Chereads / Voice Of Ursulla / Chapter 16 - Mimpi buruk

Chapter 16 - Mimpi buruk

Angin dan guguran bunga. Dua hal yang paling Raja Reijin sukai. Dirinya selalu berdiri di jembatan melihat bunga-bunga Tatebuya di sepanjang taman lalu menikmati semilir angin yang  menyejukkan. Guguran bunga Tatebuya menambah ketenangan jiwa. Bunga-bunga kecil berwarna merah muda itu seolah menjadi pemandangan penyempurna. Jika keduanya disatukan, akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Hembusan angin yang menerbangkan bunga Tatebuya seperti pemandangan surgawi yang tenang nan damai. Sebuah kesunyian yang indah.

Tetapi kemarin, untuk pertama kali ia melihat sesuatu yang lebih indah dari itu semua. Guguran bunga Tatebuya yang diterpa angin dan seorang wanita. Bunga-bunga itu seolah sengaja berterbaran mengelilingi gadis itu. Hingga membuat Raja Reijin merasakan sesuatu yang disebut menakjubkan.

Aneh. Apa yang terjadi dengannya?

Lama, Raja Reijin termenung di atas jembatan. Matanya menatap lurus hamparan bunga serta kolam ikan yang membentang di taman itu. Lalu saat mendengar langkah kaki mendekat, ia hanya melirik sekilas tanpa perlu berbalik untuk melihat siapa gerangan yang datang.

"Apa yang kau dapat, panglima?"

Panglima Hito membungkuk hormat sebelum melapor, "Perdana menteri Yung baru saja kembali. Pagi ini, beliau langsung mengunjungi istana putih."

"Mengunjungi ibu ku?"

Panglima Hito mengangguk, "Ya, Yang Mulia." Jeda sejenak, "Beliau membahas pengangkatan permaisuri."

Bibir Raja Reijin menipis membentuk garis lurus. Sudah ia duga bahwa pria tua itu pasti akan merongrong segera dipilihnya permaisuri untuk keuntungan pribadinya.

"Lalu apa jawaban ibu ku?"

"Menurut mata-mata, Yang Mulia ibu suri menyanggupi, tetapi setelah penyakit anda sembuh."

"Namun Perdana Menteri rupanya tidak bisa bersabar lagi." Imbuh Panglima Hito. Dan dibalas dengan anggukan mengerti dari orang nomer satu di negeri Cheon.

Ya, lambat laun kesabaran Perdana Menteri pasti akan habis. Karena ia dan semua orang tahu, bahwa penyakitnya mungkin tidak akan pernah dapat disembuhkan.

"Segera kirim orang ke wilayah Timur. Mulai lah lakukan rencana kita."

"Ya, Yang Mulia."

"Apa Ursulla sudah bangun?" 

Netra gelap Panglima Hito sedikit melebar. Ada keterkejutan di sana. Baru saja ia hendak menghubungi prajurit bayangan untuk segera pergi ke wilayah Timur, tetapi aksinya terhenti oleh pertanyaan tak terduga.

Refleks panglima Hito mencondongkan indera pendengarannya memastikan bahwa apa yang didengarnya tak salah. Bukankah tadi baru saja membahas  hal serius yang berkaitan dengan istana? Tetapi mengapa tiba-tiba Raja Reijin bertanya mengenai gadis itu?

Sejenak panglima mengamati Raja Reijin. Tidak ada perubahan sikap yang ditunjukkan Rajanya. Raja Reijin masih sama. Diam, dingin dan tenang seolah tidak ada apapun yang ia pedulikan. Tetapi anehnya, tidak biasanya Raja menanyakan seseorang? Lebih tepatnya seorang wanita.

"Hmm... Saya rasa dia belum bangun. Ursulla baru tidur setelah matahari terbit."

Ya, gadis itu baru saja tidur subuh setelah menemani Raja Reijin begadang semalaman. Ia tidak berani beranjak pergi dari Pavillium meski sang Raja semalam sempat memejamkan mata setelah ia menyanyi. 

"Apa perlu saya bangun kan Yang Mulia?"

"Tidak. Biarkan dia tidur." 

Panglima Hito pun mengangguk. Tetapi dia sungguh penasaran mengapa Raja Reijin begitu peduli pada wanita itu.

Bukankah dia hanya seorang gadis asing yang tidak jelas asal usulnya? Bagi Panglima Hito yang selalu berpikir realistis, manusia dari masa depan yang terdampar di negeri Cheon itu terasa tidak masuk akal. Dia lebih mempercayai bahwa Ursulla berasal dari negeri seberang atau mata-mata yang sengaja dikirim kerajaan Selatan.

Namun tidak bisa dipungkiri ada beberapa hal yang membuat keyakinannya menjadi ragu.

"Maaf Yang Mulia, bolehkah hamba bertanya sesuatu?" Pada akhirnya Pangliam Hito bertanya meski ragu-ragu.

"Kenapa Yang Mulia menanyakan tentang gadis itu?" Jeda sejenak panglima meralat pertanyaannya, "Ahh... Maksud saya apakah anda benar-benar yakin Ursulla tidak berbahaya?"

"Aku tidak tahu." Raja Reijin melirik panglima Hito kemudian dengan perlahan berbalik menatapnya.

"Tidakkah kau merasa dia bukan gadis biasa?" Raja Reijin balik bertanya. Membuat panglima Hito menunduk menelaah sesuatu.

Ya, meski ia lebih memilih percaya bahwa Ursulla adalah mata-mata dibanding orang dari masa depan. Namun, jauh dalam hatinya merasa sedikit yakin bahwa Ursulla benar-benar tidak berbohong.

Penampilan Ursulla terlalu asing saat pertama kali mereka bertemu. Lalu benda aneh yang gadis itu miliki juga bukan sesuatu yang dimiliki negeri manapun. Hal itu diperkuat dengan fakta bahwa Ursulla mengetahui nama serta fungsi benda aneh yang ditemukan mendiang ayahanda Raja Reijin yang disimpan rapi di tempat penyimpanan milik ibu suri. Terlebih... Ada sesuatu yang dimiliki Ursulla yang membawa magnet tersendiri.

Panglima Hito pun mengangguk sebagai jawaban. "Ya, saya juga berpikir seperti itu."

"Tetapi saya belum yakin." Tambah panglima Hito.

"Aku juga." Raja Reijin kembali berbalik  menghadap bunga-bunga Tatebuya. Matanya menerawang lurus. Mencari suatu hal yang dimiliki Ursulla yang membuatnya spesial.

Tapi apa itu?

****

Seorang perempuan diseret beberapa prajurit ke sebuah lapangan dengan disaksikan banyak orang. Perempuan itu ditutup kepalanya. Sepasang tali melingkar di leher gadis itu. Bersiap mendapat hukuman gantung. Tali tersebut kemudian ditarik, dan....

"TIDAKKK!" Ursulla menjerit. Dirinya seketika bangun bersamaan dengan suara pecahan vas bunga di samping ranjangnya.

Pyarrrr

Spontan ia menoleh ke arah vas bunga itu. Dengan nafas ngos-ngosan serta keringat dingin mengalir. Ursulla segera bangkit dari ranjang lalu memungut pecahan vas itu. 

Ia mengumpulkan pecahan itu dengan lemas. Bukan lantaran takut vas bunga milik istana pecah, melainkan syock dengan mimpi yang ia dapat barusan.

Ya Tuhan.

Ursulla mengelus dadanya yang berdegup kencang. Ia pun duduk di lantai sembari mengelap peluh di keningnya.

Baru saja ia tidur pulas. Namun tiba-tiba sebuah mimpi buruk membangunkannya.

Sungguh mimpi yang mengerikan. Tak pernah terbayang jika ia benar-benar akan digantung.

"Ya Tuhan, semoga saja ini tak jadi kenyataan." Doa Ursulla. Ia pun segera membersihkan pecahan vas itu. Lalu menoleh ke jendela mendapati sinar matahari telah berpendar. 

Ini pasti sudah jam 9 siang.

*****

Segerombolan pasukan berkuda berlari. Seperti biasa, setiap akhir pekan Raja Reijin beserta pasukan meninjau ke benteng pertahanan. Mereka selalu melewati hutan terlarang. Mengapa dikatakan terlarang lantaran hutan tersebut sangat rindang dan masih terdapat hewan buas di sana. Jalanan di hutan tersebut kerap kali menyesatkan. Hanya orang - orang tertentu yang hafal akan daerah hutan itu.

Konon, bagian lain hutan tersebut berhantu. Dahulu banyak pasukan kerajaan yang tewas saat perang melawan Kerajaan Selatan.

Tapi ketakutan akan hutan terlarang tak dirasa oleh Raja beserta pasukannya. Mereka sudah terbiasa melewatinya. Apalagi hutan tersebut adalah jalan terdekat menuju benteng.

Sreeeeettt

Tiba-tiba sebuah anak panah melesat nyaris mengenai lengan Raja Reijin.

Raja beserta pasukannya langsung waspada. Satu anak panah kembali melayang, kali ini mengenai salah satu prajurit. Disusul dengan puluhan anak panah menghujani Raja beserta pasukannya.

"Lindungi Yang Mulia!" Intruksi Panglima Hito.

Para prajurit langsung membentuk pertahanan guna melindungi Raja Reijin. Tak berselang lama dari atas pohon, puluhan orang berpakain hitam turun lalu menyerang mereka.

Sreett

Satu anak panah kembali melesat ke arah Raja, namun dengan cekatan Raja Reijin berhasil menghalau.

"Beraninya kalian mengusik ku." Raja Reijin segera turun dari kuda dan langsung mengayungkan pedang menebas para perompak itu.

Meski jumlah pasukan yang dibawa sedikit, namun dengan kehebatan Raja dan kegigihan panglima beserta pasukan yang tetampil, mereka dengan mudah menghabisi para perompak.

Hawa lega pun muncul ketika para perompak sudah tewas dan yang lainnya memilih kabur.

Memasukkan pedangnya kembali. Panglima Hito menghampiri Raja Reijin, "Yang Mulia, apa anda baik-baik sa~?" Mata Panglima membulat. Tanpa bisa dicegah_ Mendadak sebuah anak panah melesat dan menghujam punggung Raja Reijin.

Membuat sang Raja mengernyit sakit sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

Panah tersebut diberi racun.