Banyak orang-orang yang melihat ke arah Hotaka. "Itukah orang nya, sang pahlawan? dia tidak terlihat sama sekali seperti seorang pahlawan lagi pula dia itu cacat mana mungkin dia bertarung dengan mata yang buta sebelah." Ujar seorang pedagang. "Hush, jangan ngomongin di depannya dong, nanti dia marah lo!" Sahut pedagang lainnya. "Terus kenapa lagian juga katanya dia udah gak mau pake kekuatannya lagi!"
"Sudah jangan di dengerin! mereka itu gak pernah liat kamu bertarung mana mungkin dia tau kekuatanmu." Elina adalah sahabat Hotaka yang selalu menghiburnya. Dia selalu ada ketika Hotaka merasa sedih. Bisa dibilang dia itu seperti adik yang sangat sayang kepada kakaknya.
"Oh,Elina seperti biasa kau selalu menghiburku di saat aku sedih, tapi yang mereka katakan itu benar. Di saat teman-temanku terluka, aku hanya bisa duduk terpaku melihat teman-temanku yang terjebak batu besar itu." sahut Hotaka dengan nada kaget
"Sudahlah mengapa kau selalu menyalahkan dirimu sendiri, sekali-kali bawalah aku! Luka fisik yang kau tanggung cukup besar dan sekarang kau mau menanggung luka batinmu itu sendirian?"Jawab Elina dengan kesal
"Terimakasih Elina, kau selalu saja membuat hatiku tenang." Jawab Hotaka dengan nada rendah.