Di siang hari, setelah aku berburu sapi gunung, aku berada di sebuah
kamar di mansion, melihati kipas.
Kipas Putri Helen. Kipas yang kupunya saat aku mendapatkannya dari Putri Helen.
[Apa itu](Pedang Iblis)
Aku mendengar Pedang Iblis di dalam kepalaku.
Ia berisik pada awalnya, mengatakan hal-hal seperti "Lepaskan aku", tapi setelah aku pulang dari tempat penukaran lotre ia berhenti mengatakan itu.
[Aku mendapatkannya dari menyelamatkan seseorang gadis](Kakeru)
[Sepertinnya kau jatuh cinta pada pandangan pertama, ya-kan](Pedang Iblis)
[Hu!](Kakeru)
Aku kehilangan kata-kataku. Mungkin itu benar.
Dari pandangan pertama, mataku dicuri dengan kecantikannya.
Rambut panjang berwarna emas, postur tenang, dan gerak tubuh menawan.
Segala sesuatu tentang dirinya adalah mirip "Putri".
[Aku ingin tahu, apa dia baik-baik saja](Kakeru)
[Apa kau merasa cemas? Maka kau hanya harus bertemu dengannya.
Menggunakan Warp](Pedang Iblis)
[Aku tidak tahu di mana dia sekarang](Kakeru)
Yang pasti, aku mengambil bulu dan membayangkan "Tempat Putri Helen", tapi
tak ada yang terjadi sama sekali.
"Tempat" mungkin harus jelas diputuskan atau yang lain itu tidak akan berhasil.
"Tuan"
Dengan ketukan di pintu, aku mendengar suara Miu.
[Apa?](Kakeru)
[Maafkan saya. Uhm, ada seseorang yang ingin bertemu Tuan](Miu)
[Seseorang?Siapa?](Kakeru)
[Uhmm... seorang putri? Saya rasa](Miu)
[Eh!](Kakeru)
Jantungku berdetak.
Putri, yang berarti, tidak mungkin.
Aku meraih Pedang Iblis, dan meninggalkan kamar. Miu mengikuti dari
belakang dengan terburu-buru, dan berkata.
[Saya mempersilahkan dia ke ruang tamu](Miu)
Dengan langkah cepat, aku berjalan menuju ruang tamu.
ketika aku sampai ke ruang tamu.
"Ah!..."
Tak sengaja aku mengeluarkan suara.
Di sana, adiknya, Iris Teresia Mercouri, itu Putri Iris.
[Kakeru](Putri Iris)
Ketika aku melihat wajah bermasalah Putri Iris.
[Aku ingin kau menyelamatkan kakakku](Putri Iris)
Begitu aku duduk di sofa, Putri Iris mengatakan sesuatu seperti itu.
[Maksudmu Putri Helen? Apa yang terjadi](Kakeru)
[kakakku sekarang ada di garis depan](Putri Iris)
Aku ingat waktu aku menyelamatkan Putri Helen.
[Dalam perang penaklukan barbar, garis depan. Sebagian besar
ditenangkan, sehingga anggota salah satu Keluarga Kerajaan harus pergi
mengonsolidasikan dan melakukan perawatan pasca-perang. Orang yang pergi
adalah Aneue, tapi...](Putri Iris)
[Tapi?](Kakeru)
[Para komandan dari pihak kami bersekongkol dengan musuh. Karena itu, semua jadi berat sebelah dan musuh lebih diuntungkan](Putri Iris)
[Bersekongkol katamu, lalu, bagaimana dengan Putri Helen?!!](Kakeru)
[Ksatria Penjaga Fortis pada menit terakhir, ia melarikan
diri. Sekarang, dengan kekuatan pasukan kecil, mereka pasti sedang dikepung di
sebuah benteng di dekatnya ーーAku ingin kau pergi ke sana](Putri Iris)
[Aku?](Kakeru)
[Ya... Tentu saja, kami akan mengirim bala bantuan, tetapi persiapkan diri.
Aku ingin kau untuk menyelamatkan setidaknya Aneue dulu](Putri Iris)
"Setidaknya Aneue", ia berkata dengan wajah yang putus asa.
Aku merasakan rasa
keegoisan di dalam Iris.
Sebuah emosi yang kuat, pasti. Itu sebabnya aku merasa ragu.
[Apa kau yakin? Memintaku itu. kau baru saja dikhianati, biasanya, tidakkah
Anda bertanya orang yang lebih dapat dipercaya?](Kakeru)
[Kipas itu](Putri Iris)
Iris menunjukkan di pinggangku. Ada, kipas Putri Helen yang selalu kubawa.
[Itu milik Aneue, kan? Pertama kali aku bertemu dengan Kakeru, dan bahkan
sekarang. Kau selalu membawa kipas itu denganmu di pinggangmu. Seperti
harta. Kurasa](Putri Iris)
[Aku mengerti](Kakeru)
Aku menyentuh kipasnya. Memang benar bahwa ini adalah hartaku, tapi
pemiliknya ーーPutri Helen lebih penting.
Kalau seseorang berkata padaku untuk menyelamatkannya, tentu saja, aku akan
pergi menyelamatkannya, walaupun mempertaruhkan nyawaku.
"Kalau memang begitu", aku yakin.
Aku memiringkan kepalaku dan melihat Putri Iris.
Iris menatap lurus ke arahku.
Dengan punggung tegak, wajah tanpa ragu-ragu.
Kalau kau menatapku dengan mata seperti itu, satu-satunya hal yang dapat
kulakukan adalah untuk menjawab harapanmu.
Aku menunggang kuda.
Setelah meninggalkan kota Roizen, aku memakai kuda ke kota
berikutnya, Reius, di mana ada kuda baru yang Iris siapkan ー ー Mengganti
kuda baru yang tidak lelah dan pergi ke kota berikutnya, lalu kuda ditukar lagi ke
berikutnya ー ー.
Menunggang kuda satu per satu, dengan kecepatan penuh menuju di mana Putri
Helen berada, ke benteng wilayah Euboi, aku pergi.
Aku berganti kuda di kota terdekat ke benteng, dan menlihat peta di sebelahku.
Dan kemudian aku tiba di benteng.
Itu kecil, dikelilingi oleh dinding yang terbuat kayu, benteng sederhana.
[ kita terlambat? ](Pedang iblis)
Kata Pedang Iblis di dalam kepalaku.
Aku memfokuskan mataku. Apa yang kulihat
adalah benteng yang dikelilingi dan menerima serangan hebat, itu adegannya.
Aku merasa lega.
[Mereka masih bertahan, kita tepat waktu](Kakeru)
[Benarkah?](Pedang Iblis)
[Aku akan memanfaatkanmu](Kakeru)
Aku mencengkeram Pedang Iblis. Ini adalah senjata berbahaya sebelumnya,bagiku, tapi
sekarang ini adalah sesuatu yang bisa kuandalkan.
[Baiklah. Sebagai gantinya, aku akan membuatmu memberikan salah satu
keinginanku](Pedang Iblis)
[Kalau itu tentang kau ingin menyakiti seseorang, aku tidak
akan mendengarkanmu](Kakeru)
Aku membuat itu jelas untuk berjaga-jaga.
[Fu! Kekuatanku, gunakan sebanyak yang kau mau](Pedang Iblis)
Dari bilah Pedang Iblis muncul aura gelap.
Ini terlihat sama pada waktu ketika tubuh Marie dirasuki.
Tapi, entah bagaimana aku tahu. Bahwa dia lebih kuat sekarang daripada
sebelumnya. Kekuatannya sebagai pedang meningkat.
Aku mencengkeram Pedang Iblis, turun dari kuda, dan menyerang musuh.
Aku berlari menuju gerbang benteng dalam garis lurus.
Para tentara yang melihatku bingung, tapi mengabaikan mereka, aku menebas
orang-orang yang menghalangi perjalananku dan bergerak maju.
"Serang Musuh!", Aku mendengar mereka berteriak, dan setelah itu, para tentara
menembak dengan aura permusuhan dan mengelilingiku.
"Payah!! Minggir!!"
Mengayunkan Pedang Iblis, aku menebas orang-orang yang bergerak ke
arahku.
Aku menebas dan menebas, bergerak lagi.
Setelah menebas sekitar seratus orang, aku tiba di gerbang benteng.
Melalui gerbang itu, aku melihat wajah familiar.
[Fortis!!](Kakeru)
[Kau ー ー !!!](Fortis)
Itu adalah ksatria pertama yang kutemui, ketika aku menyelamatkan Putri Helen.
Melewati gerbang, Fortis terkejut bahwa aku muncul.
Aku merasakan dari belakang bahwa para tentara datang, aku tidak punya waktu.
[Aku sudah dikirim oleh Putri Iris!! Tolong buka gerbangnya](Kakeru)
[Yang Mulia Iris? T-Tapi](Fortis)
Fortis ragu-ragu. Dia seperti "Haruskah aku benar-benar membukanya."
"Khu!"
Tentara musuh menyerang dari belakang, aku menebas sambil berbalik.
Aku harus berjuang dengan gerbang di belakangku.
Itu, di tempat pertama, titik di mana tentara musuh terkonsentrasi. Kesulitan
pertempuran di sini, tidak bisa dibandingkan dengan kesulitan menyerang
melalui barisan belakang musuh.
Meskipun aku menebas dan menebas, tekanan dari tentara musuh yang datang seperti ombak luar biasa.
"Apa aku hanya akan bertarung di sini sampai mereka dimusnahkan", itu adalah
waktu ketika aku berpikir begitu.
"Fortis"
Itu suara familiar. Biarpun aku tidak berbalik, aku tahu siapa orang itu.
Putri Helen. Dengan dia, terdengar baik-baik saja, aku merasa lega.
Tapi, Fortis sedang resah.
[Yang Mulia!! Ini berbahaya, tolong pergi ーー](Fortis)
[Buka gerbangnya](Putri Helen)
[Tapi ー ー](Fortis)
[Buka](Putri Helen)
[...Seperti yang Anda perintahkan](Fortis)
Setelah pembicaraan mereka, terdengar bahwa gerbang membuka.
[Sekarang kesempatannya, cepat](Putri Helen)
[Aku mengerti. Ooooooooooooooohhhhhhh!!](Kakeru)
Memegang Pedang Iblis dengan kedua tangan, dari atas puncak kepala dan lurus
ke bawah ー ー aku menghancurkan tanah.
Tanah bergetar, kawah raksasa diciptakan di tempat di mana aku
menghancurkannya.
Tentara musuh menghentikan kaki mereka, mereka heran dengan kawah dan tak
bisa bergerak maju.
Pada saat yang sama, aku memasuki benteng, dan gerbang ditutup dengan aman.
Ada, Putri Helen.
[Putri Helen](Kakeru)
[Tuan Kakeru](Putri Helen)
Untuk sementara, kami saling memandang.
[Aku datang untuk menyelamatkan Anda](Kakeru)
Dengan segenap hatiku, kataku.
Putri, seolah-olah bunga mekar, tersenyum padaku.