Nabila tertegun. Kecupan singkat mendarat di dahinya kemudian Leo membantunya bangun. "Pergilah ke kampus, aku akan mengantarmu." Segaris senyuman menghiasi bibir Nabila. Dia memberi ciuman singkat lalu masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
30 menit Nabila akhirnya sampai di kampus bersama Leo. Wajahnya yang tampan sukses menyita perhatian dari kaum hawa. "Siapa sih pria itu? ganteng banget."
"Nabila enak ya hidupnya, dekat lagi sama cowok tampan dan tajir."
"Tapi bukannya dia sudah menikah ya? Apa itu adalah saudara sepupunya?"
"Atau jangan-jangan itu selingkuhannya lagi?"
"Meski begitu dia tampan sekali."
"Ah, aku ingin sekali mengenalnya." ucap seorang wanita memakai nada genit. Semua gadis itu termasuk Jessica menyadar hal itu.
"Hmm ... Aku tak percaya jika Nabila nakal juga. Baru beberapa bulan yang lalu dia membela suaminya di depan kita eh malah dekat dengan pria lain, tidakkah dia bermuka dua?"
"Iya, aku pikir dia itu orang yang alim nyatanya Nabila adalah wanita yang buruk. Eh itu dia." Jessica dan kedua temannya memandang pada sosok Nabila beserta seorang pria tampan.
"Kau tak perlu antar aku sampai ke ruanganku,"
"Memangnya kenapa? Takut ya kalau aku didekatin sama cewek yang lebih cantik,"
"Bukan seperti itu!" balas Nabila kesal. Jessica yang berdeham membuat mereka berdua menoleh pada gadis itu.
"Wah Nabila ternyata kau jauh di luar ekspektasiku. Di mana suamimu itu? Kau sudah mencampakkan dia ya?" Sorot mata Nabila berubah tajam. Dia hendak mengeluarkan sumpah serapahnya namun Leo menahan istrinya agar diam.
"Nona Jessica," gadis itu terkejut. Mengapa pria asing ini tahu namanya?
"Kau sama sekali tak berubah, selalu saja mengeluarkan kata-kata pedas. Apa sungguh kau tak mengenalku?"
"Kau siapa?" Leo memberikan senyuman.
"Masa kau tak ingat ... pria yang kau permalukan di depan umum saat hari ulang tahunmu." Sontak kedua mata Jessica membulat.
"Tuan Leo?!"
"Ya ini aku, Leo DeMonte. Senang bertemu denganmu lagi Nona Jessica dan yah aku lupa berterima kasih padamu, berkat kau aku tahu apa yang harus aku lakukan demi membahagiakan istriku Nabila." ujarnya seraya merangkul pinggang sang istri.
"Jadi terima kasih ya. Ayo Nabila kita pergi." Nabila mengangguk kemudian berjalan beriringan menuju kelasnya. Dalam hati dia sangat puas akan rona terkejut dari Jessica.
"Nabila, belajarlah dengan giat supaya kau lulus cepat dan akhirnya kita bisa punya anak." Pandangan Nabila beralih pada Leo yang terkekeh pelan. Dicubitnya perut suaminya kemudian mendengus.
"Mesum banget sih!" Mereka akhirnya sampai di kelas Nabila dan wanita itu melepas rangkulan.
"Sampai jumpa di rumah."
"Yah, aku akan menjemputmu." ucap Leo. Kemudian mereka berpisah. Sepanjang perjalanan menuju halaman parkir, banyak wanita genit yang berusaha menggodanya namun Leo bukanlah pria yang seperti dulu.
Ia sudah berubah dan sekarang satu-satunya wanita hanyalah Nabila.
🌟🌟🌟🌟
Kelas sudah selesai dan Nabila bersama Marco tengah makan di kantin fakultas. Awalnya baik-baik saja sampai beberapa gadis datang menghampiri. "Nabila, apa boleh kita berbicara sebentar?"
"Tentu." Mereka lalu mengambil tempat duduk dekat gadis itu.
"Begini kami lihat kau datang bersama pria tampan yang kemarin. Dia siapa, kami mau dong kenalan sama dia." Marco yang juga kebingungan akan identitas si pria tampan tampaknya juga tertarik akan pembicaraan para gadis.
Nabila terlihat gusar lalu memandang Marco yang berada di hadapannya. "Baiklah ... ekhem dia itu suamiku, Leo." Mereka semua terkejut mendengar pengakuan Nabila dan pada awalnya tertawa.
"Tidak mungkin itu suamimu. Suamimu memiliki luka di wajahnya sedangkan pria itu sempurna, dia pasti selingkuhanmu, kan?" Marco sebagai sahabat Nabila sontak memberikan tatapan tajam pada gadis yang tega mengatakan hal tersebut membuat si gadis merasa tak nyaman.
"Tidak, aku tak mengada-ngada. Beberapa bulan yang lalu dia pergi ke Korea Selatan. Dia ke sana selain karena urusan bisnis, rupanya dia mengoperasi wajahnya. Semua itu semata-mata untukku." ucap Nabila bersungguh-sungguh.
"Ooo ... suamimu romantis sekali." kata salah seorang gadis dari mereka. Dimulailah mereka yang mendengar cerita Nabila tentang kehidupan pernikahan dari awal hingga Leo kembali menjadi tampan. Dia tak menjelaskan secara detail hanya garis besarnya tetapi cukup membuat para wanita terlena akan mendengar ceritanya sampai akhir.
Sepulang dari kampus, Nabila melihat Leo telah menunggu bersama mobilnya yang bewarna biru. Pria itu melambaikan tangannya kala melihat sang istri. "Bagaimana kelasmu?"
"Baik."
"Ayo pulang." Nabila mengangguk dan masuk ke dalam mobil untuk pergi dari tempat tersebut.
"Apa ada sesuatu hari ini?"
"Tidak ada yang spesial kok hanya beberapa gadis yang ingin mencari informasi tentangmu sama seperti Jessica mereka kaget sekali saat aku bilang pria tampan yang berjalan bersamaku adalah suamiku." Leo tertawa.
"Tentu saja aku memang tampan." ucap Leo disela dengan tawa. Nabila membuang napas pendek.
"Beginilah resiko punya suami tampan selalu ditanya sama mereka tapi aku senang berkat itu juga aku dapat banyak teman. Terima kasih ya Leo, karena kau hidupku berubah." kata Nabila diselingi dengan senyuman manis.
Melihat itu Leo ikut juga mengumbar senyuman manis. "Anggap saja kita impas. Kau sudah membantuku untuk bangkit kembali dan kali ini aku yang membantumu dan Nabila,"
"Ya,"
"Aku mencintaimu." Nabila tersipu malu lalu juga membalasnya dengan kalimat penuh cinta.
"Aku juga mencintaimu."