Kulirik daun pintu berbahan mahoni di depanku. Helaan nafas pun keluar begitu saja kala teringat apa yang kulakukan di depan pintu ini.
EXULT ROOM
"Kupikir akan panjang ceritanya." Kembali helaan nafas aku keluarkan.
"Semoga semuanya cepat berlalu."
Kubawa kaki dengan sepatu bututku untuk mengetuk sebanyak 3 kali pintu itu dan langsung membukanya. Namun, aku merasa seperti orang tolol saat kulihat mereka yang ada di dalam ruangan ini menatapku dengan pandangan mengintimidasi.
"Siapa kau?" Tanya laki-laki yang memiliki warna mata seindah samudra.
"Anu... aku siswa yang akan bergabung bersama kalian mengikuti--"
"Siapa namamu?" Seorang dari mereka kulihat menyela ucapanku. Dia yang memiliki rambut seputih kapas.
"Namaku? Ah- perkenalkan aku Asher Kim dari kelas XI-F. Aku menjadi perwakilan kelas--"
"Maaf, kau bilang apa?" Lagi-lagi mereka menyela ucapanku membuatku merasa semakin tersudutkan. Kali ini oleh laki-laki dengan eyeliner tebal yang menghiasi matanya. Aku hampir salah mengira ia perempuan kalau tidak melihat celana bahan yang dipakainya itu. Benar-benar cantik untuk ukuran seorang laki-laki. Seorang pretty boy.
"Apa Mr. Smith tak salah menulis namanya, eoh? Kupikir dari kelas F tak akan ada. Bukankah mereka kelas terbuang?" Mendengar itu aku hanya bisa menundukkan wajahku. Kata-kata itu begitu menusuk hatiku.
"Tapi--" ketika aku akan menyelah sebuah suara dari mereka membuatku bungkam seketika.
Brak!!
Ah- dia yang sering disebut-sebut oleh seisi sekolah kami karena ketenarannya. Seorang keturunan bangsawan yang tersisa. Siapapun akan mengenalnya ketika ia berjalan menelusuri koridor sekolah. Ketika semua siswi-siswi berlomba-lomba untuk mencuri perhatiannya. Dia yang paling diagungkan di sekolah dan seantero negara ini. Sean Willis.
"Jadi kau yang akan menjadi bagian dari tim ini. Huh- masih ada juga penjilat disekolah ini."
Kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan aku yang terpaku akan kalimat yang baru saja diucapkannya itu. Sesuatu yang dapat merusak mentalku.
Semuanya akan berlalu...
Semuanya akan berlalu, Asher...
Percayalah...
"Yah, sepertinya ini tak akan seru. Sean begitu membenci hal ini namun tidak dapat menolaknya begitu saja." Dia yang bersurai seputih kapas itu mendengus dan berlalu juga.
"Senang berkenalan denganmu." Ucap si netra biru dan berlalu meninggalkan ruangan ini juga.
"Jadi kau yang akan menjadi orang kelima dalam grup ini. Oh-sepertinya dunia sangat adil untuk mempermainkan si albino itu." Ujarnya melirikku sinis dan bangkit dari duduknya tadi.
"Kau menghancurkan suasana nyaman kami tadi, penjilat." Bisiknya dan berlalu dengan bantingan pintu yang cukup keras.
Yah, semuanya tidak dapat berlalu begitu saja, karena aku baru saja menghancurkan suasana yang ada di dalam ruangan ini.
"Kupikir mantra itu tidak berguna disini."
Satu tetes air mata keluar begitu saja membuatku semakin terpuruk ketika menyadari hal itu. Ternyata aku memang terlalu jauh untuk bisa bersanding dengan mereka. Apakah ini salah?
------
###
With love,
Khey NocQend
Mari berteman di Instagram :
@odilia_27