"Saya sangat mengharapkan kerjasama dari perusahaan VT Anashtasya ini terus terjalin. Karena kita saling menguntungkan bukan? Apalagi dengan perusahaan Anda yang menjadi terbesar nomor satu seAsia. Mana ada yang bisa menolak tawaran Anda." -Mr. Zhi Dao Hue
"Anda terlalu berlebihan Mr." -Kak Rein
---
"Emm maaf Nona Reina, sepertinya saya sudah harus segera pulang. Itu dia supir saya sudah datang." -Mr. Zhi Dao Hue
"Ooo, terimakasih Mr. atas kerjasamanya hari ini. Lain kali saya pasti akan memberikan performa yang lebih baik bagi kemajuan perusahaan kita." -Kak Rein
"Tentu saja, sampai jumpa Nona Reina." -Mr. Zhi Dao Hue
"Sampai jumpa Mr. Oke tinggal rapiin berkas sama cek schedule buat besok pagi, habis itu pulang deh." -Kak Rein
"Kreekkk..." suara pintu terbuka dengan sendirinya.
"Eh, masih ada orang didalam gedung ini. Siapa diluar yaa?" -Kak Rein
"....." tidak ada tanggapan.
"Udahlah, lanjutin lagi. Bentar lagi kan selesai." -Kak Rein
"Brukk, brukk..." suara buku yang terjatuh dari atas rak tanpa ada yang menyentuhnya. Membuat seorang gadis yang tengah diruangan itu terkejut.
"Hahh, ngga ada orang tapi kok... Kok bisa jatuh sendiri, apa AC nya terlalu kencang? Mendingan telfon Pak Danny minta jemput deh." -Kak Rein
"Tut, tutt, tutt..." suara panggilan telfon yang berakhir.
"Duh kok ngga diangkat sih, kemana sih Pak Danny? Biasanya fast respon, kok ini malah ngga dijawab-jawab sih." -Kak Rein
"Greekkk... Kleek" suara gorden yang tiba-tiba tertutup dengan sendirinya, dan pintu yang dibanting memecah keheningan malam.
"Ehh, kok pintunya nutup sendiri sih. Ih serem, harus cepet-cepet pulang ini. Mending pesen taksi online aja deh." -Kak Rein
"Bruummm" sebuah mobil berhenti tepat di salah satu gedung pencakar langit, dengan seorang supir yang memakai jaket dan masker misterius.
"Maaf apa benar ini dengan Nona Reina?" -Supir taksi online
"Ooo, iyya benar saya pak. Sebentar ya pak." -Kak Rein
"Hati-hati dijalan Nona, selamat malam." -Satpam
"Iya terimakasih Pak. Pak kita ke Jalan Kenanga No. 40 yaa..." -Kak Rein
"Baik Nona." -Supir taksi online
Kak Rein pov
Sudah lebih dari 20 menit perjalanan. Sebentar lagi pasti akan segera sampai. Perjalanan dari kantor kerumah paling tidak 35 menit kan. Duh udah mau jam 10 lagi, udah malam banget. Sabar Rein, jangan sampe ketiduran.
"Nona, apa anda mengantuk?" -Supir taksi online
"Emm, enggak Pak, cuman rada capek aja sedikit." -Kak Rein
"Tidur sebentar saja Nona, mungkin saat bangun bakalan hilang capeknya." -Supir taksi online
"Tidak Pak, terimakasih sarannya." -Kak Rein
"Jangan panggil saya Pak, saya kan masih muda. Apa Nona tidak mengenali saya?" -Supir taksi online
"Maaf saya tidak mengenali Anda, boleh saya lihat wajah Anda? Mungkin saya akan mengenalnya jika saya sudah melihatnya." -Kak Rein
"Oke baiklah Nona." -Supir taksi online
"Hahh, Vero? Ini beneran kamu Vero? Tapikan Vero udah mati." -Kak Rein
"Saya memang Vero. Tapi saya tidak sepenuhnya Vero." -Vero
"A... apa maksudnya bukan sepenuhnya Vero?" -Kak Rein
"Karena Vero saat ini sedang menikmati musim dingin dibawah tanah. Vero yang sebenarnya sudah tiada." -Vero
"Terus kamu ini siapa?" -Kak Rein
"Saya ini penjelmaan dari Vero yang datang untuk menjemput orang-orang yang Kayla sayangi." -Vero
"Mau apa kamu? Jangan berani macam-macam, atau saya akan bilang sama Kayla supaya menjauhi kamu. Cepat turunkan saya disini." -Kak Rein
"Saya hanya ingin membunuhmu, sesuai permintaanmu." -Vero
"Dimana mobilnya? Kenapa tiba-tiba menghilang? Jangan-jangan kamu ini penganut aliran sesat yaa? Cepat lepaskan saya, biarkan saya pergi." -Kak Rein
"Silahkan, saya tidak akan membuat kamu ketakutan. Tapi saya akan membuatmu merasakan pendiritaan yang tak akan pernah kamu alami sebelumnya." -Vero
"Lepaskan saya, cepat pergi, lepaskan saya!" -Kak Rein
"Kamu pikir kamu bisa lolos?" -Vero
"Vero, lepaskan saya. Kamu sudah gila ya?" -Kak Rein
"Sudah saya katakan. Saya memang Vero, tapi saya tidak sepenuhnya Vero. Vero sudah mati, dan aku adalah jelmaan darinya." -Vero
"Tolong, tolong saya. Tolong." -Kak Rein
"Bakk, klangg..." Suara suatu benda yang bertabrakan dan lalu jatuh tak tentu arah. Ya itu seperti sebuah tongkat besi yang digunakan untuk memukul seseorang lalu dijatuhkan entah kemana.
Dikeheningan malam, seorang gadis yang tengah pingsan tak sadarkan diri, tergelapar ditengah jalan yang begitu sepi. Merah, darah bercucuran dari tubuhnya. Awan mendung menutupi kulitnya, itu adalah bekas-bekas luka akibat pukulan besi yang ia terima. Sesaat kemudian ia tersadar.
"Tolong, tolong sayaa... Saya mohon tolong saya." -Kak Rein
Mobil hitam berkilauan itu pun datang melintas, lalu berhenti di hadapan gadis itu. Seorang pemuda keluar dari mobil itu, dengan jasnya dan segera membantu gadis itu.
Perlahan gadis itu membuka matanya, menatap kearah langit-langit yang nampak putih. Ia mulai memperhatikan ke arah sekitar, terdapat beberapa orang memakai jas putih.
"Aku dimana? Apa aku sekarang ada di rumah sakit? Aku harus segera pulang." -Kak Rein
"Anda tenang dulu ya Nona, Anda sedang dalam masa pemulihan." -Suster
"Berapa lama saya ada disini?" -Kak Rein
"Anda sudah tidak sadarkan diri selama 2 hari Nona. Kemarin pagi Anda dioperasi, karena banyak pendarahan di kepala Anda." -Suster
"Siapa yang membawa saya kesini?" -Kak Rein
"Seorang pria muda, dia bilang akan segera datang kemari untuk menjenguk Nona. Kalau begitu saya permisi dulu Nona." -Suster
"Terimakasih." -Kak Rein
Seorang pria muda masuk ke dalam kamar pasien. Ia membawa beberapa buah-buahan dan makanan ringan.
"Siapa kamu?" -Kak Rein
"Akhirnya kamu sadarkan diri. Perkenalkan namaku Devano, malam itu aku menemukanmu sudah tak sadarkan diri. Lalu aku mengantarmu ke rumah sakit karena lukamu cukup parah. Maaf sebelumnya jika aku mengagetkanmu." -Devano
"Terimakasih atas bantuanmu, dan maaf karena sebelumnya aku sudah salah mengira tentangmu." -Kak Rein
"Tidak apa-apa. Emm, bagaimana keadaanmu sekarang, apakah sudah merasa lebih baik?" -Devano
"Sudah, tadi pagi suster juga sudah memeriksa keadaan ku lagi, aku hanya perlu isturahat dan sedikit obat saja untuk pemulihanku." -Kak Rein
"Syukurlah, sebenarnya apa yang terjadi kepadamu malam itu?" -Devano
"Maaf tapi aku tidak bisa menceritakan masalah ini sepenuhnya, kejadian yang menimpaku ini sudah diluar kemampuan manusia. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku harus menyelamatkan adikku. Emm, apa aku boleh meminta tolong kepadamu sekali lagi? Maukah kamu pergi kerumahku untuk memastikan keadaan adikku Kayla? Aku tau dirumah memang aman, tapi dia pasti mencari cara untuk membunuh kami satu persatu." -Kak Rein
"Tentu, aku bisa membantumu. Dimanakah alamatnya?" -Devano
"Jalan Kenanga No. 40 kediaman keluarga Anashtasya. Katakan saja kalau kamu itu teman baikku, mereka pasti akan mengijinkanmu masuk. Tolong katakan kepada adikku jika aku baik-baik saja, dan juga tolobg katakan agar ia lebih waspada kepada Vero." -Kak Rein
"Baiklah akan aku sampaikan, tapi bay the way kamu belum mengatakan siapa namamu Nona?" -Devano
"Ah, maaf. Namaku Reina Anashtasya, kamu bisa memanggilku Rein. Aku putri sulung dari pemilik perusahaan VT Anashtanya. Terimakasih banyak atas kebaikanmu. Suatu saat nanti aku pasti akan membalasnya." -Kak Rein
"Baiklah, kalau begitu aku akan segera pergi kerumahmu. Sampai jumpa Rein, cepatlah sembuh." -Devano
"Sampai jumpa, terimakasih." -Kak Rein