Fruit 17: Terus Berlanjut
Semenjak insiden pot bunga yang secara misterius jatuh dari lantai atas, bencana kecil seolah terus menguntit Andrea. Apapun jenisnya. Dari yang masuk akal , hingga keluar akal.
Ditambah dengan kembalinya Dante ke kelas 2 Fis A. Sudah bisa dipastikan itu menimbulkan gelombang keributan baru di sekolah itu. Tampaknya Dante sangat berusaha keras agar kembali bisa lebih dekat secara jarak dengan Andrea.
Ya, Dante memang menyuruh Erefim untuk melakukan sesuatu pada Kepala Sekolah agar bisa memutuskan kembalinya Dante ke kelas 2 Fis A seperti sebelumnya. Keputusan mengejutkan Kepala Sekolah tidak bisa digugat siapapun.
Andrea mendengus kesal. Berbanding terbalik dengan para penghuni 2 Fis A yang kembali merayakan kepulangan Dante. Para D'Luv kelas 2 Fis A mengadakan pesta di kantin meski Dante tidak menanggapi undangan mereka untuk datang. Toh tetap saja sikap dingin Dante itu masih merupakan pesona tersendiri bagi pemujanya.
Sudah dikatakan sebelumnya, bahwa berbagai insiden aneh terus menerpa Andrea. Dan Kenzo tau persis ulah siapa itu.
Seperti saat pelajaran olah raga, ada latihan voli untuk kelas Andrea. Ketika murid lelaki masih bermain voli dengan para murid wanita berkerumun di samping lapangan outdoor mereka, tiba-tiba saja bola dari spiker yang mustinya melaju ke arah lurus menukik, tiba-tiba bisa berbelok tajam ke arah penonton, ke spot di mana Andrea duduk bersama Shelly di pinggir lapangan.
"Awas!"
DHUAK!!
Tak dinyana, bola itu diterjang oleh Kenzo tepat waktu sebelum menghantam keras ke wajah Andrea. Namun, gara-gara menghalangi bola dengan pose elitnya, alhasil Kenzo malah terjatuh di pangkuan si tomboy.
Semua menahan napas menyaksikan adegan itu. Para Zover—fans dari Kenzo merasakan hati mereka diremas erat melihat kejadian tersebut. Dalam angan terliar mereka, mereka berharap itu bukan Andrea namun mereka sendiri.
Sedangkan para D'Luv—fans Dante, hanya mencibir saja.
"Hehee...." Kenzo hanya memberikan cengiran tampannya pada Andrea yang sudah melotot galak dan selanjutnya Andrea mendorong kuat-kuat pria berwajah oriental itu hingga terguling kecil di rerumputan.
"Aelah si Andrea gayanya selangit," umpat lirih salah satu Zover di dekat Andrea yang menatap sirik pada si tomboy.
"Iya. Harusnya kan dia ngucapin makasih ama Kenzo." Zover lainnya menimpali dengan aura kecemburuan yang jelas tercium.
"Biasalah, mungkin dia golongan pemalu, atau... munafuck? Hihihihi...." Siswi lain makin mengobarkan api tanpa malu-malu lagi. Biasalah, fans. Bisa dibayangkan seperti apa jika fans fanatik disulut kecemburuan? Apalagi jika idola mereka disakiti.
Ah, padahal Andrea hanya mendorong Kenzo saja, itu pun tidak menimbulkan luka apapun pada sang idola.
Banyak terdengar gumaman miring dari para Zover kelas 2 Fis A yang sangat tidak mengenakkan di kuping.
"Heehh?! Kalian para cabe, bisa gak sih gosipin gue di jamban aja?! Biar sama-sama baunya kayak kalian tuh jamban!" Andrea langsung menghardik. Dia melotot kejam ke para Zover yang menatap keji ke arahnya.
"Dih! Sok kecakepan banget, sih? Mentang-mentang dibaikin Kenzo." Mereka masih belum mau reda mengatakan hal-hal tak enak ke Andrea.
"Dasar cabe jamban!" hardik Andrea tanpa ragu. "Cabe ganjen! Kalo lo semua emang ngebet ama Kenzo, ngapain cuma diem en bisanya ngolok-olok gue? Noh, sana deketin idola elu! Kekepin dia! Jangan ampe lepas! Bisa, gak?! Bisanya mulut jamban doang ke gue!"
"Udah, Ndre... udah, ah... gak usah diladeni, dong." Shelly malah yang tampak risih. Dia ini makhluk murni nan polos yang tak menyukai pertikaian dalam bentuk apapun. Tak heran jika dia mudah luluh, bahkan sedih hingga menangis ketika menonton Barb** dijahati oleh tokoh antagonis di film.
"Mereka yang cari gara-gara duluan, tuh, beb. Mentang-mentang mereka iri karena gak bisa pegang-pegang idola mereka, dasar kaum munafuck!" Andrea memilih hengkang dari lapangan outdoor diikuti Shelly.
Dante hanya memandang santai kejadian tersebut. Padahal dia biang dari insiden tadi. Pun ketika netranya beradu pandang dengan Kenzo, ia menanggapinya biasa saja seolah tak tau-menahu.
Keputusannya untuk kembali ke kelas yang sama dengan Andrea memang tepat. Dengan begitu, dia lebih leluasa mengerjai Andrea.
Memang seperti yang dikata Kenzo malam itu di depan apartemennya, dia tak mungkin mengekspos kekuatannya secara berlebihan atau akan terendus oleh radar para Penjaga yang memang bertugas mengawasi para Nephilim di dunia manusia.
Kalau dulu, para Penjaga sangat ketat dengan tidak mengijinkan satu pun Nephilim pergi ke dunia manusia.
Namun, kini para Penjaga terbagi menjadi dua kubu, yang masih konservatif dengan tugas mereka, dan yang mulai melunak—membiarkan Nephilim tetap berkeliaran di dunia manusia asalkan tidak menimbulkan keributan besar dengan pertarungan atau pembantaian berlebihan pada manusia.
Dengan terpecahnya kubu Penjaga, menimbulkan kegembiraan bagi para Nephilim. Mereka jadi lebih leluasa datang ke dunia manusia.
Walau begitu, bagi para Penjaga tipe konservatif, tak ada ampun jika mendapati adanya Nephilim yang berhasil menerobos masuk ke dunia manusia.
Bagaimana pun, mereka tidak berani membelokkan tugas dari Malaikat Agung, meski sang Malaikat sendiri sudah melonggarkan aturan dengan membuatkan dunia khusus untuk para Nephilim.
Kini, setelah Dante satu kelas dengan Andrea, dia bisa kembali melancarkan teror demi teror kepada Andrea, kapanpun ada kesempatan.
Seperti sewaktu tugas Fisika dari Pak Mizba, Andrea terheran-heran karena tiba-tiba saja kertas tugas milik dia yang seharusnya sudah penuh akan tulisan dan jawaban jitu, mendadak kertas itu kosong.
"Kenapa, Ndre?" Shelly menoleh ke sohibnya yang tampak gelisah.
"Aneh nih, beb, masa sih kertasku melompong gini gak ada tulisannya? Padahal kan kamu tau sendiri, kan semalem aku bikin ini tugas bareng kamu." Andrea mengacak rambut cepaknya, gusar. Rasanya kesal mendapati semua kerjanya mendadak hilang.
Insting Andrea langsung menuju ke Dante yang kali ini duduk agak berjauhan dari Andrea. Ia melirik ke Dante dengan tatapan tajam. Yang dilirik malah bersikap seolah tak tahu-menahu. Namun, Andrea tetap curiga itu berhubungan dengan kelakuan Dante.
Shelly mengambil kertas di tangan Andrea, dan menyaksikan apa yang dikata sahabatnya. "Iya yah, kok kosong gini? Cuma kesisa nama kamu doang, Ndre." Dia sendiri ikutan bingung.
Sementara murid-murid yang lain sudah mulai maju menyerahkan kertas tugas masing-masing.
"Ada apa, sih ladies?" Kenzo yang kini sudah duduk di bangku depan Andrea sampai menolehkan tubuhnya ke belakang. "Humm? Kertasmu secara ajaib jadi kosong, yah?" Ia sempatkan beberapa detik untuk melirik ke arah Dante yang ada di kursinya, bertingkah inosens tak berdosa.
Yang dilirik hanya memutar bola matanya dengan sikap mengejek. Kenzo menggeram dalam hati. Dengan segera Kenzo melepaskan kekuatannya dalam skala kecil dan mengakibatkan hidung Dante berdarah secara tiba-tiba.
Dante menggeram menahan marah. Andaikan tidak ada Penjaga, dia sudah habis-habisan menghajar Kenzo sesuka hati menggunakan kekuatan besarnya.
"Ya sudah, ini, pakai aja kertasku." Serta-merta si oriental menyodorkan kertas tugas miliknya ke meja Andrea. Terlihat tulisan acak-acakan di sana, membuat Andrea dan Shelly mengernyit.
"Ishh, apaan sih lo sok baik gini ke gue?" tampik Andrea. "Gak usah. Gue gakpapa juga dihukum Pak Mizba. Toh cuma tugas gini lagee."
"Kenapa, sih kamu takut banget nerima kebaikan dari aku, Andrea?" Kenzo berusaha menampilkan wajah memelas sebaik mungkin, siapa tau Andrea bisa luluh, walau itu bagaikan memanjat ke Surga sulitnya.
"Sshhh, udah ah, gak usah ge-er lo." Andrea mengibaskan tangannya.
"Ini kebetulan aku bikin dua kopian tugas. Kan gak masalah kalo yang satu aku kasi ke kamu. Toh daripada gak dimanfaatin. Nih." Kenzo mengulurkan kembali kertas tugas ke si tomboy.
"Udahlah, Ndre, terima aja, yah." Shelly ikut membujuk.
"Siapa lagi yang belum mengumpulkan tugas?" Terdengar suara Pak Mizba membahana, menyentak lamunan Andrea. Ya, barusan ia masih termenung keheranan soal raibnya tulisan-tulisan dia dari kertasnya.
"Ayolah, Ndre~" bujuk Kenzo dan Shelly bergantian.
"Haagghh! Iya... iya... dasar kalian berdua sama bawelnya." Bersungut-sungut, Andrea meraih kertas di tangan Kenzo dan maju bersama Shelly, lalu diikuti dengan si oriental yang tersenyum puas.
Tak lupa ia berikan lirikan maut dulu ke Dante yang hanya memandang tajam.