Chereads / ALENO / Chapter 12 - Hujan

Chapter 12 - Hujan

Hari ini, tepatnya hari senin, hari dimana semua murid tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah karena harus berdiri di lapangan untuk mengikuti upacara yang dilakukan setia hari senin.

Apalagi sinar matahari yang begitu terik membuat semua orang berkeringat dan ada juga yang sebagian pingsan.

Vano hari ini datang tidak terlambat, ia datang sangat cepat dibandingkan murid lainnya, entah apa yang membuat dia datang sangat cepat.

Ia memarkirkan motornya di tempat biasa, setelah memarkirkan motornya dia melihat seorang siswi turun dari mobil sedan berwarna hitam, dan vano langsung berlari ke arah mobil tersebut.

"Selamat pagi!" Sapa vano sambil tersenyum riang.

"Lo kesambet setan apaan? Kok lo datang cepat banget?" Tanya alena.

"Kalau aku datang cepat aneh ya?"

"Ya, biasanya kan lo datang nya selalu terlambat."

"Jadi ceritanya nih, kamu mengejek aku ya?"

"Enggak kok."

"Ya udah, ayo kita masuk tapi anterin aku dulu ya ke kantin."

"Mau ngapain? Lo lapar?"

"Nggak, cuma mau beli permen doang."

"Ternyata cowok kayak lo doyan permen juga ya, gue kira lo doyan rokok." Ledeknya

"Kok doyan banget ya meledek aku."

"Enggak kok, cuma bercanda doang. Hahaha ya udah ayo kita ke kantin."

*****

Jam menunjukkan pukul 09.30 bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan ke kantin untuk membeli makanan ataupun minuman.

"Car, syif, kalian tau vano dimana?" Tanya alena.

"Nggak, emangnya kenapa?" Jawab carla disertai menanya.

"Iya, emangnya kenapa?" Sambung syifa.

"Nggak papa, soalnya tumben aja dia nggak nampak di kantin biasanya kan dia sama kawannya selalu ada di kantin."

"Kok gue jadi curiga ya sama

lo." Ucap carla tiba tiba kepada alena.

"Kenapa curiga?" Tanya syifa

"Biasanya kan lo nggak pernah nyari Vano, kenapa tiba tiba nyari dia?"

"Emang nggak boleh nyari dia ya?" Kata alena.

"Lo suka kan sama vano." Tanya carla.

"E...eng...gak Kok." Jawab alena

"Mendingan lo jujur sama kami berdua." Ucap syifa

"Iya." Sambung carla.

"Gue masih bingung, gue ini suka sama dia atau nggak."

"Kenapa bingung?" Tanya carla dan syifa secara serentak.

"Nggak tau."

"Lha, kok nggak tau? Lo itu aneh banget." Kata syifa.

"Kenapa aneh?"

"Lo sebenarnya suka kan sama dia?" Tanya carla

"Kan udah gue bilang, gue bingung."

"Kalau lo udah nggak bingung lagi dan lo udah tau sama perasaan lo ke dia, lebih baik lo bilang aja sama dia. Jangan bikin dia menunggu, karena cowok juga butuh kepastian dan cowok juga punya rasa bosan." Jelas syifa

"Benar yang dibilang syifa, lo pernah suka sama seseorang?" Ucap carla.

"Pernah waktu smp."

"Coba lo ceritain sama kami, kami penasaran." Kata syifa.

"Nggak mau."

"Ceritain kenapa, please..." Ucap carla sambil memohon.

"Iya." Alena mulai bercerita secara rinci.

"Itu aja?" Tanya syifa

"Masih panjang, tapi mana mungkin gue ceritain semuanya, soalnya panjang banget."

"Kok gue nggak suka ya sama mantan cowok yang lo sukai itu." Ucap carla

"Kenapa?" Tanya alena

"Kan dia udah putus, kenapa dia masih ngurusin hidup cowok yang lo sukai itu?"

"Mungkin dia masih suka sama cowok itu." Ucap alena

"Kalau masih suka ngapain putus? Pasti dia yang mutusin cowok itu, mana mungkin cowok yang minta putus." Kata carla dengan geram.

"Udah lah, nggak usah bahas itu, lagian ceritanya udah lama, dan gue nggak mau kejebak dimasa itu."

*****

Bel pulang berbunyi, syifa dan carla sudah pulang duluan karena mereka mau pergi ke mall.

Alena tidak mau ikut karena ia dapat telpon dari Vano kalau pulang sekolah Vano ngajak alena jalan jalan.

Alena dan vano pun sudah pergi, mereka berhenti di sebuah restoran.

"Kok berhentinya disini?" Tanya alena

"Emang kamu nggak lapar?"

"Tadi gue udah makan."

"Itu kan tadi, sekarang belum kan?"

"Belum."

"Makanya itu aku berhentinya disini, siap makan kita pergi jalan jalan."

"Hm... ya udah deh."

Mereka memasuki restoran tersebut dan memesan makanan serta minuman.

Tak lama kemudian pesanan mereka sampai dan mereka langsung memakan makanan mereka, setelah selesai vano mengajak alena jalan jalan.

Vano mengajak alena ke sebuah taman yang dipenuhi dengan pepohonan yang masih subur.

"Keren banget... Gue suka banget tempat ini." Ucap alena dengan penuh senyuman.

"Aku juga suka lihat kamu tersenyum bahagia seperti ini, seharusnya waktu kamu smp aku ada disamping kamu biar kamu nggak sendirian."

"Maksudnya?"

"Aku udah dengar omongan kamu sama syifa dan carla."

"Lo dengerinnya darimana?"

"Yang kamu ceritain masa smp kamu."

"Ooh."

"Besok pagi aku datang kerumah kamu."

"Ngapain?"

"Ngantar kamu sekolah."

"Nggak usah."

"Kenapa?"

"Nggak papa, gue nggak mau merepotkan lo."

"Siapa yang ngerepotin? Aku malah senang kalau kamu mau berangkat sama aku, jadi kamu mau ya berangkat bareng aku... please..." mohon Vano.

"Ya udah iya, makasih ya."

"Sama sama calon.."

"Calon?"

"Iya..."

"Calon apa?"

"Calon pacar."

"Nggak jelas banget lo."

"Hahaha... yuk kita main ditaman itu." Ajak vano.

"Ayo.."

Mereka pun bermain dengan sangat gembira, sesekali Vano melihat ke arah alena.

Vano memberi sebuah bunga mawar untuk alena, ia pun mengambil bunga tersebut, mereka berlari latihan dengan sangat gembira.

"Capek juga ya..." Ucap alena sambil ngos ngosan

"Iya, ntar ya aku mau beli minum dulu."

"Iya."

Vano langsung berlari membeli minuman, alena pun tiba tiba tersenyum melihat bunga mawar yang diberi vano.

Kemudian vano datang dengan membawa dua botol minuman, dan duduk disamping alena.

"Ini minumnya."

"Makasih."

"Hm... oh iya, tadi kamu kenapa senyum senyum lihat bunga itu?" Ucap Vano membuat alena terbatuk mendengar ucapan Vano.

"Hah? Gue nggak senyum senyum kok."

"Tapi kenapa kamu ekspresinya kayak ketakutan gitu?"

"Kan udah gue bilang gue nggak senyum senyum."

"Terserah kamu mau jujur atau ngga."

"Pulang yuk udah mau malam."

"Tapi kan ini masih jam 3 sore, ntar dulu lah."

"Ya udah deh. Tapi jangan kelamaan."

"Seharusnya, kamu yang jangan kelamaan menjawab perasaan aku."

"Gak jelas banget omongan lo."

"Kamu nggak ngerti?"

"Nggak."

"Terserah kamu mau ngerti atau nggak."

"Udah mau hujan pulang yuk..."

"Yuk..."

Vano dan alena pun langsung menaiki motor, Vano langsung menancapkan gas sampai membuat alena memeluk vano karena kecepatan motornya diatas rata rata.

"Bisa nggak lo bawa motornya jangan ngebut ngebut!"

"Hujan nya udah mau turun."

"Lo mau bikin gue mati?"

"Makanya kamu pegangan sama aku kalau nggak kamu bisa jatuh."

"Ini kan gue udah pegangan."

Tak lama kemudian hujan pun turun membasahi mereka berdua, baju mereka basah kuyup.

Akhirnya vano berhenti ditempat yang biasa untuk berteduh.

"Kamu nggak papa basah kuyup gitu?"

"Nggak papa."

"Ntar ya, aku mau nyari jaket aku di jok motor mana tau ada."

"Terserah lo, tapi jangan lama lama ya soalnya gue takut."

"Takut atau kangen?"

"Ck, gue serius."

"Iya."

Vano Langsung menuju motornya yang bisa dibilang agak jauh dari tempat mereka berteduh.

Datang 3 orang preman ke tempat alena, preman tersebut kelihatan sedang mabuk, alena pun ketakutan karena mereka mengganggu alena.

"Hai cantik! Sendirian aja, yuk gabung sama kita. Ya nggak bro!" Ucap salah satu preman lalu dijawab sama preman lainnya "Ya!"

"Kalian jangan macam macam ya, nanti gue telpon polisi!"

"Kita kan hanya mau senang senang aja." Ucap preman tersebut sambil mencolek tangan alena.

"Kurang ajar banget sih!" Ucap alena sambil mendorong preman tersebut sampai jatuh dan pingsan.

"Berani banget lo dorong dia!" Ucap preman lainnya

"Suruh siapa dia nyentuh nyentuh gue."

2 orang preman tersebut pun menarik alena, preman yang terjatuh tadi masih pingsan.

Alena pun berusaha semaksimal mungkin, alena menunjang salah satu preman yang menarik dia, preman yang satu lagi langsung menampar alena sampai ia menangis.

Tak lama kemudian Vano datang sambil membawa jaketnya.

"Woy anjir! Jangan lo sentuh dia!"

Teriak vano sambil berlari ke arah mereka dan menghajar 2 preman yang menarik alena.

"Lo apain dia sampai dia nangis? Hah!" Emosi vano makin memuncak.

"Sorry bro!"

"Lo apain dia ha?"

"Gue nggak sengaja menampar dia."

"Apa lo bilang? Lo menampar dia? Gila lo ya!" Ucap vano lagi lagi memukuli preman tersebut sampai pingsan.

Alena masih menangis, vano yang tadi memukul preman tersebut langsung berlari ke arah alena, alena pun langsung memeluk vano dan membuat Vano bingung, tapi Vano langsung membalas pelukan tersebut.

"Udah, kamu tenang aja." Ucap Vano sambil mengelus lembut puncak rambut alena.

"Lo lama banget sih kesini nya, kan udah gue bilang jangan lama lama, hiks...hiks.." katanya masih belum melepas pelukannya.

"Ya udah aku minta maaf ya, kamu jangan nangis lagi premannya udah terkapar aku bikin."

"Makasih ya, lo udah nyelamatin gue."

"Iya.., ini jaketnya kamu pakai ya."

"Ya." Alena langsung melepas pelukannya dan mengambil jaket di tangan vano

Vano memakai jaket tersebut, vano hanya melihat alena yang matanya sembab karena menangis.

"Mata kamu sembab gitu, jangan nangis lagi ya. Aku nggak mau lihat orang seperti kamu menangis didepanku."

Alena hanya diam.

"Kalau nantinya kita nggak berjodoh, aku mohon, kamu jangan lupakan aku ya? Sebagai seseorang yang pernah mencintaimu lebih dari orang orang disekitar mu."

"Lo ngomong apa sih?"

"Aku selalu berharap agar rasaku terjawab. Aku takkan mengeluh sampai hatimu luluh."

"Sumpah, gue nggak ngerti apa yang lo bilang."

"Entah apa yang selama ini aku rasakan saat bersamamu. Yang pasti semua itu tambah besar dan semakin membuat ku yakin, bahwa hati ini perlahan. Telah diluluhkan olehmu."

"Daripada lo ngomong nggak jelas gitu, lebih baik kita pulang karena hujan nya udah reda."

"Yuk..."