Chereads / Our destiny / Chapter 6 - Perjanjian

Chapter 6 - Perjanjian

Kapal masih berlayar di lautan,dan jesica masih tidur pulas hingga suara ketukan pintu di depan kamarnya membangunkan dirinya

"tok tok tok nona apa anda sudah bangun?" suara seorang pelayan terdengar dari depan pintu kamar, jesica membuka pelan matanya dan kemudian menatap ke sekeliling kamar, hening beberapa saat hingga dia tersadar jika dirinya sedang tidak tidur di kamar apartemen nya

"ada apa?"

"tuan menunggu nona untuk sarapan"

"katakan kepadanya aku akan segera menyusul"

"baik nona"

suara langkah kaki pelayan terdengar menjauh dari depan pintu kamar, jesica menghela nafas berat, dia teringat akan penawaran kendra semalam dan harus memberikan jawaban nya hari ini atau dia akan kehilangan pekerjaan nya

"kesialan apa yang aku dapatkan, kenapa harus kendra pria itu" gerutu jesica sembari menyambar handuk dan berlalu masuk ke kamar mandi

kendra sedang menikmati kopi di meja makan diatas dek kapal sembari membaca koran di tangan nya, hembusan angin laut dan suasana laut biru yang membentang di depan nya menambah nyaman dan segar suasana pagi itu

"tuan nona jesica akan segera menyusul untuk sarapan"

"siapakan semuanya"

"baik tuan"

kendra menghela nafas dan menutup koran nya, berjalan ke arah balkon dek kapal sembari menatap hamparan luas laut di depan nya, pikiran nya melayang akan lamaran dirinya kepada jesica secara mendadak semalam, hal itu membangkitkan memori lama yang telah dia coba lupakan beberapa tahun silam, kenangan akan pertunangan yang pernah di lakukan dulu melintas di benak kendra saat mengingat lamaran nya kepada jesica semalam

tapi tentu saja itu berbeda, lamaran itu bukan lah lamaran pernyataan cinta seperti yang dia lakukan dulu melainkan hanya sebuah lamaran penawaran untuk sebuah perjanjian, dia tidak menyangka bahwa dia akan bisa bertemu jesica kembali dan malah menggunakan kesempatan itu untuk membuat wanita itu menjadi temeng dalam penyelesaian masalahnya bersama kakeknya, sejak hubungan pertunangan nya kandas beberapa tahun silam kakek kendra mulai meminta dirinya untuk segera menikah, tidak terhitung sudah berapa banyak perjodohan gila dan kencan buta yang kakek nya atur untuk dirinya namun selalu berujung gagal karena kendra selalu sukses menghindarinya, dan kini dia menemukan wanita yang tepat untuk dirinya ajak bekerjsama

jesica turun ke dek kapal dan berjalan ke arah meja makan, dia melihat kendra sedang beridiri menatap lautan di depan nya, pria itu selalu tampak berpikir keras dua kali dia melihat kendra berdiri seperti itu sejak semalam, jesica tampak cantik dalam balutan gaun biru laut yang para pelayan kendra siapkan gaun itu sangat cocok dan kontras dengan suasana yang sedang mereka nikmati

"belum makan?" sapa jesica ke arah kendra ketika sampai di meja makan, kendra membalik kan badan nya dan menoleh menatap jesica yang tampak cantik dalam balutan gaun biru laut

"duduk lah kita makan bersama" jesica menarik kursi di samping nya dan duduk di hadapan kendra, para pelayan datang menghidangkan sarapan untuk mereka, jesica melihat hamparan laut biru di depan mereka, sarapan sembari menikmati indahnya suasana lautan yang tenang dan damai membuat jesica terasa lebih rileks

"aku sudah memikirkan penawaran mu semalam" ujar jesica ke arah kendra dan mulai menikmati sarapan mereka

" lalu apa keputusan mu?"

"aku menerima nya, mari menikah" kendra menghentikan gerakan tangan nya dari memegang garpu, matanya menatap lurus dan lekat ke arah jesica

"kau yakin?"

"iya, aku menerima lamaranmu lebih tepatnya tawaranmu?"

kendra tidak menyangka jesica akan menerima tawaran nya dengan cepat dia pikir dia akan menerima penolakan kembali dari wanita itu

"baik, aku akan meminta gilbert mengurus semuanya, kita hanya perlu menujuk kan kepada kekek ku bahwa kita sudah menikah"

"hanya itu?"

"iya, kita akan menikah secara sipil"

"itu artinya tidak akan ada pesta pernikahan"

"iya itu tidak perlu, kita hanya perlu menujuk kan akta pernikahan kita saja"

"baiklah, itu bearti tidak perlu ada pertemuan keluarga"

"aku akan menemui keluargamu" jesica terdiam dia ragu mengijinkan kendra untuk bertemu dengan ibunya yang sedang koma

"itu tidak perlu, kau tidak perlu bertemu keluargaku"

"mengapa" jesica tampaj ragu memberitahu kendra namun akhirnya dia memberi tahu juga kondisi ibunya

"ibu ku sedang sakit dan koma di rumah sakit" kendra terdiam mendengar penuturan jesica dia tidak tahu jika ibunya ternyata sedang koma di rumah sakit dia tidak menemukan informasi mengenai hal itu tentang jesica

"aku tetap akan menemuinya kita pergi bersama" jesica terkejut dan menatap kendra

"kau serius?"

"iya, kau juga akan bertemu keluargaku terutama kakek ku, aku akan memberikan daftar kelurgaku agar kau bisa menghapal dan mengenali mereka"

"apa keluargamu sangat banyak?"

"kau akan tahu nanti"

"baiklah"

"habiskan sarapan mu setelah ini kita akan bertemu gilbert untuk mengurus semuanya"

"hari ini juga?"

"iya lebih cepat lebih baik"

"baiklah terserah kau saja"

tidak ada lagi pembicaraan diantara kendra dan jesica setelahnya, mereka larut dengan pikiran masing-masing hingga kapal kembali ke pelabuhan, gilbert sudah menunggu di pelabuhan sesuai perintah kendra dia sudah mengurus semuanya untuk pernikahan mereka

"tuan, saya sudah mengurus semua yang anda minta"

"kemana kita akan pergi?"

"kita pertama akan pergi ke kantor pencacatan sipil dan kemudian ke studio untuk melakukan pemotretan"

"pemotretan? utuk apa itu?" jesica yang berdiri di samping kendra hanya mendengarkan dan tampak bingung mengenai pemotretan yang gilbert sampaikan

"ya nona kalian akan mengambil foto pernikahan"

"foto pernikahan untuk apa? apa itu perlu?"

"tuan menginginkan adanya foto pernikahan untuk meyakinkan keluarga jika kalian sudah benar menikah"

"tapi apa itu penting?" jesica menatap ke arah kendra meminta jawaban

"kakek adalah orang yang cermat, jadi kita harus mempersiapkan sebaik mungkin agar tidak ketahuan"

"kenapa aku harus terseret dalam hidupmu yang rumit si"

"kau sudah menyetujuinya kau juga akan dapat untung, apa kau mau kehilangan pekerjaan mu?"

"baiklah baik, terserah kau saja, ayo gilbert cepat lakukan pernikahan nya" jesica berjalan masam ke dalam kantor pencatatan sipil, kendra melonggo masam melihat ulah jesica

"apa wanita itu ingin melunjak" tatapan tajam dan dingin kendra tujukan kepada jesica yang sudah berlalu masuk ke dalam

gilbert hanya menahan senyumnya saja melihat perdebatan kedua calon pengantin itu, selama ini belum ada yang berani menolak keinginan dan perintah kendra, semua orang tunduk kepada perintah nya dan sifat otriter nya memang menyulitkan orang namun dia adalah pemimpin yang tegas dan berani, namun jesica sudah berulang kali menolak dirinya maupun pemberian kendra atau perintahnya hingga kendra harus mengancam wanita itu untuk membuatnya meuruti perkataan nya

"mari tuan kita masuk"

kendra berjalan masuk bersama gilbert untuk mengurus akta pernikahan dirinya dan jesica, tidak butuh waktu lama bagi dirinya dan jesica mendapatkan buku pernikahan, kini kendra dan jesica juga sudah mendatangani kontrak pernikahan mereka

"besok kita akan bertemu keluargaku persiapkan dirimu dengan baik"

"hmmm"

"semua barangmu akan di pindahkan ke panthouse milik ku, mulai sekarang semua tanggung jawab hidupmu di bawah pengawasan ku, aku sekarang menjadi walimu"

"hmmm"

kendra menatap tajam ke arah jesica yang hanya menjawab nya acuh tak acuh, gilbert menahan tawa gelinya melihat jesica yang sepertinya sengaja hanya acuh mendengar kan kendra bicara

"sedari tadi jawaban mu hanya hmm hmm apa kau benar-benar mengerti yang aku katakan"

"saya mengerti tuan, tidak ada yang bisa saya lakukan selain mengikuti semuanya kan saya tidak bisa menolaknya percuma saja"

"bagus jika kau tahu itu,mulai saat ini kau tidak boleh memberitahu siapa pun tentang pernikahan ini"

"iya"

"baiklah sekarang kita akan berangkat ke rumah orang tua ku"

"hah sekarang?"

"kenapa? apa kau mau menunggu tahun depan??" kendra menaik kan alisnya

"tidak"

"bagus sekarang diam dan ikuti saja intruksi ku"

"baik tuan"

kendra melangkah pergi ke dalam mobil di ikuti jesica, jesica kebingungan melihat mobilnya

"hmm anu tuan"

"ada apa lagi?"

"begini, bagaimana mobil saya?"

"anak buahku akan mengurusnya"

"oh baiklah"