Chereads / Deas / Chapter 2 - Mess

Chapter 2 - Mess

Mansion Deas terlihat sangat megah karena cat yang asalnya berwarna putih gading menjadi warna merah bata, rumah itu terlihat kuno namun tetap indah.

Deas sangat mencintai rumah ini, ayahnya, ibunya, neneknya, kakeknya, keluarganya, pelayannya, tamannya, Termasuk Dayasnya-- ia sangat mencintai mereka. Sampai akhirnya, perempuan mungil dan sok polos datang ke rumahnya. Mengaku bahwa ia adalah anak haram dari paman Danang, kakak dari ayah Deas. Bima.

Keluarga Hardinan tentu saja kaget, tentu saja tidak percaya, tapi memang begitu faktanya. Paman Danang berselingkuh saat Tante Rita mengandung Maya, dan saat itu Maya dan Deas telah berusia 13 tahun, sedangkan perempuan sial itu berumur tepat satu tahun di atas Deas dan Maya.

Tante Rita menangis saat Paman Danang mengatakan bahwa Aline- ibu perempuan itu adalah selingkuhannya dulu saat tante Rita belum juga memberikan momongan pada paman Danang. Perempuan itu mengatakan bahwa ibunya telah meninggal. Kakek kemudian mengizinkan Risma-anak haram itu untuk bermain dengan Deas dan Maya, tanpa memberitahu siapa sebenarnya Risma.

Deas dan Maya hanya tahu bahwa Risma adalah sepupu jauh dari Maya dan Deas. Namun kewajaran itu tak berlangsung lama, karena itu Deas dan Maya pergi jauh dari keluarganya dengan alasan yang berbeda.

"Grandpa sedang sakit, jaga bicaramu" suara bariton Dayas membuyarkan lamunan Deas

Deas menoleh kearah Dayas yang sedang mematikan mobil "Aku tidak peduli" kata Deas dengan melepaskan seatbeltnya.

Dayas menatap tajam Deas "kau sudah berumur 21 tahun.. " "21 tahun masih remaja, kau tidak tahu? " potong Deas cepat.

Deas membuka pintu mobilnya, namun belum turun dengan benar, Dayas meraih pergelangan tangan kanannya "Jangan kekanak-kanakan.. " Deas sudah akan membantah kala Dayas mengeratkan kepalan tangannya di pergelangan tangan Deas, membuat Deas meringis "Jika grandpa sampai drop, kau tahu apa yang akan aku lakukan kan De?"

Deas menggigit bibir dalamnya, matanya menatap Dayas keras kepala "aku baru tahu kau sangat bossy Dayas, apa ini karena tunangan haram mu itu? " bisik Deas

"Jaga bicaramu! " bentak Dayas

"Kenapa? kau sadar itu?" tanya Deas sinis.

Deas menarik tangannya hingga pegangan pada Dayas terlepas, menatap mata Dayas "Dayas ada satu hal yang perlu kau tahu tentang aku, aku bukanlah Deas si gadis remaja polos yang tersenyum lebar saat kau membelikan ku ice cream cokelat, setelah hari dimana kau membenarkan bahwa aku adalah pembunuh. Sejak saat itu kau tidak tahu siapa aku, dan orang asing bagiku. Kau bajingan sialan untukku, jadi berhenti bersikap seolah kau tau apa yang benar dan tak benar dalam hidupku. Kau bukan siapa-siapa untuk Deas" Deas kemudian membuka pintu mobilnya, meninggalkan Dayas yang mengatupkan rahangnya keras.

***

Para pelayan menatap Deas takut, mereka pikir Deas kecil telah kembali untuk menceriakan rumah Hardinan, tapi tidak. Deas memasuki Mansion itu dengan wajah datar, sambil menggeret kopernya ia sama sekali tidak menoleh pada para pelayan yang datang menyambutnya.

Tiba di ruang keluarga, Deas menemukan ibunya-Eve berdiri dan tersenyum padanya, merentangkan lengannya untuk memeluk Deas anak perempuan satu-satunya, Deas melangkah kearah ibunya dengan wajah datar yang masih setia di raut wajahnya, ingin memeluk ibunya juga. Namun langkah Deas terhenti saat melihat perempuan itu, Risma. Dengan membawa nampan berisi minuman, tersenyum pada Deas.

Seluruh keluarga yang sedang berada disitu melihat reaksi Deas yang menengang saat melihat Risma. Paman Danang, Tante Rita, Ayah Bima dan juga Nenek Frada menyadari bahwa Deas masih membenci Risma.

Eve berjalan maju pada anak gadisnya, berniat datang pada Deas untuk memeluk anaknya. Namun saat Eve sudah dekat, Deas berjalan mundur sambil menatap Risma benci. Tak dapat dipungkiri Risma melengkapi kesialan Deas saat datang ke negara sial ini.

Deas menarik nafasnya tanpa melihat Mamanya yang sedih, karena gerakan menghindar Deas.

Deas memaksakan senyuman pada keluarganya "aku lelah, ingin istirahat" pamit Deas

"Apakah keputusan kami mengirimmu ke luar negeri adalah kesalahan Deas?" tanya Nenek Frada dengan suara tegasnya.

Langkah Deas terhenti "kau bahkan tidak memeluk kembali ibumu setelah 5 tahun tanpa mengunjungi kami sama sekali? aku ingin tahu siapa yang mengajarkan mu seperti ini" kata Nenek Frada lagi, berniat menyindir Deas.

Dayas melihat punggung Deas yang menegang. Kemudian Deas menoleh pada nenek Frada "aku hanya belajar dari Hardinan" jawab Deas pelan

"Risma masih disini dengan senyum palsu dan perannya sebagai anak haram, kenapa aku tidak boleh berpura-pura peduli pada kakek, dan berperan sebagai anak dan cucu pembangkang? Perlakukan aku seperti pembunuh, apakah sesulit itu nenek Frada?"

"Deas.. " Risma terdiam saat melihat raut wajah Deas

Deas mengepalkan tangannya saat tahu suara siapa yang memanggilnya, Deas melihat kearahnya mendengus keras "kau suka sekali tidak berhak memanggil namaku anak haram palsu" desis Deas

Wajah nenek Frada memerah "Jaga mulutmu Deas!. "

"Deas, ayah tidak tahu kau bisa sekasar itu" Bima menatap anaknya tidak percaya

Deas mengibaskan tangannya tidak peduli dan melanjutkan langkahnya kearah tangga "Nenek sudah tua, berhenti marah-marah. Dan ayah aku tidak kasar, aku hanya mengatakan yang sebenarnya walaupun kalian tidak percaya. ah tapi Jika aku membuat kalian muak kenapa repot-repot menyuruh ku pulang hanya untuk melihat kakek? Kalian sangat tahu aku masuk penjara gara-gara siapa" kata Deas meninggalkan seluruh keluarganya di ruang keluarga.