Sepulang kuliah, Ricko mengantarkan Sila kembali ke apartemennya dan dengan sigap, Ricko membuat makan malam untuk keduanya. Sengaja unjuk kebolehan mengingat ia yang telah lebih dulu tinggal di Australia. Namun sayangnya, Sila tetap menyukai masakan Nusantara dan malah mengeluarkan dua buah mie instan. Ricko lekas manyun melihatnya.
"Ya udah sini aku masakin!" pinta Ricko seraya meraih dua buah mie instan dari tangan kekasihnya.
Setelah matang, keduanya pun makan bersama.
"Mulai besok, aku sudah bisa berangkat sendiri! Kita ketemu di kampus saja biar kamu gak bolak balik!" celetuk Sila.
"Mana bisa begitu? Baru juga sehari."
"Aku sudah tahu harus naik apa dan lewat mana. Gini deh, aku berangkat sendiri tapi pulangnya bareng kamu. Gimana?"
"Em, boleh!"
Keduanya pun sepakat.
🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Setelah Ricko pulang, Sila meraih ponselnya untuk mencari lowongan pekerjaan paruh waktu. Di luar dugaan yang ia pikir akan kesulitan tapi nyatanya, ada banyak sekali lowongan pekerjaan. Sila menjadi kian antusias hingga konsentrasinya terpecah oleh suara bel di depan pintu kamarnya. Sila bergegas bangkit seraya mengintip lebih dulu dari lubang kecil yang ada di pintu kamar.
"Perempuan itu!" pekik Sila di dalam hati seraya lekas membukakan pintu.
"Hi!" sapa Sila dengan nada nan ramah.
Namun, perempuan itu hanya berdiri diam tanpa mengucap sepatah kata.
"What happened to you?"
(Apa yang terjadi padamu?)
Perempuan itu menggeleng lalu mengulurkan tangannya seraya mengatakan kalau ia bernama Disha.
"I am Sila!"
"Nice to meet you," ucap Disha lalu lekas berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.
Sila masih tertegun tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain mengabaikannya yang kemudian ia tahu kalau laki-laki yang diduga kekasih Disha telah datang. Mungkin, Disha merasa ketakutan kalau ketahuan sedang berinteraksi dengan tetangga barunya. Sila sendiri mengingat betul nasihat Ricko sehingga memilih untuk masuk ke dalam kamar dan segera menguncinya.
"Disha... Dia terlihat aneh. Seperti ingin mengatakan sesuatu padaku tapi ... Ketakutan. Ya, dia pasti takut kalau laki-laki itu melihat. Apa hubungan mereka? Kekasih? Hubungan yang memuakkan!" keluh Sila ketika teringat pada luka lebam yang ia lihat di wajah dan lengan Disha.
🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Keesokan harinya, Sila bergegas untuk berangkat ke kampus. Wajahnya sumringah dengan beragam rencana agenda yang telah ia susun di kepala. Namun, ketika ia masuk ke dalam lift, tiba-tiba Disha mengejar dari belakang dan turut masuk juga ke dalam. Belum sempat Sila mengatakan salah, laki-laki yang diduga kekasihnya turut mengejar juga. Kini, mereka berada dalam lift yang sama.
Lift yang cukup dinaiki hingga sepuluh orang itu, terasa begitu sesak. Jantung Sila berdetak lebih cepat. Terlebih ketika sekilas ia lihat perban dan plester menutupi separuh pipi kiri Disha hingga ke dagunya. Ia tahu betul, dibalik perban itu, ada luka lebam yang mungkin sekarang telah menghitam keunguan. Sepertinya, Disha sengaja menutupinya. Dalam keadaan yang mendebarkan ini, keberanian Sila untuk sekedar menyapa pun menghilang dan sesampainya di lantai dasar, Sila hanya bisa melihat punggung Disha yang berjalan kian menjauh bersama dengan lelaki di sampingnya.
"Astaga! perasaan apa ini? Aku merasa takut sekaligus merasa bersalah padanya. Kenapa?"
Sila menghela napas panjang seraya lekas melangkah menuju stasiun terdekat untuk pergi ke kampusnya.
🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Di kampus, ia mengikuti pelajaran dengan sesekali teringat akan Disha. Gadis berambut pirang itu, berhasil mengalihkan fokus Sila. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada Deby juga. Alih-alih mendukung, Deby pun menasihati Sila yang kurang lebih sama seperti nasihat yang pernah Ricko berikan. Menurutnya, lebih baik untuk keduanya agar menjauhi masalah apa pun. Termasuk, tidak ikut campur ke dalam masalah orang lain. Sedikit tega memang tapi mereka harus mengedepan ya pendidikan lancar hingga lulus dan kembali ke tanah air nanti.
"Masa depan kita masih sangat panjang Sil, jangan sampai rusak di tengah jalan!" imbuh Deby menutup pembahasan mengenai Disha.
"Hai sayang!" sapa Ricko seraya mengulurkan segelas minuman soda pada Sila.
"Sayang, setelah kuliah antarkan aku ke cafe ini ya! Aku mau melamar sebagai waiters paruh waktu di sana!" pinta Sila.
"Ini, tidak jauh dari sini tapi.. cafe ini cukup populer di kalangan anak muda. Sepertinya, banyak juga mahasiswa yang pergi ke sana. Kamu tidak apa-apa mereka melihatmu saat bekerja?"
"Em, maksudmu... Kamu takut aku malu?"
Sila terkekeh.
"Aku gak malu sayang tapi mungkin.. Kamu yang bakalan malu punya pacar pelayan," imbuh Sila.
"Eh, no no no! Aku salut sama etos kerja kamu yang kuat tapi sayang, kuliahmu apa tidak akan terganggu? Bea siswa ini sayang kalau sampai terlepas."
Sila berpikir sejenak sebelum kemudian memberikan jawaban bulat kalau ia akan mengutamakan kuliah tapi tetap harus bekerja juga. Ia berjanji kalau pekerjaannya mulai di luar kendali dan mulai mengganggu kuliahnya, ia akan segera keluar dari sana. Mendengar ucapan Sila, Ricko tidak lagi memiliki alasan untuk menolak.
🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Usai kuliah, Ricko mengantarkan Sila untuk melamar pekerjaan di cafe sebagai waiters dan beruntungnya, ia langsung diterima. Sila merasa senang sebab hari itu juga, ia bisa mulai bekerja dan yang paling membuat Sila senang adalah gajinya dibayar perjam. Bukan hitungan bulan seperti di Indonesia.
"Dengan begini, aku bisa menghandle kebutuhan pribadiku. Mengurangi beban Ricko kecuali tentang apartemen. Aku masih harus merepotkannya untuk tempat tinggal ku," gumam Sila di dalam hati.
"Baiklah sayang, aku akan menjadi pelanggan pertama yang harus kamu layani! Aku pesan ini ya! Kutunggu di meja dua!" ucap Ricko yang lekas dibalas anggukan oleh Sila.
🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Saat mengantarkan pesanan Ricko, Sila mengatakan agar Ricko pulang lebih dulu. Ia tahu jalan dan ke mana arah pulang. Ia dapat pulang sendiri nanti dan Ricko bisa mengerjakan hal lain, menyelesaikan tugas atau pun aktivitas yang lain.
"Pulang kerja, aku akan mengerjakan tugasku di apartemen! Kamu jangan khawatir!" imbuhnya.
"Aku jemput lagi nanti jam tujuh malam! Aku buatkan makan malam di apartemenmu biar kamu tidak tambah capek! Kutemani belajar juga sebelum kamu tidur nanti!"
"Hemm... benar-benar tidak bisa mengusirnu dari hidupku!" ledek Sila yang lekas mendapat tatapan garang dari kekasihnya.
"Baiklah! Terserah kamu saja! Aku tunggu jam tujuh ya!"
"Iya, kamu kerja dulu! Semangat kerjanya!"
Sila mengangguk lalu membalik badan untuk kembali mengantarkan pesanan yang lain.
🫰🏻 BERSAMBUNG 🫰🏻