Chereads / swordman / Chapter 2 - bab 1

Chapter 2 - bab 1

*hutan karet

Malam itu bulan purnama terang yang memantulkan cahaya matahari kembali menampakkan wujudnya setelah dilalui oleh awan,seorang pemuda terlihat sedang berjalan menyusuri jalan setapak sambil menatapnya.

"Sudah bulan ke 14 yah,terakhir kali sebelumnya juga seperti ini"kata pemuda itu berbicara sendiri.

"Akhirnya hari yang ku nanti telah tiba".berkata dengan senang sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya,berusaha untuk membiasakan diri menggerakan tangannya.

"rupanya harus perlu pembiasaan yang lebih ya".katanya menyimpulkan.

Muncul seorang wanita berpakaian tabib di belakangnya,terlihat dia sedang panik

"Tuan,bala bantuan musuh datang,kita yang sekarang tidak yakin bisa menang,pasukan musuh disertai dengan si haus darah "katanya melapor

"Hmm,sayang ya,padahal aku sudah dapat barang bagus,ohh kenapa? Waktu jarang berpihak kepadaku hahahahaha"kata pemuda itu sambil membenturkan dirinya kepohon.

"Orang ini gila"pikir tabib itu.

Pemuda itu menghentikan aksinya,lalu berkata "mundur tinggalkan pasukan,segera ambil rute yg tak biasa menuju menara perbatasan,"

"Tapi tuan.."

Tiba tiba sebuah tangan lekas menyambar leher sang tabib itu,terlihat dipenuhi aura merah,yang tentu saja membuat leher terasa terpanggang.dengan sebelah tangan dia memaksakan cengkremannya membuat gadis itu tersandar paksa ke pohon di belakangnya.

"A...a..mp..un tu..uan"katanya terbata bata

Melepaskan cekikannya,gadis tadi terjatuh terduduk.

"Aku sama sekali tidak suka mengatakan sesuatu dua kali,tentu kau paham apa yg harus kau lakukan"

Menanggukkan kepala lemah. segera tabib itu bangkit dari jatuhnya, sambil memegang lehernya kemudian berbalik,terlihat dia sedang mengobati lehernya dengan sihir.

*desa area 6

Beberapa saat kemudian, Hujan deras segera menjatuhkan butiran-butiran air ke daratan tanpa membanding bandingkan tempat yg ditujunya,suara dan kilat petir juga ikut bergabung di saat itu,entah kenapa ini terjadi? Mungkinkah saat ini langit tengah marah karena pertumpahan darah yg tiada henti.

jajaran rumah yg terlihat dari bahan dan konstruksi yang sama telah tertutup rapat rapat,tidak terlihat seorang pun disana.mereka sedang menjalani rutinitas tubuh,yaitu tidur.

Membuka matanya tiba tiba ,seorang pemuda segera bangun dari tidurnya dan meraih botol dan lekas minum,guna menenangkan pikirannya,diduga dia telah bermimpi buruk akibat suasana luar lingkungannya itu. Menaruh botol ketempatnya kemudiam menutup mata kirinya dengan telapak tangan kirinya.

"Tok tok tok" pintu kamarnya diketuk ketuk

Tersadar dari lamunanya menurunkan tangan kirinya ,kearah pintu dan membukanya.terlihat seorang gadis kecil berdiri dengan ekspresi takut

"Kak,aku takut kenapa suara langit itu seperti suara sebetan pedang penghakiman,bukankah kita ini anak baik ?".katanya hampir menangis

"..."tersenyum tenang kemudian membelai kepala gadis itu.

"Itu namanya hujan yang dihiasi petir,ditempat kita yang dulu memang jarang terjadi hujan petir".katanya menjelaskan

"Langit hanya akan menghukum mereka yang telah berbuat tidak dalam kebenaran".katanya mengingatkan.

Mudah mengerti dan menerima masukkan itulah kelebihan anak kecil dibandingkan orang dewasa,dia kemudian lekas menuju kamar yang bukan miliknya ,ya kekurangan anak kecil adalah belum dewasa dalam mengambil sikap begitupun remaja.

"Dasar penakut".katanya sedikit jengkel.gadis kecil itu cuma tertawa kecil sambil melempar guling menuju pemuda itu.menangkap dengan refleks,kemudian tidur dilantai itulah yg dilakukan oleh pemuda itu.bagaimanapun sikap sejahil apapun anak kecil itu,dia tetaplah seorang anak yg butuh perhatian dan kasih sayang.

*sungai desa area 6

Keesokkan harinya,hujan telah menghilangkan niatnya membanjiri desa itu,muda mudi kembali melakukan aktivitasnya hari sebelumnya,bertani,berkebun,mencari ikan,berdagang ataupun kembali tidur.

"Hei anak muda, bukankah itu terlalu berlebihan?".kata seorang lelaki tua melirik tempat menaruh ikan yang dipunyai seorang pemancing terlihat banyak ikan yang besar sedang meliuk kesana kemari.

"Maafkan saya ketua,saya hanya ingin menjualnya beberapa,ini bukan untuk kesenangan saya."katanya menjelaskan salah paham.

lelaki tua itu ikut duduk, "lepaskan yang bertelur,ini adalah upaya pelestarian yang perlu dilakukan,supaya anak cucu kita bisa menikmatinya di masa depan".katanya menjelaskan,sambil mengamati ikan dengan saksama,tanpa diprotes dia membuang beberapa ikan ke air.pergi begitu saja dari pandangan pemancing tadi.

"Hei anak muda,air memang diperlukan setiap makhluk hidup,tapi ingat jangan berlebihan,sayur berbatang basah,cepat menyerap air,dan mudah basah,cepat membusuk jika terendam air".katanya menjelaskan dengan logat yang sama sebelumnya kepada pemuda lainnya.si pemancing yang tak jauh dari sana mampu menangkap pembicaraan pak ketua itu.

"Hmm okelah kalau begitu".katanya sambil melepas seekor ikan yg berhasil ditangkapnya ke dalam air.

"terimakasih nasihatnya pak ketua desa".kata pemuda itu sambil menyirami dengan hati hati sayurannya.

Di desa ini adalah daerah tempat khusus untuk pengungsi oleh karena itu sudah menjadi panggilan alam kalau mereka haruslah melakukan budidaya pelestarian dari lahan dan tempat yang sempit.tak henti hentinya dia menasehati para pemuda disini, oleh karena para dewasa dan yang tua kemedan tempur maka yang muda lah yang melakukan pekerjaan sampingan.

"Anak muda,ini perlu dipupuk,lihat batangnya mulai menguning,hei anak muda yang disana tutup aliran irigasi jika dirasa cukup".melanjutkan penasehatannya.

Seorang pemuda datang dengan cangkulnya.

"Maafkan saya yang terlambat".katanya merasa cukup bersalah.

"Cangkul lahan yang ada disana kita akan memulai membuka lahan disana".katanya memberikan perintah.

Para pemuda yang ada disana tak heran jika dia tak dimarahi,bagaimanapun juga pemuda itu mengurus keperluan adiknya.

"Nak alef ,ada yang ingin kubicarakan,nanti siang datanglah ke balai desa".kata ketua desa sambil berlalu.