syarat penting dalam berkas itu.
Sampai akhirnya Anne memutuskan untuk menolongnya dengan mengambil foto Linda menggunakan ponselnya dan mencetaknya langsung di sebuah studio foto yang ada luar area kampus, atas inisiatifnya sendiri tanpa diminta oleh Linda sehingga hal itu membuat Linda merasa tidak enak kepada Anne karena sudah merepotkan. .
"Terima kasih Anne, kalau tidak ada bantuanmu mungkin aku tidak akan bisa menjadi mahasiswi di kampus ini," ucap Linda pelan sambil menyerahkan botol minuman dingin kepada saat mereka berdua sudah sampai di kantin.
"Jangan bicara seperti itu, lagi pula aku tak melakukan hal besar. Aku hanya membantumu mencetak foto, itupun kulakukan dengan senang hati jadi kata usah merasa tidak enak seperti itu Linda," jawab Anne dengan cepat.
"Kalau tahun ini aku gagal masuk ke kampus ini maka kesempatan ku untuk mendapatkan beasiswa hilang, maka dari itu aku harus bisa kuliah di kampus ini di tahun ini yang merupakan kesempatan terakhir ku. Karena jika aku gagal masuk tahun ini maka aku tidak akan bisa masuk lagi ke kampus ini tahun depan, makanya hari ini aku sangat grogi sampai lupa memasukkan foto di dalam berkasku," isak Linda lirih menceritakan alasannya tak membawa foto.
"Ya sudah jangan dibahas lagi toh saat ini kau sudah berhasil masuk ke kampus ini, jadi harusnya kau tak usah sedih," sahut Anne pelan mencoba untuk menenangkan Linda.
Linda tersenyum mendengar perkataan Anne, ia senang karena sudah mendapatkan teman baru di hari terakhir ia melakukan registrasi sebelum mulai kuliah besok pagi. Karena Linda harus kembali bekerja mereka akhirnya berpisah setelah bertukar nomor ponsel, Anne tersenyum saat mengetahui ternyata Linda bekerja di sebuah kedai kopi yang tak jauh dari area kampus.
"Menyenangkan rasanya kalau punya teman seorang pekerja keras,"ucap Anne dalam hati, tak lama kemudian Anne pun akhirnya pergi meninggalkan area kampus untuk kembali ke apartemennya menggunakan bis yang tak jauh dari pintu gerbang kampus.
Tanpa Anne sadari sejak tadi ada seorang pria muda yang tersenyum melihat ke arahnya tanpa berkedip, pemuda itu pun kemudian meninggalkan kantin setelah melihat Anne naik ke dalam bis ia berjalan menuju ke sebuah mobil yang terparkir apik tak jauh dari kantin.
"Sepertinya perkuliahan tahun ini akan menyenangkan,"
Bersambung