Dave mendaratkan bibirnya di bibir Dita. Dita bisa melihatnya. Mata Dave tertutup dan setetes air mata lolos dari sudut matanya. Apa yang dilakukan oleh Dave saat ini sangat tidak bisa dicerna oleh kepala Dita.
Ciuman yang diberikan Dave terasa begitu menenangkan, namun menyakitkan di saat yang bersamaan. Sebuah kontradiksi yang terbentuk di saat yang tidak tepat.
Di satu sisi, Dita merasa bahwa ia menjadi gadis yang paling bahagia di dunia untuk sesaat. Dan di sisi lain ia tahu, bahwa Dave, lelaki yang sedang menciumnya ini adalah milik sahabat baiknya sendiri.
Dita tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Pikirannya terbagi menjadi dua. Ingin sekali rasanya gadis itu ikut memejamkan matanya, menikmati belaian bibir satu sama lain untuk sebentar saja. Beberapa detik yang akan sangat berarti bagi hidupnya.
Namun, akal sehatnya masih belum kalah sepenuhnya.