Ketika Alexa memperhatikan nametag perempuan yang memanggil namanya, iya langsung menyeringai kecil.
Vanya William.
"Apa kau yang baru saja membuat keributan di kantin?"
Alexa mengerutkan keningnya. Rasanya dia tidak melihat gadis ini di kantin.
"Ya,lalu kenapa?" Anna menyahut dengan santai.
"Aku bertanya kepadanya! Bukan kau!"
Vanya membentaknya dengan kesal.
Vanya William. Salah satu dari dua keturunan William. Keluarga dan perusahaan mereka cukup terkenal dan lumayan berpengaruh. Kedua orang tuanya, Harry William dan Tamara William terkenal sangat memanjakan kedua putrinya. Vanya dan Stephani. Kedua gadis ini memiliki sifat yang menjengkelkan dan kesombongan yang membuat semua orang muak terhadap mereka. Namun, kecantikan kedua gadis itu membuat mereka tidak mudah diabaikan.
Gadis ini masih berhubungan dengan seseorang yang Alexa benci,dulu hingga kini.
"Apa urusannya denganmu?" Tanya Alexa dengan pelan.
"Jelas ada!! Kau berani sekali menabrak Yurika. Apa kau tidak tau siapa dia?!"
Vanya tampak emosi melihat sikap santai dan tidak takut Alexa.
"Aku tau. Tapi itu semua tidak ada hubungannya denganmu bukan?"
"Aku adalah temannya. Berani sekali kau!!"
Sebuah tangannya melayang ingin menampar wajah Alexa...
"Pertunjukan yang cukup menarik,tapi tidak perlu kekerasan bukan?"
Suara itu terdengar santai.
Semua orang menoleh dan terkejut. Ezra.
Tangan Vanya dengan cepat kembali ke samping tubuhnya. Tubuhnya mendadak kaku
"E...ezra" sebuah senyum paksa terukir di wajahnya.
"kalau boleh ku ingatkan, kasusmu yang kemarin belum sepenuhnya tuntas. Dan sekarang kau ingin berulah lagi,hm?"
Suaranya memang terdengar acuh tak acuh, namun mengandung peringatan.
"Apa urusanmu?! Urus saja urusanmu dan kekasihmu itu!!"
Vanya sangat marah dengan tangan terkepal kuat dan wajahnya yang memerah. Ketika dia mengucapkan kalimat terakhir. Alexa bisa mendengar nada kecemburuan.
Tanpa memperdulikan apapun gadis itu pergi dengan wajah merah dan emosi yang berkecambuk dihatinya.
Orang-orang yang tadinya memperhatikan drama tadi kini bubar.
"Apa kau tak apa anak baru?"
"Ya,terimakasih"
Alexa berterimakasih kepada Ezra bukan karna menghentikan Vanya yang ingin menamparnya. Tetapi, karna Alexa jadi tidak perlu mengeluarkan tenaganya untuk membalas Vanya.
Alexa dan Anna langsung pergi kekelas terlebih dahulu melanjutkan pelajaran hingga bel pulang berbunyi nyaring.
"Alexa,bagaimana kita akan pulang?"
Saat ini Alexa dan Anna berjalan ke arah belakang gedung serbaguna. Letaknya jauh dari gerbang depan. Sekolahnya memang memiliki lima gedung
1. Gedung A, MIPA
2. Gedung B, IPS
3. Gedung kantin
4. Gedung serbaguna
5. Gedung petinggi.
Gedung petinggi berada didekat gerbang depan. Dibelakangnya terdapat gedung kantin dan disebelahnya gedung A dan B. Barulah gedung serbaguna yang terletak dibelakangnya.
"Pak ujang sudah menunggu dibelakang gedung serbaguna"
Daerah sekolah mereka memang sangat luas. Bahkan dibelakang gedung serbaguna masih banyak pepohonan dan taman yang jarang di datangi oleh para siswa. Karena lokasinya yang cukup jauh dari gedung A dan B.
"Pak ujang,tolong antar kami ke cafe T"
"Baik non Alexa"
Anna terlihat bingung. Ketika dia hendak bertanya,Alexa sudah berbicara
"Kita akan bertemu Yurika dan Hani. Bukankah kita harus melepas rindu?"
Seringai kecil terbit di bibirnya. Anna bingung namun hanya mengiya kan saja.
Terkadang saudarinya itu tidak dapat di tebak.
Ketika tiba di lokasi. Alexa dan Anna masuk lewat pintu belakang dan langsung masuk ke sebuah ruangan. Ruang kerja Alexa.
Benar, Cafe ini adalah milik Alexa.
Mereka langsung berganti pakaian dan melepas atribut penyamaran mereka.
Ketika selesai, mereka langsung berjalan ke depan dan duduk di meja kosong.
Semua tatapan tertuju kepada Alexa dan Anna. Para pengunjung bahkan menghentikan aktivitas mereka. Mereka terpana akan kecantikan dua anak manusia itu.
"Ya tuhan,cantik sekali!!"
"Mereka gadis tercantik yang pernah ku lihat"
"Apakah mereka seorang model?"
"Indahnya karya tuhan"
Alexa hanya tersenyum tipis. Sedangkan Anna, dia dengan sengaja tersenyum untuk tebar pesona. Para pengunjung pria yang melihatnya pun semakin tidak bisa berpaling.
Adapun pengunjung wanita, mereka hanya mendesah kagum dan terlihat iri.
"Apa kau ingin membuat beberapa pasangan bertengkar?" Alexa memutar bola matanya jengah. Yang disindir hanya terkikik.
"Hey,Aku tidak berniat seperti itu"
Mendengus dingin.
Beberapa pria hendak bergerak mendekati meja Alexa namun mereka mengurungkan niatnya. Melihat Alexa yang terlihat dingin serta acuh tak acuh membuat nyali mereka ciut. Adapun Anna, mereka tidak berani maju bergerak setelah mendapat lirikan tajam dari Alexa. Mereka seolah-olah ratu yang menunjukan aura indah namun dingin. Dingin yang menyampaikan
'Jangan dekati kami'
"Alexa apa menurutmu tak apa kita berpenampilan seperti ini?"
"Kurasa tidak masalah apa bila ada yang mengenaliku sebagai Alexa yang dulu."
Senyum kecut terbit diwajahnya. Mengingat kembali bagaimana sakit hati yang dulu dia tanggung.
Dulu,ketika Alexa tidak berpenampilan seperti kutu bukupun dia tidak mengungkap identitasnya. Dia takut identitasnya bisa menimbulkan bencana dikemudian hari jika persiapannya belum cukup. Namun, untuk saat ini semua kendali telah dipegangnya. Hanya saja dia ingin bermain-main sedikit lagi.
Saat ini mereka tidak menggunakan segala perlengkapan NERD mereka. Mereka menjadi Alexa dan Anna yang biasa seperti dua tahun lalu. Walaupun tidak menggunakan barang-barang branded. Mereka tetap sangat menonjol dengan kecantikan dan aura alami mereka.
Kring!! Kring!!!
Lonceng pintu berbunyi menandakan adanya tamu yang datang.
Sekali lagi semua orang terpana dengan yang ada di depan mereka.