"Ah... Ternyata masih berlangsung. Apa yang membuat kalian begitu lama untuk dapat menangkap para penyusup itu!" kata Goblin King, memukul seekor Goblin Chieftain yang ada di hadapannya. "Dasar tidak berguna!" imbuhnya, merasa kesal.
Goblin King menoleh kearah Slayer dan para gadis lainnya. Matanya terbelalak, terkejut melihat begitu banyak gadis cantik yang ada di hadapannya. "Hmm..?? Oho! Oho! Ada banyak sekali manusia cantik! Grrhahaha... Hari yang sangat indah. Kebetulan aku baru saja kehilangan manusia betina favoritku. Bawa semuanya kepadaku! Grryahaha!!"
"Grryahh!!" Para Goblin berseru untuk menjawab perintah dari raja mereka. Mereka bersorak ria dan kegirangan untuk memulai peperangan yang sebenarnya yang akan dipimpin langsung oleh raja mereka.
"Bola daging hijau itu adalah raja mereka??" kata Shiro, terkejut dan merasa kecewa dengan penampilan Goblin King yang terlihat payah.
Goblin King tidak dapat lagi disebut sebagi gendut, namun sudah tergolong sebagai obesitas. Walaupun Goblin King hanya memiliki tubuh setinggi 2 meter, namun berat badannya hampir mencapai 1 ton. Walaupun begitu, tidak ada bagian tubuh dari Goblin King yang kendor. Seluruh tubuhnya terlihat kencang dan padat, sehingga membuat dirinya terlihat seperti sebuah bola raksasa.
Slayer yang tadinya ingin sekali untuk menangis tiba-tiba merasa jengkel saat mendengar perkataan Shiro tersebut. Ia mengira jika Shiro sedang serius menghadapi situasi. Namun kenyataannya Shiro tetaplah Shiro, seorang pria yang ia kenal tidak bisa bersikap serius untuk waktu yang lama. Ia pun menghela nafas dan kemudian tersenyum. "Pria mesum yang payah. Hehe..." kata Slayer lirih, mengambil pedangnya yang terjatuh.
"Hah? Terserah apa katamu. Aku sama sekali tidak tertarik dengan manusia laki-laki." kata Goblin King, acuh tak acuh, terus berjalan perlahan menghampiri singgasananya. "Bunuh dia. Keberadaannya membuat pemandangan menjadi jelek. Lagipula kenapa bisa ada pria jelek di lembah ini." imbuhnya seraya mencoba untuk duduk di singgasana yang terbuat dari batu yang diukir.
"Cih! Bola daging yang menyebalkan! Apa dia tidak pernah berkaca?!" keluh Shiro, merasa kesal dengan ejekan Goblin King.
"Kenapa kau bisa sekesal itu? Jika kau kesal berarti kau mengiyakan apa yang dikatakan olehnya. Benarkan?" kata Slayer, berjalan menghampiri Shiro.
"Dengan kata lain menurutmu aku ganteng dan keren?" tanya Shiro, menggoda Slayer.
"Dan mesum." kata Slayer, tersenyum manis memandangi Shiro.
Shiro tertegun melihat Slayer yang tersenyum begitu manis. Ia tersenyum tipis dan merasa lega melihat Slayer yang sudah dapat kembali menjadi dirinya sendiri. "Alice, berjanjilah kepadaku. Kau akan melupakan masa lalumu dan menyongsong masa depan bersamaku. Aku tidak ingin lagi melihatmu bersedih."
Slayer hanya bisa tertegun mereaksi perkataan Shiro tersebut. Ia sama sekali tidak menyangka jika Shiro akan bicara seperti itu terhadapanya. Ia merasa sangat senang dan ingin sekali untuk mengungkapkan perasaannya, namun bibirnya terlihat kesulitan untuk dapat mengatakan apa yang ingin ia sampaikan.
Melihat Slayer yang tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah, membuat Shiro menyadari jika perkataannya tadi mungkin telah membuat Slayer salah paham. Ia sedikit melirik ke samping, menggaruk kepalanya. "Hmm... Maksudku menyongsong masa depan bersama-sama dengan yang lainnya juga." kata Shiro, mengoreksi perkataannya.
Suasana hati Slayer yang sedang bahagia tiba-tiba hancur. Wajahnya semakin memerah karena merasa telah dibodohi oleh Shiro. Ia menggenggam tangannya erat dan terlihat ingin sekali untuk marah. "Ergh... Dasar bodoh!!" teriak Slayer, meluapkan amarahnya dengan memukul pipi Shiro, membuat Shiro terpental jauh.
"Kenapa??!!" teriak Shiro, masih terpental, tidak mengerti kenapa Slayer memukulnya.
"Apa yang kalian tunggu! Cepatlah!!" teriak Goblin King, tidak sabar menunggu.
"Lepaskan semua raksasa!!" seru salah seekor Goblin Chieftain.
Kawanan Goblin Warrior bergegas pergi ke kandang Giga dan membuka seluruh pintu kandang. Tidak lama kemudian kawanan Goblin Giga berlari keluar kandang dan menyerang apapun yang ada di hadapan mereka.
"Dasar bodoh! Apa yang kalian lakukan?! Bunuh manusia-manusia itu dulu!" sentak Goblin King, memarahi kawanan Goblin Giga.
"Grrah?" Kawanan Goblin Giga berhenti mengamuk dan menggigil ketakutan. Mereka kemudian bergegas menyerang para Senshi, menuruti perintah raja mereka.
"Tapi jangan dengan yang betina!!" teriak Goblin King, merasa khawatir jika para raksasa bodoh itu akan membunuh para gadis.
"Gawat! Kita tidak mungkin bisa menang melawan mereka semua!" kata Lin, panik.
Puluhan Goblin Giga mengamuk dan menyerang para Senshi dengan sangat brutal. Namun hampir tidak ada serangan mereka yang mampu melukai para Senshi karena para Senshi terus menghindari serangan-serangan brutal tersebut.
"Sial! sembilan Raksasa hijau tadi saja sudah merepotkan. Sekarang jumlah mereka lebih banyak. Menyebalkan!" keluh Shiro, terus menghindari amukan para Goblin Giga.
"Tuan Putri!" Yin ingin menyelamatkan Putri Cindy yang sedang dikepung oleh kawanan Goblin Warrior, namun ia kesulitan untuk lolos dari kawanan Goblin yang mengepungnya.
"Ana-chan, bawa tuan putri menjauh dari sini!" seru Feri, menahan serangan para Goblin yang mengepung mereka untuk membiarkan Ana dan Putri Cindy kabur.
"Bagaimana denganmu?" tanya Ana, khawatir.
"Aku akan baik-baik saja. Nyawa tuan putri lebih penting!" seru Feri, mendorong kawanan Goblin yang mengepungnya.
"Kau juga harus lari. Itu perintah!" teriak Putri Cindy, enggan untuk meninggalkannya.
"Itu mustahil. Jika saya melepaskan mereka, maka mereka juga akan mengejar anda, tuan putri." kata Feri, berusaha sekuat tenaga menahan para Goblin. "Maafkan saya tuan putri. Jika saja saya lebih kuat." imbuhnya, hampir mencapai batasnya.
"Erh..." Tuan putri Cindy yang tidak mau meninggalkan Feri memberanikan diri untuk kembali dan melancarkan serangan terbaiknya. "Wind Slashes!" Sebuah tebasan yang membelah angin melaju dan semakin membesar, menghempaskan para Goblin yang mengepung Feri. Walaupun Feri juga sedikit terkena dampak dari serangan tersebut, namun berhasil melarikan diri di detik akhir sebelum serangan Putri Cindy semakin membesar.
"Feri-kun... Apa kau baik-baik saja??" teriak Ana, berlari menghampiri Feri yang tergeletak di tanah.
"Berhasil. Aku berhasil menggunakannya." kata Putri Cindy, kelelahan karena seluruh MPnya habis terkuras. "Tapi... Prajurit itu juga terkena seranganku." imbuhnya, khawatir dengan kondisi Feri.
Ana kemudian mengajak Feri dan Putri Cindy untuk berlindung di balik tambang batu untuk memulihkan luka mereka.
"Ta.. Tanganmu..." kata Putri Cindy, khawatir.
"Saya tidak apa-apa. Yang penting anda baik-baik saja, tuan Putri." kata Feri, memegangi lengan kirinya yang terus mengeluarkan darah. "Dan... Terimakasih telah menyelamatkan saya. Jika tadi anda tidak datang kembali, maka sudah pasti jika saya akan mati." Tangan kiri Feri terputus akibat serangan Putri Cindy. Namun baginya, hal itu lebih baik dari pada harus kehilangan nyawanya. Ia mencoba untuk menenangkan Putri Cindy karena tidak mau gadis kecil itu merasa bersalah.
Tuan putri Cindy termenung, menyesali perbuatannya. Walaupun Feri berterimakasih kepadanya karena telah menyelamatkan nyawanya, namun Putri Cindy merasa menyesal karena telah membuat tangan prajurit itu terputus.
Sementara itu di pusat pertempuran di lembah Goblin, suasa menjadi sedikit sepi karena serangan brutal kawanan Goblin Giga telah membuat formasi para Senshi menjadi berantakan dan memecah kelompok mereka menjadi 4 bagian.
Shiro dan Slayer masih bertarung melawan kawanan Goblin Giga, namun di sekitar mereka, sudah tidak terlihat lagi sosok dari para anggota partynya.
"Sial! Dimana mereka?!" kata Shiro, merasa panik karena tidak melihat sosok Cindy dan yang lainnya.
"Fokus saja dengan apa yang kau hadapi!" sentak Slayer yang juga terlihat sangat khawatir dengan adiknya.
Di tempat Yin yang sedang bersembunyi di salah satu kandang Giga.
"Ayo kita cari tuan Putri!" seru Yin, khawatir dengan kondisi Putri Cindy.
"Tenanglah. Aku rasa Putri Cindy baik-baik saja. Aku melihatnya pergi ke area pertambangan bersama dengan seorang prajurit kerajaan dan gadis dari desa Bae." kata Rin, menenangkan Yin yang terlihat cemas.
"Tapi... Kita tidak bisa berleha-leha disini dan membiarkan tuan putri disana tanpa perlindungan!" seru Yin, masih merasa cemas.
"Bukankah sudah kubilang untuk tenang! Kita akan mencari Putri Cindy. Tapi kita juga tidak bisa tergesa-gesa." kata Rin, memarahi Yin yang terlalu panik.
"Tapi sekarang apa yang harus kita lakukan? Tuan Shiro dan Slayer-san sudah mulai terlihat kelelahan." kata Lin, mengintip pertarungan mereka.
Rin hanya terdiam, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.
Di tempat Nichole di balik semak-semak.
"Sial! Berani-beraninya mereka membunuh peliharaanku!" keluh Niken, merasa marah.
Niken, Nichole dan Dara yang tadinya kesulitan untuk melarikan diri akhirnya berhasil kabur karena serigala peliharaannya Niken telah menghambat kawanan Goblin yang mengejar mereka. Dan Niken barusaja mengetahui jika serigala itu telah mati setelah ia mendapatkan pemberitahuan di tampilannya tentang berakhirnya kontrak serigala tersebut dengannya.
"Tapi... Kita beruntung bisa melarikan diri." kata Nichole, terengah-engah, kelelahan berlari.
"Bagaimana dengan Shiro-kun dan yang lainnya? Apa mereka juga berhasil kabur?" tanya dara, merasa khawatir.
"Entahlah... Tapi aku rasa kita tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Aku yakin mereka pasti dalam keadaan baik-baik saja." kata Nichole, mencoba untuk berfikiran positif.
"K-Kau benar. Kita hanya bisa percaya kepada mereka." kata Dara, dalam hati mengharapkan jika Shiro dalam keadaan baik-baik saja.
"Sial! Aku tidak akan memaafkan Goblin-Goblin itu!" keluh Niken, masih sangat marah.
"Diamlah!" sentak Nichole, khawatir dengan teriakan Niken yang terdengar terlalu kencang.