Menyadari jika Doppelgangernya mampu menggunakan skill-skill miliknya, Shiro mulai terlihat panik. Dan walaupun Shiro sudah cukup kelelahan, namun ia masih berusaha untuk mengalahkan tiruannya tersebut.
"Menyingkirlah, Doppelganger sialan!" sentak Shiro, menebaskan pedangnya. "Gawat... Jika Doppelganger itu menggunakan skill spesialnya maka akan ada banyak orang yang akan mati." kata Shiro dalam hati.
Doppelganger itu melompat ke belakang untuk menjaga jarak dengan Shiro. Ia tersenyum sadis menatap Shiro, dan kemudian mengangkat tangan kanannya dan menggenggamnya dengan sangat erat.
"Lihatlah! Apa yang akan dia lakukan??" seru para penonton penasaran.
"Hmm..? Jangan-jangan... Sial! Hentikan!!" Shiro bergegas melesat untuk menghentikan tiruannya itu.
"Tunduklah kepada sang kegelapan!!" seru Doppelganger Shiro, mengaktifkan skill spesial miliknya.
Aura kegelapan Doppelganger Shiro menyebar dan menekan seluruh keberadaan makhluk hidup yang ada di radius 200 meter.
Hanya dalam sekejap, Shiro melihat puluhan bahkan ratusan NPC yang mulai berjatuhan. Tepat dihadapan Doppelganger itu, Shiro menundukkan tubunnya dan memenggal kepala Doppelganger tersebut.
Walaupun dia sudah mengalahkan tiruannya itu, namun Shiro hanya berdiri tegak dan tertegun. "Jangan khawatir, mereka hanyalah NPC. Setidaknya tidak ada Senshi yang mati." kata Shiro dalam hati, mencoba untuk menenangkan dirinya.
Hanya dalam 2 detik, Doppelganger Shiro mengaktifkan skill spesial miliknya. Namun damage yang ditimbulkan sudah sekitar 10 ribu poin. Shiro merasa sangat gugup dan berharap tidak ada satupun Senshi yang telah mati.
"Para NPC pada pingsan!"
"Hoi!! Bahkan para Senshi juga pada pingsan! Apa yang sebenarnya telah terjadi?!!"
Suara ricuh mulai terdengar, membuat suasana menjadi sangat kacau. Sedangkan Shiro yang mendengar jika ada Senshi yang juga mati karena skill tersebut pun terlihat semakin gugup.
"Mereka tidak pingsan, tapi mati!!" teriak salah seorang yang memeriksa beberapa orang yang telah tumbang.
"Hoi!! Apa yang telah kau lakukan?!!" Para Senshi mulai berseru dan menghampiri Shiro.
"S-Salahku??" keluh Shiro, melihat ke area sekitar. "Tunggu... Kenapa mereka bisa mati? Bukankah di wilayah ibukota, Senshi tidak bisa saling membunuh??" imbuhnya dalam hati.
Diantara ratusan penonton yang sedang panik, ada beberapa pasukan Freedom Forces yang dari tadi terus memperhatikan Shiro dan mulai menyadari identitas aslinya.
"Barg, aku rasa dialah orangnya." kata salah seorang anggota Freedom Forces.
"Aku rasa juga begitu."
"Lalu bagaimana? Apa kita harus membunuhnya sekarang?"
"Tidak. Kita kembali. Lagipula dia tidak akan bisa pergi kemana-mana lagi."
Para Senshi yang geram mulai mengepung Shiro, membuat Shiro merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ketika nasib Shiro sedang dipertaruhkan dengan keputusan yang akan ia ambil, seseorang yang tidak diharapkan olehnya datang untuk menyelamatkannya.
"Tenanglah, para orang mesum! Orang ini akan kami amankan untuk diinterogasi oleh kami, Garuda sang pengawas kerajaan." seru Semvvak, membekuk tangan Shiro.
"Si mesum sialan!" keluh Shiro, mencoba untuk memberontak.
"Jika kau tidak ingin dihajar oleh mereka, maka diam dan turuti saja perkataanku." ucap Semvvak lirih.
Meritz menghadang para Senshi dan mencoba untuk menenangkan mereka agar menyerahkan kasus tersebut kepada aliansi Garuda.
Shiro langsung dibawa pergi dari tempat itu dan dijebloskan kedalam penjara yang ada di distrik Sumber.
Tidak lama kemudian, para petinggi aliansi besar dan para pejabat kerajaan mengadakan rapat dadakan untuk membahas kasus Shiro. Rapat tersebut berlangsung ricuh dan memakan waktu selama berjam-jam untuk mencapai satu kesepakatan.
.
.
Di suatu tempat di distrik Salam.
"Michael-san, kami telah bertemu dengan sang Destroyer."
"Oho... Lalu seperti apa orangnya?"
"Aku sudah melihatnya bertarung dengan Meritz. Menurutku, dia tidak terlalu kuat dan tidak akan menjadi ancaman bagi kita. Apa kita memang harus membunuhnya?"
"Hmm.. Untuk saat ini, biarkan saja Destroyer itu, dan fokus saja ke tugas kalian. Pasukan Orc sudah semakin dekat. Kita tidak punya banyak waktu lagi."
.
.
Di malam harinya, di penjara tempat Shiro dikurung, beberapa anggota aliansi SweetSugar datang menjenguk Shiro.
"Yo, Tahanan! Bagaimana kabarmu?!" seru Sofia.
"Lapar..." jawab Shiro.
"Kau ini memang bodoh. Kenapa kau malah membuat suasana kerajaan menjadi lebih kacau?!" sentak Niken.
"Bukan salahku! Salahkan saja si Meritz itu!"
"Bukan itu! Kenapa kau menghancurkan fasilitas umum dan menantang Meritz?"
"Eh..." Shiro tidak bisa mengelak dan hanya bisa terdiam mendengar ocehan Niken.
"Sudahlah. Jangan permasalahkan masalah-masalah sepele seperti itu. Bagaimana... Apa kau ingin kabur dari penjara ini?" kata Sofia, melebarkan senyuman.
"Bagaimana caranya? Besi-besi ini terlihat sangat kokoh."
"Ta-daaaa!!" Sofia menunjukkan sebuah kunci.
"Apa itu kunci sel ini?" kata Shiro, bersemangat. "Tapi bukankah kalian akan mendapatkan masalah jika membantuku kabur?" kata Shiro lagi.
"Tenanglah. Jika itu terjadi, maka kita hanya perlu memasukkanmu kembali kedalam penjara." canda Sofia, sambil mencoba untuk membuka kunci sel.
"Hah?? Lalu untuk apa kalian membantuku kabur!!" sentak Shiro, merasa kesal.
"Tenanglah Shiro-san. Sebenarnya kamu sudah dibebaskan dan mendapatkan jaminan." sahut Nichole.
"Apa maksudmu?"
Dalam rapat dadakan tadi, para Senshi dan pejabat kerajaan membahas beberapa hal pokok, yaitu 1- Shiro merusak fasilitas umum. 2- Tuduhan Shiro membunuh para warga dan para Senshi. 3- Kemungkinan jika Shiro adalah dalang dari event besar.
Dalam rapat tersebut, Meritz mengakui jika terbunuhnya warga dan Senshi adalah kelalaiannya, membuat Shiro terbebas dari tuduhan nomor 2. Dan untuk tuduhan nomor 3, para petinggi Noobkiller menjamin jika Shiro tidak ada hubungannya dengan event besar yang telah membuat para Senshi terjebak di dunia ini, sehingga membuat satu-satunya tuduhan Shiro di penjara adalah merusak fasilitas umum.
Namun karena banyaknya Senshi terkenal dan bahkan Tuan Putri yang menjamin Shiro, membuat Shiro dibebaskan dari hukumannya. Walaupun begitu, Shiro harus bergabung dengan NoobKiller untuk mendapatkan pengawasan dan membuktikan dirinya bukan merupakan ancaman bagi mereka.
"Alice bergabung dengan rapat yang dipenuhi oleh pria? Hmm..." keluh Shiro, berjalan keluar dari penjara.
"Memang sulit dipercaya, tapi dia adalah orang yang selalu membelamu di rapat tadi." kata Sofia. "Mhmm.. Tapi ada juga Berserker gagah dan keren yang selalu ngotot jika kau tidak bersalah." imbuhnya.
"Semvvak? Tidak mungkin. Dia tidak ada keren-kerennya sama sekali. Kalau mesum aku percaya." keluh Shiro dalam hati.
"Aku tidak terlalu terkejut jika Alice dan Garuda membelaku, tapi kenapa aliansi NoobKiller juga membelaku?"
"Entahlah. Mereka adalah kelompok yang misterius."
"Tapi... Aku harus bergabung dengan mereka?? Padahal tadi siang aku baru saja membuat aliansiku sendiri." keluh Shiro.
Beberapa waktu kemudian. Di depan markas aliansi NoobKiller.
"Kalau begitu sampai besok, Shiro-san." kata Nichole, melambaikan tangannya.
"Jika mereka terlihat mencurigakan, hajar saja! Hah ha..." seru Sofia.
Shiro memandangi bendera NoobKiller yang berkibar di tiang diatas markas megah tersebut. "Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku?"
"Kenapa kau tidak masuk saja?" sapa Roma, yang sedang berdiri di belakangnya.
"Kau... Wanita yang waktu itu..." kata Shiro, tertegun melihat kecantikan Roma.