Sebait alunan lagu sederhana menjadi pelipur Ursulla di tengah kesendiriannya. Bukan kali pertama ia merasa seperti ini, sunyi dan sepi.
Sejak ayahnya meninggal, saat beranjak remaja ia harus menghadapi kehidupan yang sulit bersama ibu serta saudara tirinya yang kejam. Ia selalu dikurung di rumah, diperlakukan seperti pembantu, kebebasannya terampas. Apalagi sekarang ia terjebak di sini, di zaman peradaban dan tak tahu bagaimana cara ia kembali ke dunianya lagi.
'Hampir sepanjang malam Yang Mulia sulit tidur serta tak pernah tertawa bahkan tersenyum.'
Ursulla mengingat ucapan Dayang Han. Seorang Raja besar dalam sejarah Dinasti Cheon memiliki kelainan semacam itu, tak pernah tertulis dalam sejarah di negaranya.
Ursulla menggeleng tak habis pikir. Sulit dipercaya, bagaimana seseorang tak pernah tertawa bahkan sulit tidur tapi masih mampunyai wajah semenarik itu, kalau itu dirinya pasti akan terkena mata panda.
Lamunannya buyar tatkala mendapati para pelayan dan orang-orang istana terlihat mondar-mandir membawa beberapa barang tampak sibuk.
Penasaran, Ursulla mencoba mendekat. Mencari tahu apa yang terjadi. Sejujurnya ia tak mau terlibat dalam urusan istana. Namun ketika dirinya diinterograsi di kediaman Raja Reijin kemarin, raja dingin itu mengatakan bahwa ia bisa tinggal di istana dan tak boleh kemanapun sampai menemukan kebenaran yang terjadi. Atau dengan kata lain, bahwa Ursulla tidak lain adalah tawanan.
Ursulla takut jika kesibukan orang-orang istana ini adalah menyiapkan hukuman untuknya. Di dalam film bertema zaman kuno, hukuman kerajaan sangat sadis seperti dipukuli sampai mati, digantung di depan lapangan dan disaksikan banyak orang.
Memikirkan itu, wajah Ursulla memucat. Ia merinding.
"Dayang Han, ada apa ini?" Tanya Ursulla begitu mendapati dayang Han berjalan membawa beberapa tumpuk kain warna-warni.
"Oh besok adalah perayaan festival Hanyang. Hanya terjadi satu tahun sekali. Perayaan ini merupakan sayembara bagi siapa saja yang bisa membuat Raja Reijin tertawa atau setidaknya tersenyum akan mendapat sejumlah emas dan hadiah menggiurkan lainnya, ini berlaku untuk semua orang."
Mendengar penjelasan pelayan Han, Ursulla seketika lega. Apa yang ia duga ternyata salah. Tapi.... tunggu!
Festival Hanyang? bukankah itu nama kotanya? Tetapi ternyata di abad ini Hanyang adalah sebutan untuk tradisi tahunan kerajaan Cheon.
"Sayembara tersebut dibuat oleh ibu suri karena khawatir akan kondisi psikis sang Raja. Jika hal ini terus menerus terjadi akan berakibat buruk bagi kesehatan Raja. Namun sampai detik ini belum ada yang berhasil membuat Yang mulia tersenyum." imbuh pelayan Han.
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
"Hamba juga tak tahu. Menurut rumor yang beredar, Yang mulia mulai mengidap penyakit itu saat beliau berusia 11 tahun."
Ursulla menyimak seksama. Ketika hendak berbalik pergi, Dayang Han berkata,
"Nona, besok lihatlah festival itu. Seluruh orang-orang istana juga akan menyaksikannya termasuk para pelayan."
****
Kerumunan orang memasuki aula istana. Banyak peserta dari berbagai kalangan. Para bangsawan tak terkecuali rakyat jelata. Bahkan orang-orang dalam istana pun turut ikut serta. Mereka berharap memenangkan hati raja.
Raja Reijin serta ibu suri telah tiba duduk di depan aula. Di sampingnya, para selir raja duduk dengan anggun dan tak lupa berpenampilan semenarik mungkin.
Ursulla menatap takjub akan kemeriahan festival ini. Panggung yang disediakan benar-benar mengesankan. Pandangan Ursulla juga tak luput menatap ibu Raja Reijin yang tampak jelita meski usianya tak lagi muda. Ia pun juga terpana melihat betapa cantiknya para selir raja. Lalu tak sengaja pandangannya bersinggungan dengan mata Raja Reijin yang tampak dingin. Ursulla buru-buru berbalik. Mencari tempat duduk yang pas.
"Kemari nona!" Seru Dayang Han, menggiring Ursulla duduk di kursi penonton bersama dayang-dayang lain.
Tabuhan genderang dan tari-tarian indah menjadi pembuka. Kemudian narator yang berasal dari istana membuka acara dengan kidmat. Dan pertunjukan pun dimulai. Para peserta diperkenankan unjuk kebolehan masing-masing.
Ursulla menonton antusias. Merasa sangat terpukau akan kemeriahan acara ini. Jika tidak dinikmati dengan benar, kapan lagi dirinya akan melihat pertujukan hebat semacam ini. Sementara di sana, Raja Reijin hanya menatap datar. Tak merasakan perasaan apapun untuk pertunjukkan ini.
Beraneka ragam jenis komedi dipertunjukkan bahkan hampir semua kontestan memiliki kualitas yang bagus dan pertunjukan mereka benar-benar lucu. Namun semua orang hanya menahan tawa atau cukup tertawa sekadarnya. Mereka sungkan terhadap Raja Reijin karena sang Raja sama sekali tak berdecak kagum. Tetapi rupanya hal itu tak berlaku bagi Ursulla, justru dia yang sejak tadi tertawa terbahak sampai perhatian semua orang tertuju padanya.
"Ya ampun, ini lucu sekali. Perut ku sampai sakit." Tawa Ursulla sambil mengelap iluh matanya yang menetes. Di sampingnya, Dayang Han menyenggol Ursulla, mencoba memperingatinya.
"Dayang Han, ini sangat menarik. Benar-benar lu..." Tawanya perlahan terhenti kala menyadari semua orang memandangnya.
Mata tajam Raja Reijin serta ibu suri menyorot lurus ke arahnya. Begitu pun dengan semua orang di sana. Ursulla menelan ludah,
"Ke... kenapa kalian melihatku seperti itu? bukankah pertujukan ini sangat lucu?" gumannya lirih. Dayang Han di sampingnya hanya menunduk, merasa bersalah tak memberi peringatan dari awal.
"Sungguh tak sopan. Berani-beraninya gadis rendahan bersikap seperti itu di hadapan Yang Mulia." Suara ibu suri meninggi. Terlihat marah. Semua orang terdiam.
Ursulla tersentak dan langsung berdiri. Ia lantas membungkuk meminta maaf, "Ma.. maafkan perilaku hamba, saya hanya jujur mengekspresikan perasaan saya bahwa pertunjukan tadi benar-benar lucu."
Ibu suri menarik sudut bibir, memberi tatapan menghina, "Lalu kau siapa? berani bersikap seperti itu di hadapan keluarga kerajaan. Perempuan rendahan dan tidak bisa apa-apa yang mempermalukan keluarga istana pastas di hukum."
Ursulla membulatkan mata terkejut. Tak menyangka tindakannya adalah kesalahan. Namun dia juga merasa terhina akan perkataan ibu suri yang menusuk. Disebut sebagai perempuan rendahan, tidak bisa apa-apa. Sungguh membuat sakit hati. Orangtuanya membesarkannya dengan baik, mengajarkannya tentang kebaikan. Namun dengan entengnya seseorang menyebutnya perempuan rendahan yang tak bisa apa-apa. Ayah dan ibunya di surga pasti menangis mendengar ini.
"Maaf Yang Mulia ibu suri. Jika sikap hamba yang tertawa atas pertunjukan lucu itu adalah sebuah kesalahan, hamba dengan besar hati meminta maaf." Ursulla mendongak, menatap ibu suri penuh tekad, "Saya baru di sini dua hari lalu, dan tidak mengerti peraturan yang berlaku_jadi sekali lagi saya minta maaf. Namun, saya tidak bisa menerima.anda mengatakan bahwa saya adalah perempuan rendah yang tak bisa apa-apa."
Semua orang syok melihat nyali wanita itu. Begitupun Raja Reijin. Jelas ibunya tidak akan membiarkan wanita itu begitu saja. Oleh karena itu Raja Reijin segera menghentikan ini semua namun ketika hendak berdiri dan berkata dang ibu lebih dulu berseru,
"Memangnya kau bisa apa? hmmm. Kau hanya menonton saja tanpa melakukan apapun."
"Saya juga peserta." Jawab Ursulla tanpa sadar. Sontak ia mengutuk dirinya sendiri bisa berkata seperti itu.
Ibu suri mengernyit kemudian menyeringai, "Baiklah, jika memang begitu. Silahkan tampilkan pertunjukanmu!"
Seketika Ursulla memucat. Dia terlihat bingung, ia tak tahu harus bagaimana.
"Sudahlah ibu!" Raja Reijin mulai muak, ia segera menghentikan pertunjukan bodoh ini.
"Tidak. Gadis lancang ini harus membuktikan perkataannya." Ibu suri mengangkat dagunya angkuh. Duduk tegak di kursi kebesarannya, ia berseru, "Tunjukkan apa yang kau bisa!"
Menghela nafas panjang, Ursulla melangkah maju ke aula. Dia merasakan jantungnya berdetak gila. Keringat dingin menetes di dahinya. Dia harus menunjukkan penampilan terbaik. Bukankah dia memiliki bakat bernyanyi?
Melihat wanita itu tampak pucat dan terintimidasi, Raja Reijin berseru, "Sudahlah cukup sampai di sini pertunjukannya." Raja Reijin bangkit, merasa memang pertunjukan ini tidak berguna.
"Tapi Yang Mulia~." Ibu suri berusaha menghentikan puteranya namun Raja Reijin sudah melangkah pergi, diikuti panglima Hito.
Belum sempat Raja Reijin meninggalkan aula, tiba-tiba terdengar seseorang bersenandung.
Lantunan suara itu begitu lembut nan merdu. Membuat langkah sang Raja terhenti.
Di sana Ursulla bernyanyi. Menyanyikan lagu asing namun terdengar begitu indah. Lirik lagunya merasuk hati, tentang cinta kehilangan dan pengorbanan.
Hening. Semua orang tertegun dan terpana. Suara itu seakan membius mereka. Dengan lengkingan tajam, namun lembut didengar. Suara itu halus bagai sutera, menenangkan bagai dedaunan hijau di padang.
Raja Reijin berbalik. Menatap Ursulla seksama. Gadis itu terlihat begitu nyaman mendendangkan lagu. Seolah ia berada di dunianya sendiri. Ia bernyanyi dengan penuh perasaan. Semilir angin menggerakkan sulur-sulur rambut Ursulla, yang melihatnya seolah seperti melihat dewi yang bernyanyi di surga.
Raja Reijin terhenyak. Ya, untuk pertama kali dia merasa kagum.
Suara itu begitu syahdu seakan membawa manusia hanyut dalam surga. Semua yang hadir di sana terlena, sampai ada yang menitikkan air mata kagum. Nyanyiannya begitu menyentuh hati.
Dan ketika Ursulla menghentikan nyanyiannya. Semua orang tertegun untuk kemudian terperangah. Lalu semua orang berdiri, bertepuk tangan akan pertunjukkan terindah sepanjang sejarah festival ini berlangsung.
****
Raja Reijin terlihat duduk bersandar dalam peraduannya, ia memegang sebuah buku yang biasa menemani di setiap malam kala tidurnya yang tak pernah nyenyak.
Hampir setiap malam ia habiskan untuk membaca ataupun melukis. Namun kali ini berbeda, jantungnya yang seakan mati perlahan berdetak. Perlahan-lahan ia memejamkan mata kemudian terlelap. Nyanyian itu masih bersemayam di benaknya.
*****