Chereads / ALENO / Chapter 2 - Pingsan

Chapter 2 - Pingsan

Keesokan harinya alena datang ke sekolah pagi sekali. Alena turun dari mobil, begitu memunculkan kakinya di gerbang, alena melihat syifa berjalan tak jauh di depannya.

"Syif!"

Alena teriak memanggil temannya itu, tiba tiba seorang cowok menabraknya sehingga alena dan cowok itu nyaris terjatuh.

"Woi!!! lo ngapain berdiri disitu

gue jadi jatuhkan."

"Eh... Lo yang nabrak gue!!

Kenapa lo yang marah ke gue

harusnya gue yang marah sama

Lo."

Syifa langsung menghampiri mereka yang sedang berdebat.

"Eh, kalian kenapa?" tanya syifa

"Oh, jadi ini teman lo. Ajarin

dia supaya jangan berdiri di

sembarangan tempat."

"Eh, kan lo yang nabrak gue.

kok jadi gue yang disalahin."

"Serah lo mau ngomong apa."

"Yaudah maafin dia ya!". kata syifa

"Lah, kan bukan gue yang salah"

"Kalau gitu kami duluan ya ." Potong syifa ketika alena bicara.

Mereka berdua langsung pergi menuju kelas XI IPA-2. Sebelum sampai di kelas mereka berbincang bincang.

"Cowok itu siapa sih. Dia yang

salah, dia pula yang marah."

"Dia itu cowok yang sering buat

onar di sekolah ini, dia juga

hampir mau dikeluarkan dari

sekolah ini."

"Jadi kenapa lo tadi minta

maaf sama dia."

"Misalnya nggak minta maaf

masalah kalian nggak akan

kelar. Terus hidup kita nggak

akan tenang."

"Hahaha... Lo takut?"

"Sedikit."

"Dia kan juga manusia, jadi

ngapain kita takut."

"Dan satu lagi dia itu cowok

yang paling ganteng di sekolah

ini. Banyak cewek cewek yang

naksir sama dia tapi dia itu

terlalu cuek."

"Ganteng? hahaha..., dari mana

ganteng nya biasa aja kok."

"Awas, nanti lo suka sama dia."

"Nanti lo yang suka syif!"

"Nggak kok."

"Udah ngaku aja lo."

"Dulu gue suka tapi sekarang

nggak lagi."

"Ehem.." ledek alena

"Itu kan dulu al."

"Ooh.., yuk kita masuk kelas aja

nggak penting ngomongin

tu cowok."

Bel masuk berbunyi membuat murid segera bergegas menuju kelasnya masing masing.

*****

"Tuh kan kebiasaan, gue

ditinggal."

sahutan dari arah belakang membuat alena menoleh kan kepalanya ke belakang dan melihat elina duduk disamping nya.

"kan udah gue bilang tungguin."

"Lo kelamaan, gue udah laper

soalnya." Carla memegang perutnya yang sejak tadi pagi keroncongan.

"Gue belum sarapan."

"Gue sebenarnya udah sarapan,

tapi energi gue habis gara gara

si alena." Sambung syifa

"Emang kenapa." Tanya elina

"Tadi itu si alena berantem sama

Vano."

"Kok bisa?"

"Ooh... Cowok itu namanya

Vano." Potong alena

"Ntah ini, tiba tiba gue lihat

orang ini berantem. Tanya aja

langsung sama si alena."

"Gimana kejadiannya al." Tanya elina.

"Kayak gini ceritanya, dia itu

tiba tiba nabrak gue, gue jatuh

Dia juga jatuh terus dia marah

sama gue. Gue nggak terima

Dia yang salah dia pula yang

marah." Jelas alena

"Oohh..., hati hati al."

"Kenapa?"

"Nanti lo digangguin terus sama

Dia."

"Emang dia siapa, seenak nya

gangguin gue."

"Yaudah yuk habisin makan nya

Keburu bel."

"Oke.." jawab alena

Bel masuk pun berbunyi mereka kembali ke kelas. 2 menit kemudian guru olahraga masuk kedalam kelas dan memberi aba aba untuk mengganti pakaian di toilet.

"Yuk, syif." Ajak alena

"Yuk."

"Eh, gue nggak di ajak.." ucap carla

"Yuk..."jawab syifa dan alena serentak.

Setelah ganti pakaian mereka disuruh guru olahraga ke lapangan untuk pemanasan, setelah pemanasan mereka disuruh main bola basket.

"Al lo bisa main basket kan?" Tanya syifa

"Ya bisa lah.. disekolah gue dulu

Gue juga main basket kok.

Kenapa?"

"Gk pp, gue nggak bisa main

Basket. Ajarin gue ya!"

"Hm.. iya, yuk gue ajarin."

"Yuk."

Alena pun mengajarkan syifa bermain basket dan tak lama kemudian bunyi bel yang bertanda pelajaran olahraga telah selesai.

Mereka menuju kelas untuk mengambil pakaian putih abu abu dan mengganti pakaian olahraga di toilet.

Setelah selesai berganti baju mereka kembali lagi ke kelas dan ternyata guru pelajaran berikutnya sudah ada di kelas. Guru tersebut bernama bu anggraini.

Bu anggraini tidak sendiri, disamping nya ada murid dari kelas lain. Murid itu dimarahi sama bu anggraini, dan ternyata murid itu si vano.

Ia dimarahi sama bu anggraini karena tidak masuk waktu pelajaran bu anggraini dimulai.

"Emang tuh anak bandel

banget ya." ucap carla

"Eh car, emang dirumah dia

nggak pernah kenak marah

sama ortu nya?" tanya syifa

"Mana lah gue tau, kami kan

beda rumah."

"Ooh, jadi lo sama cowok itu

saudaraan." kata alena

"Hm... iya." jawab carla

"Sorry ya, tadi gue ngomongin

saudara lo."

"Yoi, kalem guys!" Jawab carla

"Woi kalian ngomongin gue?"

Sahut seorang cowok yang ternyata cowok itu vano.

"Eh van, lo kok nyari masalah

terus sih... nggak ada capek

capek nya, Awas lo ya kalau

lo gangguin temen gue. Tamat

riwayat lo.." ucap carla sambil menunjuk ke arah alena.

"Hm..., siapa nama temen lo itu"

"Kenapa? Lo suka sama dia."

"Nggak kok."

"Nama dia alena."

"Ooh... yaudah gue balik ke

kelas ya."

"Balik ke kelas apa balik ke

kantin?"

"Ke kelas lah, capek gue

dengerin repetan guru."

"Oke."

Vano pergi meninggalkan mereka yang masih berdiri di depan kelas.

"Sini kalian!" panggil bu anggraini dengan nada tinggi.

"Iya bu.." jawab mereka

"Darimana aja kalian?"

"Kami abis ganti baju bu"jawab

Syifa.

"Ganti baju kok lama kali yang

lainnya aja cepat. Kalian

Ke kantin ya beli makanan."

"Enggak kok Bu."jawab alena

"Nggak mau tau saya, kalian

hormat bendera sampai bel

pulang."

"Tapi bu."ucap mereka

"Nggak ada tapi tapian, cepat

Kalian ke lapangan."

"Iya bu..."jawab mereka

Bu anggraini emang terkenal sebagai guru killer, Alhasil mereka bertiga kena hukum sama bu anggraini karena lama ganti pakaiannya.

Mereka bertiga menuju ke lapangan untuk menjalankan hukuman dari bu anggraini. Dan ternyata si vano juga disitu lagi hormat bendera.

"Van, ngapain lo disini?" Tanya carla.

"Gue kena hukum."

"Pasti lo bikin gara gara ya?"

"Gue cuma belum siap pr fisika"

"Cari onar aja lo ya."

"Terus lo sama teman lo

ngapain kesini." tanya vano

"Gue sama teman gue kena

hukum."

"Hahaha..."

"Kenapa lo ketawa?"

"Makanya lo nggak usah

ngeledek gue tukang bikin

onar, lo sendiri aja bikin onar."

"Eh, kami cuma kelamaan ganti

pakaian ya. Terus bu anggraini

langsung hukum kami, emang

dia nggak tau ya kalau cewek

Kalau ganti pakaian lama."

"Eh, ngapain kalian cerita, kerjakan hukumannya." teriak bu anggraini dari jauh

"Iya bu."jawab mereka serentak

Alena, carla, syifa, dan vano menghormat ke arah bendera. 5 menit kemudian,

bruk!!!

Alena pingsan, carla dan syifa langsung berlari memanggil guru untuk membantu mengangkat alena. Tapi setelah sampai di lapangan alena sudah tidak ada lagi, dia sudah berada di uks dengan seorang cowok, cowok itu vano. Pantesan di lapangan dia nggak ada juga.

"Van, lo ngapain di sini?" Tanya carla.

"Lo liat gue lagi ngapain."

"Lo yang bawa alena kesini ya." Tanya syifa.

"Ya iya lah jadi siapa lagi. Kalian

kelamaan manggil guru, ini

lagi emergency."

"Tumben lo mau nolongin, lo

suka ya sama si alena." ledek carla

"Di tolongi salah, nggak di

tolongi juga salah."

"Hehehe, nggak kok."

Alena sadar dari pingsan nya dan ia nampak seperti kebingungan, vano pun langsung pergi, bersamaan dengan sadarnya alena.

"Gue ada dimana?" Tanya alena

"Lo ada di uks al." Jawab syifa

"Emang nya gue tadi kenapa?"

"Lo pingsan."jawab carla

"Ooh, makasih ya kalian udah

ngebawa gue ke uks."

"Kami mana kuat ngangkat lo,

Al."jawab syifa

"Jadi yang ngangkat gue siapa?"

"Itu si vano."jawab carla

"Ha! Kok bisa dia yang

ngangkat?"ucap alena dengan nada terkejut

"Udah lah nggak usah di

pikirin."kata syifa

*****

Seorang cowok sedang membujuk penjaga gerbang sekolah, ia meminta agar membukakan gerbang sekolahnya supaya ia bisa masuk.

"Ah mamang nggak asyik."

"Ini udah aturannya den, kalau

ada murid yang terlambat

disuruh pulang."

"Nih mang." Vano memberi uang kepada penjaga gerbang sekolah.

"Maaf den tetap nggak bisa,

saya nggak mau di sogok,

sebaiknya den vano pulang

aja."

Vano berdecak. "Ya udah lah saya pulang."

Akan tetapi vano berdiri di depan gerbang yang tidak terlalu tinggi. Dia mencoba mencari cara agar bisa manjat pagar tersebut.

Tak lama kemudian akhirnya Vano bisa masuk ke area dalam sekolah.

"Sialan udah jam 8.00 mampus

gua." Dia melihat jam di pergelangan tangannya sambil menuju kelasnya.

Vano menyusuri koridor dengan pedenya. Dalam hati ia bersyukur tak ada yang mengetahui kalau ia datang terlambat.

Dia berjalan santai kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana.

"Vano..."teriak seorang guru yang berkacamata dari arah depan menatap Vano dengan tatapan tajam, tapi nggak membuat Vano takut dengan guru itu.

"Ada apa bu?"

"Kamu tahu ini sudah jam

berapa?

"Tahu bu, ini sudah jam 8."

"Kamu ini niat ke sekolah apa

nggak sih?"

"Niat ke sekolah dong bu."

"Kamu tuh bikin saya kesal" ucapnya garang "buruan kamu lari ke lapangan."

"Yaelah bu... saya niat ke

sekolah untuk belajar bu, bukan

lari ke lapangan. Hari ini kan

nggak ada pelajaran olahraga

bu." Jawab nya santai.

"Vano!!!" Teriaknya

"Iya bu..."

"Sekarang."

Dengan cepat vano berlari ke lapangan. Dia meletakkan tas di pinggir lapangan dan membuka seragam sekolah yang memperlihatkan kaos putih polos.

"Kenapa coba gue dihukum?

padahal niat gue ke sekolah

mau nyari ilmu, tapi setiap

hari gue di hukum." Vano ngedumel. Dia mulai berlari mengelilingi lapangan meski malas.

"Vano..." suara cempreng milik tasya. Dia melambai lambaikan tangannya ke arah Vano. Lalu dia menghampiri nya, vano menghiraukan cewek itu.

"Vano, kamu di hukum lagi?" tanyanya. Dia menyamai langkahnya dengan Vano

"Lo buta ya?" Jawabnya ketus tanpa melihat wajah sok cantik tasya.

"Sensi mulu sama aku, nanti

kamu suka loh sama aku." Tasya menggelayut di lengan Vano

"Najis."batin Vano sambil menepisnya dengan kasar.

Vano sangat tidak menyukai tasya, katanya tasya itu cewek sok cantik, sok berkuasa di sekolah ini, dengan penampilan make up nya yang sangat tebal. Rok sekolahnya pendek banget udah gitu ketat.

"Vano sayang... kok diemin

aku terus..." ucapnya sangat manja.

Vano mendengar nya jijik. Dia berpikir gimana bisa lolos dari cewek sok cantik ini.

"Lo haus kan?" tanya vano dengan senyum sangar

"Apa.... vano perhatian

sama gue. Aaa.... akhirnya gue

bisa luluhkan hati si vano.

Tapi gue harus kelihatan biasa

aja." Hatinya tasya kegirangan.

"Anjir, pengen muntah gue." batin Vano.

"Haus sih. Kenapa?" Ucap tasya sok jaim.

"Gue mau beli minum. Lo

tunggu di sini dulu ya."

"OMG.. gue senang banget

akhirnya vano senyum

sama gue." Batinnya

Tasya mengangguk "makasih ya van lo udah mau beliin gue minum." Tasya senyum senang.

"Lagian siapa yang mau beliin

Lo minum." Batin vano lalu mengambil tas dan juga baju seragam di sampirkan di pundak.

"Akhirnya gue bisa lolos dari

cewek aneh itu." Gumamnya diiringi tawa.

Dia melangkah menuju kelasnya. Setelah di depan pintu kelas ia mengintip ke dalam untuk memastikan situasi di dalam. Ia melihat ke arah sahabatnya, tapi sahabatnya tak melihat kedatangan vano.

"Shuttt....shuttt..." vano mencoba memberi kode pada sahabatnya."woi... Anjir!" panggilnya sangat pelan. "Goblok mana dengar dia." gumamnya.

Cowok itu mengambil benda yang ada di depannya, dia mendekat kembali ke pintu kelasnya, lalu mengambil ancang ancang agar tepat sasaran nya.

Pletak

"Aduh.. Anjir, siapa yang lempar

gue!" Pekik azka sambil mengusap kepalanya karena ulah vano.

"Goblok...malah teriak lagi." Dengus vano. Tangan vano melambai ke arah azka. Saat azka melihatnya dia memberi isyarat kepada azka agar diam dan azka pun mengerti maksud vano.

Azka mengangguk

"Kamu kenapa azka?" Tanya bu anggraini.

"Nggak bu." Dengan cengiran.

Dia melangkah menuju bangku guru untuk menanyakan soal yang ia tidak mengerti.

Bukan karena itu alasan azka, hanya mengalihkan pandangan bu anggraini nya saja untuk membantu sahabatnya agar bisa masuk ke dalam kelas.

Vano dengan pelan membuka pintu, dia juga memberi isyarat kepada semua teman teman kelasnya agar diam. Mereka pun nurut nurut aja, mereka tidak ingin berurusan dengan seorang yang bernama vano.

Vano kembali melangkah menuju bangkunya tapi tiba tiba bu anggraini melihat vano.

Vano melihat bu anggraini dengan cengiran.

"Eh ibu, ketahuan deh, maaf ya bu, saya ke sini mau belajar kok, nggak macem macem."

Mereka semua yang melihat tingkah Vano tertawa.

"Diam, kalian bukannya

bantuin gue." Vano mendengus kesal.

"Vano, kalau kamu niat belajar

harus datang ke sekolah tepat

waktu." Omel bu anggraini."dan saya tidak akan memperbolehkan kamu ikut pelajaran saya, keluar." Perintah nya.

"Bu saya kesiangan juga ada

Alasannya."

"Alasan apa lagi?saya tidak

percaya dengan alasan kamu

yang tidak masuk akal."

"Tadi di jalan saya ketemu

kembarannya rio alias kodok

lagi loncat loncat mau

nyebrang. Karena kembaran

Rio itu kecil, yaudah saya

bantuin deh. Kasian kan bu

kodok itu."

Rio sudah menatap vano garang tapi vano tidak peduli.

"Astaghfirullah..." bu anggraini mengelus dada.

"Kenapa bu..., ibu nampak

hantu ya bu? Dimana?"

"Vano..." teriak bu anggraini dengan wajah killer.

Ini hari pertama vano melihat bayangan bu anggraini dengan secepat kilat. Vano keluar dari kelas dan berlari ke kantin.

"Anjir, untung gue bisa kabur." Ucap vano dengan nafas terengah engah akibat berlari. Sampai di kantin dia langsung menidurkan di atas kursi dengan telentang.

"bu, jus biasa dong, haus nih." Ucap vano yang masih mengatur nafas.

"Siap mas." Tak lama jus yang dipesan vano datang.

"nih mas jus alpukat nya." ucapnya.

"Makasih."

Vano mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu pikirannya pada alena.

"Tapi si alena cantik sih" vano tersenyum membayangkan wajah alena.

"Woi nyet!!! Malah tidur lo,

nggak bangun gue bawa si

centil itu ya, biar dia yang

bangunin lo." Ancam azka

Vano mendengar si centil langsung terbangun. Maksud azka si centil itu tasya.

Vano memang tidur, karena merasa ngantuk, bingung juga dia harus melakukan apa, nggak mungkin pulang di jam masih sekolah. Bisa bisa dia di ceramahin sama mamanya, jadi lebih baik dia tidur di kantin.

Dia juga tidak mendengar bel istirahat mungkin karena ke asyikan mimpi.

"Ngapain lo disini? Gue ngantuk

cuy." tangannya mengucek ngucek matanya.

"Kerjaan lo tidur mulu." Ujar bagas

Vano hanya diam dan melihat ke arah seorang cewek dan temannya yang lagi makan.

"Lo liat apaan van?" Tanya azka

Azka, bagas dan rio menoleh secara bersamaan ke arah yang dilihat vano.

"Ooh..., jadi lo nengok tuh

cewek? Gimana cantik??"tanya rio.

"Cantik." Batin vano.

"Denger ya, jangan gangguin

dia." Ucap vano

"Kenapa?" Sahut mereka barengan

"Dia milik gue sekarang." Ucapnya dengan penuh percaya.

"Bego lo! Lo kira dia mau sama

lo. Lagian kan kita nggak tau

kalau dia udah punya pacar

atau belum." Kata azka

Vano menggaruk garuk tengkuk yang tidak merasa gatal.

"Benar juga sih, tapi gue yakin

tuh cewek masih single." batin vano

"ya udah sono deketin tuh

cewek." ucap rio

"Lo emang sahabat yang

pengertian ri." kata Vano sambil menepuk pundak rio.

Tak ada obrolan lagi, Vano masih melihat ke arah cewek itu.

"Syif, car." ucap alena

"Hm..." kata syifa

"Coba lo lihat saudaranya carla

dia ngapain lihat ke arah kita."

"Lihatin lo mungkin." jawab carla

"Ih...apaan sih."

"Kayaknya si vano suka

sama lo deh al." ucap syifa

"Syifa... Lo nggak jelas banget

sih..." jawab alena dengan nada kesal.

"Awas al, nanti lo suka sama dia"

"Oh... gitu, jujur sih gue nggak

tertarik sama tuh cowok."

"Sekarang tapi nanti suka juga

ya kan syif." ledek carla

"Ih... nggak mungkin." jawab alena

"Mang cilok satu ya." teriak vano yang tiba tiba duduk di sebelah mereka.

Alena kaget, tepat di sebelahnya vano teriak. Carla memandang vano kesal.

"Van, lo ngapain di sini. Itu sono

teman teman lo." Ucap carla

"Gue pingin di sini, bosen gue

sama mereka."

"Yakin?" Tanya carla

"Ya gue yakin."

"Terserah sih." jawab carla

"Thanks. Syif, lo duduk

disamping carla, Gue duduk di

samping si alena."

"Hm..." jawab syifa.

BRAK!!

Seorang cowok dan kedua temannya menggebrak meja mereka ketika mereka sedang makan. Cowok itu anak kelas 11 musuh vano yang bernama agung.

"Woi!!, ngapain lo menggebrak meja kami." Ucap vano dengan nada tinggi

"Terserah gue, pokoknya nanti

pulang sekolah lo temui gue di

belakang sekolah."

"Mau ngapain lo?" tanya Vano

"Gue mau kelarin masalah

kemarin. Lo harus datang,

kalau nggak berarti lo

pengecut dan cewek di

samping lo harus jadi pacar

gue."

"Gue bakalan datang, gue nggak

bakalan ngasih dia ke lo." jelas Vano.

"Hahaha... serah lo, gue tunggu

lo pulang sekolah."

Agung dan kawan kawannya pergi meninggalkan mereka.

"Lo mau berantem ya van." tanya carla.

"Menurut lo?"

"Iya." jawab carla

"Hm...."

*****

" syif, al, kita nengok si Vano yuk." ajak carla

"Nengok apa?" Tanya alena

"Nengok orang itu berantem."

"Ayo." ucap syifa

"Yuk al!" ajak syifa

"Hm... ya udah deh"

Bugh!

Suara baku hantam antara vano dan agung yang terdengar sangat kuat.

"Eh, lo nggak bakalan bisa

dapetin cewek tadi." Kata vano

"Kenapa nggak." ledek agung

"Dia punya gue, nggak ada

yang boleh dekatin dia kecuali

gue."

"Hahaha... emang dia mau sama

lo."

"Ah... bacot lo."

Mereka meneruskan perkelahian mereka muka Vano dan agung sudah mengeluarkan bercak darah. Tidak lama kemudian alena dan kedua temannya itu sampai di tempat perkelahian mereka.

Tapi mereka melihat vano dan agung dari jauh. Tiba tiba alena lari ke arah mereka tanpa carla dan syifa sadari.

"Udah!!! Stop!!! Kalian jangan

bertengkar lagi." Teriak alena

Vano dan agung pun langsung berhenti berantem karena mereka mendengar teriakan alena.

"Al, lo ngapain disini?" tanya Vano.

"Kalian nggak boleh berantem."

"Ah, lo diem aja. gue

nggak ada urusan sama lo." Teriak agung.

"Eh, lo santai aja ngomongnya.

nggak usah teriak teriak." Ucap Vano.

Agung langsung menumbuk muka vano, vano pun membalasnya terjadilah baku hantam di antara mereka. Alena berusaha melerai mereka tapi...

BRUK

Alena jatuh pingsan karena agung nggak sengaja menumbuk alena.

"Anjir, lo apain cewek gue.

Sempat terjadi apa apa lo harus

tanggung jawab." Teriak vano

"Al!!!" Teriak syifa dan carla sambil berlari ke arah mereka.

"Kalian ngapain kesini!!! Kalau

Kalian nggak kesini, nggak

mungkin ini terjadi." teriak vano lagi.

"Sorry... kami nggak tahu kalau

bakalan terjadi seperti ini van." Jawab carla

"UKS masih buka nggak?" Tanya vano.

"Masih." Jawab syifa

"Ya Udah kalian kesana duluan

biar gue yang gendong si alena." suruh Vano.

"Oke."

Syifa dan carla langsung berlari menuju sekolah dan Vano masih melihat alena yang sedang pingsan di pangkuan nya. Sedangkan agung langsung kabur meninggalkan mereka berdua.

"Eh, jangan kabur lo. Dasar

pengecut." teriak vano.

Vano pun langsung menggendong alena untuk di bawa ke UKS sekolah. Sesampainya di uks syifa dan carla langsung mengambil bahan kompresan untuk alena.

"Car, lo tungguin alena bentar ya,

gue mau beli minuman dan

makanan untuk si alena."

"Hm..."

Vano langsung berlari menuju kantin dengan wajah khawatir dan cemas karena alena pingsan.

"Gue dimana?" tanya alena ketika sadar dari pingsan nya.

"Lo di uks al." jawab carla

"Kenapa?" Tanya alena

"Tadi lo kenak tumbukan

agung."

"Terus yang bawa gue kesini

siapa?"

"si Vano."

"Terus dia dimana?" tanya alena

"Di kantin, dia mau beli minum

sama makanan buat lo." Ucap syifa

"Ooh."

Tidak lama kemudian vano tiba di uks membawa minuman dan makanan buat alena.

"Al, lo udah bangun?" tanya vano

"Iya. Thanks ya lo udah bawa

gue ke uks."

"Iya." Jawab vano dengan lembut.

"Ehem." carla pura pura batuk "syif, kita keluar aja yuk"

"Yuk"