Siapa yang tidak kenal Keira Permatasinta? Artis remaja pendatang baru yang tengah naik daun, yang seringkali diramalkan banyak orang—dari dukun sakti di hutan rimba hingga petapa agung dari goa—akan mengikuti jejak Agnes Monica, Joe Taslim, Iko Uwais, dan beberapa artis terkenal lain yang kesuksesannya berhasil mencapai ranah internasional.
"KEIRAAAA!"
"IRAA!"
"WE LOVE YOU!"
Teriakan histeris para penggemar mengguncang stadion tempat Keira manggung di Jakarta. Keira menampilkan senyum menawannya. Sambil mengucapkan terima kasih pada para penggemar yang telah setia menonton konsernya, ia turun ke belakang panggung.
"Good job, Ira!" Kevin--sang manajer--menepuk pundak kanan Ira pelan. "Cepat kamu ke pintu belakang. Sudah ada mobil yang tunggu kamu, kita harus pindah lokasi."
Ira berdecak malas. Ia mengambil handuk kecil dan sebotol air yang diulurkan padanya oleh seorang cewek berkulit dekil, berkaca mata tebal, mengenakan masker klinik yang memberi kesan penyakitan, berambut bob pendek, dilengkapi poni tebal yang nyaris menutupi seluruh mata cewek itu.
"Eh! Gue kan, tadi minta jus! Kenapa lo malah ngasih gue air putih?" maki Ira. "Nggak becus lo!" Ira melempar botol air mineral itu ke arah si cewek berambut bob, kemudian pergi.
"Siapa sih, cewek norak itu? Penampilannya culun banget!"
Mulut gatal para penggosip mulai beraksi. Beberapa staf panggung sama sekali tidak terkejut dengan perlakuan Ira barusan, seolah-olah mereka telah terbiasa. Justru, dengan mata sinis andalan tokoh-tokoh antagonis di sinetron, mereka menatap cewek berambut bob itu.
"Idih, kok bisa ya, cewek kayak gitu jadi asisten Ira?"
Cewek berambut bob itu menghiraukan sindiran yang kalau boleh jujur, sama sekali tidak manusiawi. Ia mengambil botol mineral yang dilempar Ira, lalu mengikuti artis itu. Namun jalannya dihadang Kevin.
Pria berumur tiga puluh tahun itu berdiri sambil melipat tangan di depan dada. Ia lalu mencondongkan badannya. Berbisik, "habis ini siaran langsung, nggak pakai lyp sinc. Kamu tahu kan, mesti gimana?" Kevin menghunus cewek berambut bob itu dengan sorot mata tajam. Memberi peringatan!
***
Menatap pantulan dirinya di cermin toilet khusus para staf, cewek berambut bob itu menghela napas. Ia menyentuh pantulannya perlahan, kembali ditatapnya nanar.
"Jangan lama-lama! Nanti make up artist-nya keburu dateng!" Kevin menggedor pintu toilet, berteriak keras dari luar.
Cewek berambut bob itu mengepalkan tangan kuat, mencoba meredam emosi. Sengaja ia putar keran hingga mentok, membiarkan air mengalir deras. Dilepaskannya kaca mata tebal dan maskernya. Kemudian ia sapukan kapas—yang sudah ada krim pembersih—ke mukanya dengan kasar, lalu ke tangan hingga kaki.
Dalam satu tarikan napas, ditariknya paksa rambut bob yang sekaku sapu ijuk, hingga memunculkan helaian surai cokelat gelap berkilau yang begitu halus seperti sutera, terurai panjang menyentuh pundak hingga pinggangnya.
Cewek itu kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Iris berwarna cokelat terang, kulit putih bersih, hidung yang mancung, dan bibir merah alami. Terlihat campuran ras Arya dari wajah luar biasa cantik itu.
Seperti cerita di dongeng, itik buruk rupa bertransformasi jadi burung phoenix. Namun, inilah dia yang sesungguhnya! Inilah wajah yang dielu-elukan oleh ribuan penggemar di luar sana, wajah yang seringkali tampil di tivi, majalah, dan internet.
Kecantikan yang benar-benar serupa, tetapi bukan dari orang yang sama. Dia bukan artis sombong yang sangat angkuh itu, artis yang tega menjadikan saudari kembarnya sebagai pesuruh tidak berarti.
Dia Ara... Arana Permatasinta!
***
Jam tujuh lewat empat puluh lima menit. Di salah satu sekolah yang ada di ibu kota, upacara sedang berlangsung. Setelah sang merah putih dikibarkan di tiang yang menjulang, Bu Darmi yang bertugas di bidang kesiswaan naik ke atas panggung. Ia membacakan nama-nama murid berprestasi, yang berhasil membawa pulang piala olimpiade sebagai penambah koleksi kebanggaan sekolah.
Lima orang siswa naik ke atas panggung, lalu menerima ucapan selamat serta medali yang dikalungkan ke leher. Kemudian seorang siswi maju ke depan sambil membawa sebuah spanduk, yang akan digunakan untuk sesi foto dengan para pemenang.
Bu Darmi menerima spanduk itu dengan senyum di wajah yang mulai dihiasi keriput. Dibantu para murid olimpiade, ia bentangkan spanduk itu lalu tersenyum ke arah kamera.
Senyum di wajah Bu Darmi perlahan memudar. Kedua alis rapinya menyatu. Ratusan siswa yang berbaris di hadapannya, kini ternganga dengan mata membelo sebulat gundu. Perlahan-lahan Bu Darmi menunduk, mencari tahu apa sebenarnya yang jadi pusat perhatian.
Seketika Bu Darmi tersentak. Detik berikutnya, ia juga ikut ternganga. Spanduk yang harusnya menampilkan kelima foto murid berprestasi, kini bertransformasi jadi lima foto wanita cantik, yang mengenakan kebaya hasil digambar dengan spidol.
Rambut para siswa yang rapi itu diubah jadi sanggul besar berhiaskan bunga-bunga cantik. Bibirnya diwarnai spidol merah, seperti lipstick. Kemudian tidak lupa ditambah sentuhan terakhir berupa tahi lalat besar di atas bibir, atau di bawah mata supaya kesannya semakin... HOT!!!
Tulisan murid berprestasi disilang besar dengan spidol hitam, diganti tulisan besar-besar, menggunakan huruf kapital!
SELAMAT UNTUK LIMA PENYINDEN CANTIK KEBANGGAAN SMA SINAR HARAPAN
Bu Darmi menggeram marah. Tangannya mengepal kesal. Hanya ada satu nama di sekolah ini yang berani kurang ajar seperti ini. Satu nama yang setiap harinya, menambah koleksi uban di rambut ikal Bu Darmi.
"REGAAAA! IKUT SAYA KE KANTOR SEKARANG JUGA!"